"Aku juga tidak tau, mungkin 3 atau 4 hari lagi"
"Baiklah, jika urusan sudah selesai, jangan lupa tetap kabarin Ayah ya?"
"Baiklah"
"Baiklah Nak, selamat malam, tidurlah dengan nyenyak"
Lalu Ina pun menutup teleponnya.
"Hei, kau belum tidur?" Tanya Rino yang berjalan menuju Ina.
"Belum, aku tidak bisa tidur" Ucap Ina.
"Aku juga, kau baru saja menelpon Ayahmu?" Tanya Rino.
"Iya, aku rindu dengannya"
"Aku juga merindukan orang tuaku"
"Kau juga?"
"Iya aku merindukan Ibuku"
"Kau anak mama ya?" Ejek Ina.
"Tidak! Aku anak yang mandiri" Rino mengelaknya.
"Iya iya aku tau, kalau aku sih anak Ayah" Ucap Ina.
"Kau dekat dengan Ayahmu?" Tanya Rino.
"Bisa di bilang begitu, Ayah dan Aku sangat dekat"
"Konon jika Anak yang dekat dengan Ayahnya itu pasti besoknya, maksudnya kalau dia sudah berumah tangga pasti akan di cintai oleh suaminya" Ucap Rino.
"Masak sih? Aku gak percaya tuh, Itukan mitos"
"Emang kamu gak mau gitu di cintai sama Suami kamu sendiri?" Tanya Rino.
"Mau sih, hehehe mau banget" Ucap Ina sambil tertawa
"Kalau aku dekat sama Ibu jadi besoknya aku di cintai sama Istri aku, sebenarnya aku Deket sama Ibu karena aku pengen di cintai sama Istri aku nanti" Ucap Rino sambil malu.
"Hahahaha!!!! Lucu banget" Ina pun tertawa lepas.
"Boleh gitu emangnya? Hahaha!!" Ina menertawai Rino.
"Jangan ketawa lah!! Malu tau" Rino mencoba untuk menyembunyikan wajah malunya.
"Kalau malu, Kenapa tadi cerita?" Ucap Ina sambil tidak berhenti dengan tawanya.
"Eh Daniel, Gimana laporannya?" Ucap Rino yang melihat Daniel.
"Baik" Ucap Daniel sambil melewati mereka berdua menuju kamar Ayahnya.
"Kenapa dia?" Tanya Ina.
"Tau, dia emang gitu bawaannya" Rino pun menjawab.
"Udah deh aku masuk dulu, di luar banyak nyamuk" Ucap Ina lalu meninggalkan Rino.
"Bener juga di Apartemen sebagus ini, nyamuk masih ada juga ternyata" Rino pun menggelengkan kepala tidak percaya.
Saat Ina ingin ke kamar tiba - tiba saja ia terkejut dengan keberadaan Daniel yang sedang berdiri menatapnya.
Ina mencoba untuk cuek dan berjalan santai menuju kamarnya.
Ina berjalan dnegan santai melewati Daniel yang sedang berdiri di hadapannya.
"Tunggu" Ucap Daniel, Ina yang mendengar itupun langsung berhenti sejenak. Daniel berbalik dan mulai menghampiri Ina. Tenyata Daniel memberikan sebuah kertas kepada Ina, Ia mengambil tangan Ina dan memberikan kertas itu.
Lalu Daniel pun pergi meninggalkan Ina sendirian. Ina yang tak paham dengan maksud Daniel.
Ina pun langsung pergi ke kamarnya, lalu menutup pintu kamarnya dan membuka kertas yang di berikan Daniel dan ternyata kertas itu kosong. Kosong tidak ada tulisan apapun di kertas itu.
Ina heran dengan perlakuan Daniel, Kenapa ia memberikan kertas kosong pada Ina.
"Aku tidak mengerti maksudnya, ah dia memang sudah gila" Ucap Ina sambil mematikan lampu utama.
"Lebih baik aku tidur saja, hoamm... Ini hari yang melelahkan" Ucap Ina dan ia pun menghidupkan lampu tidur.
...
Di pagi hari Naya dan Ibunya duduk di bangku taman Apartemen.
"Disini sangat tenang" Ucap Ibu Naya.
"Benar disini sangat tenang, Ibu selalu suka dengan suasana ini bukan?" Ucap Naya dan Ibu Naya mengangguk.
"Maka dari itu aku sengaja membawa Ibu kesini untuk menghirup udara segar dan suasana baru" Ucap Naya dengan ceria.
"Kau memang tau kesukaan Ibu, Naya" Ucap ibunya itu sambil tersenyum.
"Ibu juga selalu tau kesukaan Naya, apalagi suasana Naya" Ucap Naya sambil membalas senyuman Ibunya.
"Ibu memang yang terbaik" Naya pun memeluk Ibunya.
Ina yang berada di belakang bangku tersebut dan melihat Naya dan Ibunya bahagia pun merasa senang.
"Nak" Tiba - tiba saja Ayah Daniel memanggil Ina. Ayah Daniel tidak sendirian beliau di bantu Rino untuk mendorong kursi rodanya.
"Apa ada yang tidak nyaman?" Tanya Ina dengan nada yang lembut.
"Tidak, Aku melihatmu serasa aku melihat Ibu kandung Daniel" Ina yang mendengar itupun terdiam.
"Mana mungkin saya persis dengan Ayah saya apalagi dengan Ibu saya" Ucap Ina dengan lembut, Rino yang mendengar itupun tertawa pelan.
"Mungkin kamu memang persis orang tua kamu" Ucap Ayah Daniel lalu beliau pun tertawa.
Naya dan Ibunya yang mendengar itupun menoleh ke belakang sambil tersenyum melihat tingkah Ayah Daniel dan Ina.
"Kamu cantik ya?" Ucap Ayah Daniel.
"Anda juga tampan" Ucap Ina sambil tersenyum manis.
"Iya dong saya kan laki - laki" Lalu mereka pun tertawa riang.
"Ina tolong bawa Ayah Daniel jalan -jalan ya, aku mau bawa makanan buat beliau" Ucap Rino dan Ina pun mengambil alih kursi roda Ayah Daniel.
"Okeh, jangan lama ya" Ucap Ina.
"Kamu udah punya pacar?" Tanya Ayah Daniel.
"Belum, saya masih jomblo" Ucap Ina.
"Kenapa masih jomblo, kamu cantik kok, biasanya kalau cantik itu pasti udah punya pacar"
"Tapi saya belum punya pacar sekarang"
"Kalau belum punya pacar pasti banyak yang nakair" Ucap Ayah Daniel, disaat itu Daniel tidak sengaja mendengar obrolan mereka.
"Masa sih? Saya gak merasa saya banyak di sukai orang" Ucap Ina sambil bingung memikirkannya.
"Nanti juga ada orang yang tepat buat kamu, di tunggu aja ya, kalau lama nanti bisa di bantu buat nyari pacar" Ucap Ayah Daniel lalu mereka berdua pun tertawa. Daniel yang melihat meraka pun tersenyum tipis.
"Ehem" Cayo berdehem setelah Daniel tersenyum melihat Ina dan Ayahnya bercanda bersama. Daniel yang terciduk itupun pura - pura tidak terjadi apa - apa.
"Kayaknya ada yang naksir nih" Ucap Cayo.
"Apanya yang naksir?" Tanya Daniel pura - pura tidak mengerti.
"Lu suka sama Ina ya? Jawab - jawab, jawab jujur dong" Cayo mengejek Daniel habis - habisan.
"Nggak lah, siapa juga yang suka, Lu kali yang suka" Ucap Daniel yang mencoba mengelak perkataan Cayo.
"Nggak tuh"
"Lu kan yang biasanya gombalin Ina, deketin Ina berarti lu suka sama dia"
"Salah, yang biasanya ngegombalin cewe itu biasanya cuman bercanda, kalau diam - diam perhatiin sih itu yang namanya suka" Ucap Cayo yang semakin tidak karuan mengejek Daniel.
"Udah lah gue mau pamit dulu" Ucap Daiel lalu menghampiri Ayahnya.
"Daniel mau ke kantor Polisi Pusat dulu ya?" Ucap Daniel lalu bersalaman dengan Ayahnya.
"Baiklah, maafin Ayah yang gak pernah tau apa yang kamu sukai dan inginkan" Ucap Ayahnya.
"Iya Daniel baik - baik aja kok"
"Semangat ya Nak, rebut hak yang udah jadi milik kamu" Ucap Ayahnya lalu menepuk pundak Daniel. Sesekali Daniel melirik Ina yang duduk di bangku di samping kursi roda Ayahnya.
"Daniel pergi dulu" Ucap Daniel lalu pergi ke basement dengan Cayo.
"Udah? Gimana rasanya lirik - lirikan?" Cayo yang masih tidak berhenti menggoda Daniel.
"Diem gak? Atau gue sumpel mulut Lo pake bensin" Ucap Daniel dengan kesal
"Santai dong, Niel gue cuman bercanda doang juga" Ucap Cayo yang pura - pura menyesal.
"Udah lah jangan di bahas, berkasnya udah Lo bawa kan? Gak ada yang ketinggalan kan?" Tanya Daniel.
"Udah, gak usah cerewet kayak gitu deh kayak cewe aja Lo" Jawab Cayo dengan nada yang sedikit malas.
"Yakan biar gak ketinggalan, kalo ketinggalan gue gak mau ambil balik" Ucap Daniel.
"Iya iya Kanjeng ratu" Ucap Cayo dengan kesal, ia berfikir sejak kapan Daniel kerasukan roh cewe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments