Eps. 2

AWWW!!" Ina menabrak seseorang.

"Ah! Maaf... Apa kau tidak apa - apa?" Seorang Lelaki itu bertanya sambil mengulurkan tangannya.

Ina menerima tangan seseorang itu dan berdiri lalu membersihkan pakaiannya.

"Tidak apa - apa... Aku yang minta maaf karena terburu - buru" Ina membungkukkan badannya, tanda meminta maaf.

"Lain kali kau harus berhati - hati"

"Eumm... Aku pergi dulu, temanku menunggu" Ina pun langsung berlari menuju toko buku.

"Sudah di nasehati jangan terburu - buru tapi malah berlari...ckk, dasar anak sekarang" Seseorang itu kemudian pergi dari tempat itu.

"Sudahlah, lebih baik aku mencari tempat untuk mengisi kekosongan perut" Ucapnya lalu pergi.

Hosh! Hosh!

"Naya!!" Ina menemui Naya dengan nafas yang tidak beraturan karena berlari sangat cepat.

"Kenapa kau lari - lari?" Naya bertanya dengan santai.

"Aku berlari hanya untuk menemuimu Naya! Sekarang katakan kenapa kau ingin aku menemuimu?!"

"Aku sedang bosan dirumah dan kalau dipikir - pikir lagi aku ingin keluar rumah untuk menghirup angin luar"

"Hanya itu?! Karena kau menyuruhku dan dengan nada panikmu membuat aku juga panik! Dan kau membuat aku menabrak seseorang! Hufftt... Baiklah sekarang apa rencanamu?" Ina duduk disofa toko buku dan membuka jaketnya sembari merebahkan kakinya. Ina mencoba sabar dengan sahabatnya itu.

"Temani aku baca buku, Oh ya tadi aku lihat ada buku bagus loh! Judulnya "Romantic For You" bagus loh!"

"Aku tidak suka buku cinta dan tidak pernah membacanya" Ina menghela nafas kasar.

"Maka, kau harus mencoba membacanya, kau tidak akan pernah tau jika kau tidak pernah mencobanya" Naya menyondorkan buku itu.

"Baiklah, Aku akan mencobanya... tapi aku akan membacanya dirumah, aku pinjam buku ini" Naya mengacungkan jempol ke hadapan Ina.

"Hidup itu harus punya suasana atau pandangan baru, Ina"

"Hmm" Ina menjawab singkat dan lesu.

"Hmm" Ina menjawab singkat dan lesu.

Ina ingin merasakan apa itu cinta, tapi tidak semudah itu untuk mencoba merasakannya.

Ada banyak perasaan tidak menyenangkan tentang cinta di hati Ina.

...

"Ibu! Ayah! Ina pulang" Ina menutup pintu depan rumahnya.

"Tadi kemana Ina?" Ayah Ina bertanya.

"Ina tadi ke toko buku pinggir jalan, Yah" Ina duduk disofa sebelah ayahnya.

"Sama siapa?"

"Sama Naya tadi, dia yang ngajakin Ina"

"Lain kali pulang sebelum jam 9 ya, nak?"

"Iya ayah, maafin Ina. Ina mau ke kamar dulu, bersihin badan" Ina tersenyum lalu pergi ke kamar. Ina buru - buru mandi agar badannya tidak lengket.

Seketika setelah mandi Ina teringat untuk bertanya tentang uang yang ada di amplop tadi, Ina lupa menanyakan uang itu ke ayahnya. Jika di lihat sekarang sudah jam 10 malam, ayahnya pasti sudah tidur.

"Aku akan pergi tidur saja, besok akan aku tanyakan tentang amplop itu" Ina bergeman sambil melihat amplop yang ada didalam laci meja dekat kasurnya.

"Ini hari yang melelahkan dan hari yang panjang"

Ina merebahkan diri di kasur dan mematikan lampu kamarnya hanya lampu kecil yang tersisa.

Ina teringat untuk mencoba buku yang direkomendasikan Naya tadi.

"Apa buku ini menarik?" Ina mengamati buku itu dan mulai membuka bukunya.

"Halaman pertama, tentang prolog...eumm"

"Kisah seorang gadis yang mati rasa dengan cinta dan tidak sengaja bertemu dengan orang asing yang tidak di kenal olehnya... eumm itu saja prolognya?"Ina mulai berbicara sendiri.

Tidak terasa Ina membaca sampai setengah jam, dia terlelap bersama buku itu.

Kringgg!!!

"Hoamm!" Ina menguap.

"Jam berapa ini?" Ina melihat alarmnya dan sekarang jam 07.00.

"APAAA!!!" Ina berteriak, buru - buru Ina pergi ke kamar mandi untuk mandi dan mencuci muka beruangnya.

"OH TIDAK!" Ina terburu - buru mengambil handuknya yang tertinggal.

"Ayah!"

"Ayah kamu sudah pergi bekerja" Jawab ibu Ina.

"Apa?! Tapi kenapa aku di tinggal?"

"Ditinggal kemana?"

"Hari ini aku kuliah, Apa ibu tidak ingat?"

"Kau pergi kuliah pada hari Minggu?"

"Apa?" Ina lupa kalau hari ini hari Minggu. Ina menepuk dahinya.

"Ina bodoh! Kenapa tidak ingat kalau hari ini hari Minggu" Ina mengoceh dengan diri sendiri.

Ina kembali ke kamarnya dan duduk disamping ranjangnya.

"Kenapa aku tidak ingat hari? Mungkin gara - gara buku kemari. Aku membaca buku itu sampai ketiduran...huftt"

"Kemarin sudah tidak bisa memberitahu ayah dan sekarang juga sama" Ina menghembuskan nafas kasar.

Drrttt!

"Halo! Ina! Apakah mau pergi ke festival 'Hot Summer'?!" Ucap Naya di telepon, jangan lupa dengan suaranya yang bisa di bilang tidak enak di telinga.

"Aku tidak punya uang" Ucap Ina dengan apa adanya.

"Kau hanya perlu datang untuk menemaniku, aku akan membelikan tiketnya untukmu"

"Eumm... Baiklah aku akan kesana"

"Aku menunggumu, Dadah!"

Tutt! Sambungan terputus.

"Daripada bosan di rumah lebih baik aku menemani Naya, sekaligus dapat gratisan... Azekk!!" Seru Ina lalu bersiap - siap.

...

"Naya!!" Panggil Ina dari kejauhan.

"Ina, kau sudah datang? Ayo aku akan perkenalkanmu kepada teman - temanku" Naya mengajak Ina untuk lebih dekat dengan teman - temannya.

Dari kejauhan Ina tidak sengaja melihat seseorang yang ia tabrak semalam.

"Ina? Kenapa bengong? Kau sakit?" Ina melamun dan tidak sadar jika Naya berbicara dengannya.

"Tidak"

"Kau melihat pria itu? Itu adalah anak dari Direktur ternama, dia Daniel Kuntajaya. Apakah kau pernah bertemu dengannya?"

"Tidak, tidak pernah" Ina menggelengkan kepalanya dengan canggung. Batin Ina "Ternyata dia orang kaya"

"Kalau begitu mari kita menikmati festival ini" Naya menarik tangan Ina ke tengah - tengah kerumunan orang - orang yang sedang menari di bawah terik matahari.

Ina dan Naya menikmati tarian di bawah sinar matahari, mereka menari sangat riang sampai - sampai.

"AWWW" Ina menginjak karang tajam.

"Eh, Ina" Naya yang membantu Ina untuk duduk di samping bangku pantai.

"Sakit" Ringis Ina.

"Oh tidak! Kakimu berdarah, aku akan mengambilkan kotak P3K di ruang rawat samping pantai"

Sementara Ina yang sedang duduk dan memijit telapak kakinya yang berdarah.

"Halo" Ina mendongak melihat seseorang yang berdiri di depannya.

"Halo" Jawab singkat dari Ina.

"Bolehkah aku membantumu membersihkan lukamu?"

"Oh tidak perlu, temanku sedang mengambilkan kota P3K untukku, kamu tidak perlu repot membersihkannya" jawab Ina dengan ramah.

"Eumm... kalau boleh tau siapa namamu?" Ucapnya sambil duduk di samping Ina.

"Aku? Eumm... Kamu boleh panggil aku Ina"

"Aku Erino Tunggal, kamu boleh panggil aku Rino" jawab seorang laki - laki yang baru dikenal.

Ina berfikir sejenak, ia mengingat marga Tunggal.

"Erino Tunggal? Kau orang kaya itu?" Tanya Ina penasaran.

"Sebenarnya yang kaya itu ayahku bukan aku" jawabnya sembari tersenyum. Ina tersenyum dan berfikir kalau anak orang kaya yang ada di depannya bisa di bilang ramah.

"Ina, ini kotak P3K-nya" Naya datang sambil menyondorkan kotak P3K, lalu berjongkok membantu Ina membersihkan luka-nya.

"AWW!!" Ringis Ina.

"Tahan sedikit" Naya menenangkan Ina.

"Sakit Naya!"

"Sudah selesai, ngomong - ngomong kenapa Rino bisa sampai kesini?"

"Biasa lah namanya cari teman baru" Jawab Rino.

"Halah, palingan juga caper alias 'cari perhatian' "

"Kata siapa? Jangan Seudzhon deh" Keduanya ribut dan Ina hanya melihat keributan di antara keduanya.

"Eh gak gak Seudzhon ya? itu tuh fakta!" jawab Naya ngegas.

"Biasa kali! Gausah ngegas juga!"

"Situ juga ngegas!" Pertengkaran keduanya berapi - api.

"HEI!!!" Ketiganya pun menoleh ke sumber suara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!