"Udah, gak usah cerewet kayak gitu deh kayak cewe aja Lo" Jawab Cayo dengan nada yang sedikit malas.
"Yakan biar gak ketinggalan, kalo ketinggalan gue gak mau ambil balik" Ucap Daniel.
"Iya iya Kanjeng ratu" Ucap Cayo dengan kesal, ia berfikir sejak kapan Daniel kerasukan roh cewe.
...
Ina memberikan Teh hangat kepada Ayah Daniel.
"Silahkan, Teh hangat"
"Terima kasih, ngomong - ngomong kamu anak kuliahan?" Tanya Ayah Daniel sambil meniup Teh hangat tersebut.
"Benar, saya anak kuliahan semester 6" Ucap Ina dengan nada sopan.
"Jurusan apa?" Tanya Ayah Daniel sambil meminum Teh tersebut.
"Jurusan Seni menulis" Jawab Ina sambil duduk di bangku dekat kursi roda Ayah Daniel.
"Kamu pengen jadi Penulis?"
"Iya, saya sudah mencoba membuat karya tulis, saya punya impian menjadi Penulis yang luar biasa"
"Bagus, kamu punya tujuan yang sudah matang kalau begitu, tinggal kamu bertahan di keputusanmu" Ucap Ayah Daniel yang membuat Ina semangat.
"Saya akan lakukan itu selalu" Ucap Ina sambil tersenyum.
"Ngomong - ngomong, Bagaimana dengan orang tua kamu?"
"Orang tua saya sehat dan selalu mendukung saya di situasi apapun"
"Kamu beruntung" Ucap Ayah Daniel.
"Daniel, adalah anak yang Spesial" Ayah Dabiel pun mulai bercerita.
"Dia selalu melakukan apapun sendiri, sejak Ibunya meninggal ia merasa kesepian. Dia mengurus perusahaan sejak umur 18 tahun, karena itu adalah keinginannya sendiri, Kau tau untuk apa dia melakukan itu?" Ayah Daniel pun mulai memberikan pertanyaan.
"Untuk apa?" Tanya Ina.
"Agar Ibunya bangga dengannya dan agar saat ia tua ia bisa hidup bahagia, tetapi ia pernah berkata kalau dia akan hidup sendirian seumur hidupnya" Ucap Ayah Daniel. Ina tidak habis pikir, Kenapa Daniel bisa memikirkan hal itu.
"Aku ingin melihat dia mempunyai keluarganya sendiri, membangun keluarganya sendiri, tapi dia menolak semua perjodohan, Aku tidak tega jika ia hidup sendirian seumur hidupnya" Ayah Daniel pun melanjutkan.
"Sejak pertikaian dan Ibunya meninggal, itu sebuah rasa sakit besar yang pernah ia alami, Aku merasa bersalah menjadi seorang Ayah"
"Tidak, anda sudah menjadi Ayah yang baik untuknya"
"Dia selalu menghindariku, sekarang ia mulai membuka hati lagi" Ayah Daniel pun tersenyum.
"Saya harap anda dan Daniel akan bahagia selalu" Ucap Ina sambil tersenyum manis.
"Orang tuamu pasti sangat bangga mempunyai anak perempuan sepertimu, aku dulu juga ingin anak perempuan tapi yah... Daniel yang keluar" Ayah Daniel mencoba membuat lelucon.
"Anda akan mempunyai menantu perempuan" Ucap Ina dan Ayah Daniel pun tertawa.
"Apa kau ingin menjadi menantu perempuanku?" Tanya Ayah Daniel sambil mengejek Ina.
"Aku? Ak- aku" Ina merasa gugup saat Ayah Daniel menanyakan hal itu.
"Aku bercanda" Ucap Ayah Daniel sambil tertawa.
"Anda suka membuat lelucon"
"Hidup harus punya lelucon, jangan terlalu serius dengan hidup, Ina" Ucap Ayah Daniel.
Drtt!!
Tiba - tiba Ponsel Ina berdering.
"Halo" Ina mengangkat telepon dari Ayahnya.
"Halo Ina, Apa kau baik - baik saja?" Tanya Ayah Daniel.
"Aku baik - baik saja Ayah, jangan khawatirkan aku"
"Kau telat mengabari Ayah hari ini, kau melupakan janji"
"Maafkan Aku Ayah, aku tidak akan mengulanginya lagi"
"Sttt... Itu Ayahmu?" Tanya Ayah Daniel sambil berbisik dan Ina pun hanya mengangguk sebagai tanda jawaban.
"Bolehkah aku berbicara dengan Ayahmu?" Tanya Ayah Daniel.
"Halo, Ina kenapa kau diam nak? Apa terjadi sesuatu disana?" Tanya Ayah Ina dengan khawatir.
"Tidak Ayah, ini ada seseorang yang ingin berbicara dengan Ayah"
Ina memberikan Ponselnya kepada Ayah Daniel yang tidak sabaran.
"Halo" Ayah Daniel menyapa Ayah Ina di telepon.
"Halo, Anda siapa?"
"Saya Ayah Daniel"
"Ayah Daniel? Saya belum pernah tau"
"Anda tidak tahu anak saya?" Ayah Daniel bertanya.
Ina pun merebut Ponselnya dari tangan Ayah Daniel.
"Ayah itu Tuan Kunta, anaknya bernama Danie Kuntajaya" Ucap Ina di telepon lalu memberikan Ponselnya kepada Ayah Daniel.
"Tuan Kuntajaya?" Tanya Ayah Ina.
"Ah, iya itu saya"
"Anda Tuan Kuntajaya pengusaha itu?!!" Ayah Ina hebaoh di telepon.
"Ah iya iya itu saya"
"Anda kenal dengan anak saya? Kenapa anak saya bisa dengan anda?"
"Ah, anak anda dengan teman - temanya sekaligus anak saya telah membantu saya" Ucap Ayah Daniel di telepon.
"Benarkah?"
"Iya, itu benar saya mempunyai sedikit masalah jadi, anak anda membantu saya"
"Saya tidak bisa berkata - kata" Ucap Ayah Ina di telepon.
"Apakah anda baik - baik saja?"
"Ah iya saya baik - baik saja, saya hanya syok dan sedikit terkejut"
"Baiklah, kalau begitu, saya hanya mau berterima kasih kenapa anda karena Ina telah membantu saya"
"Ah iya sama - sama"
"Saya jadi merepotkan Ina"
"Ah tidak, Ina menginginkannya sendiri saya hanya memberikan izin kepadanya"
"Ina sangat cantik dan baik, Anada beruntung sekali"
"Ah ya Ina memang begitu anaknya" Ayah Ina tertawa canggung.
Ina mengisyaratkan agar Ina mengambil alih telepon. Dan Ayah Danie pun memberikan Ponsel tersebut.
"Ah Ayah, Ina tutup dulu yan teleponnya ada sedikit pekerjaan sekarang" Ucap Ina.
"Baiklah, kalau mau pulang kerumah kamu kasih kabar ya" Ucap Ayah Ina lalu menutup sambungan teleponnya.
"Ayahmu sedikit asik ternyata" Ucap Ayah Daniel.
"Ayah canggung jika baru kenal dengan orang lain"
"Begitu ya, tolong anterin ke kamar ya, mau istirahat" Ucap Ayah Ina lalu Ina pun membawa Ayah Ina ke kamarnya.
...
"Ina aku pergi dulu dengan Ibu ya, kamu dengan Rino jaga Ayah Daniel sebentar"
"Baiklah" Naya dan Ibunya pun masuk ke dalam mobil dan melaju dengan cepat.
"Ina" Rino memanggil Ina.
"Ada apa?"
"Ayo kita berbicara di bangku itu" Rino mengajak Ina untuk duduk di bangku dengannya, kebetulan bangku tersebut berada di depan kamar Ayah Daniel agar bisa menjaga Ayah Daniel.
"Ada apa?" Tanya Ina setelah duduk di bangku tersebut.
"Tidak, aku hanya sedikit kesepian"
"Aku ada disini, yah memang sedikit sepi"
"Aku lihat kau sekarang akrab dengan Ayah Daniel"
"Iya, Ayah Daniel ternyata seru juga orangnya"
"Sepertinya Ayah Daniel menyukaimu" Ucap Rino, ada makna tersembunyi dari perkataannya.
"Masak sih? Kurasa biasa saja"
"Kau berbicara dengan Ayahmu di telepon tadi?" Tanya Rino dengan lembut.
"Iya, Ayahku selalu mengkhawatirkanku di setiap dia tidak melihatku"
"Ayahmu sangat menyayangimu, dia memperlakukanmu dengan baik"
"Ayah mwmang begitu, tapi terkadang ada sedikit tidak nyaman dengan itu, seperti aku tidak terlalu merasa bebas"
"Itu sangat wajar, Ibuku juga selalu mengkhawatirkanku setiap ia tidak mendengar kabar tentangku"
"Benarkah? Aku belum tahu Ibumu"
"Apa kau ingin bertemu dengannya?" Tanya Rino dengan semangat.
"Aku mau saja, tapi apakah boleh aku menemui Ibumu?"
"Aku tau yang kau pikirkan, jangan berpikir Ibuku pilih - pilih orang, Ibuku selalu melihat kalau semuanya itu sama"
"Ibumu sangat baik, tapi aku masih tidak yakin"
"Aku bisa membawamu saat masalah ini selesai" Ucap Rino sambil tersenyum senang. Ia berfikir ia akan menyukai Ibunya dan dia, karena mau diajak untuk bertemu orang tuanya apalagi itu Ibunya.
"Aku tidak janji" Ucap Ina dan Rino pun hanya tersenyum, ia tahu jika Ina hanya malu saja.
"Ngomong - ngomong, Apa kau punya pasangan?" Tanya Ina.
"Aku? Aku belum punya pasangan, Ibuku selalu memaksaku untuk menikah, banyak sekali perjodohan" Ucap Rino panjang lebar.
"Lalu kenapa kau tidak menikah sampai saat ini?" Tanya Ina.
"Aku menolak semua perjodohan itu, aku ingin menemukan pasangan dari hatiku sendiri, aku ingin menemukan sendiri" Ucap Rino dan Ina pun hanya mengangguk paham.
"Aku hanya ingin bertemu dengannya sendiri dan jatuh cinta pada saat itu juga" Ucap Rino melanjutkan perkataannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments