"LEPASKAN!!" Naya mencoba untuk berontak.
"DIMANA ATASAN KALIAN?!!" Tanya Naya.
"Tuan sedang keluar, Nona" Jawab salah satu penjaga. Cayo yang mendengar itupun hanya melakukan tugas penyamaran sambil menunggu Ina dan Rino kembali.
Daniel yang juga berada di dalam penjara pun mencoba untuk meyakinkan Naya untuk tenang.
"Aku tidak bisa tenang Daniel!" Teriak Naya.
Naya pun menangis.
"DIMANA IBUKU?!" Tanya Naya dan pera penjaga pun tidak ada yang menjawab.
Naya menangis sejadi - jadinya.
"Beraninya kalian menjebakku!! Aku akan menghukum kalian setelah ini!!" Naya yang tidak kuat untuk menahan emosinya.
"Saya harap Nona bisa tenang" Ucap salah satu penjaga tersebut.
"Kalian!!!" Naya pun memberontak berusaha melepaskan diri dari penjara. Para penjaga pun berusaha untuk waspada jika Naya bisa melepaskan diri dari penjara.
"Kenapa kau diam saja?! Cepat bantu aku!!" Protes Naya untuk kesal melihat Daniel yang hanya diam saja tidak melakukan apapun.
"Kita tidak bisa kabur untuk sementara ini" Ucap Daniel santai.
Dan Naya pun manangis sambil terduduk di lantai penjara.
"Ibu" Naya menangis sambil menyebut Ibunya, ia sangat merindukan Ibunya dan berharap ia bisa keluar dengan Ibunya.
...
"Huftt... Akhirnya sampai" Guman Rino.
Ina, Rino dan Ibu Naya telah sampai di Apartemen milik Daniel.
"Nyonya, bisa istirahat dulu disini untuk sementara, kami akan mencoba membantu melepaskan Naya" Ucap Ina.
"Terimakasih, Nak kamu sungguh tulus membantu" Ucap Ibu Naya.
"Kami akan pergi sekarang, karena tidak ingin mereka curiga dengan ketiadaan kami di tempat tersebut" Ucap Rino dan akhirnya mereka pun kembali ke tempat dimana Naya dan Daniel di tahan.
....
"Rencana sekarang sudah berhasil" Ucap Ayah Daniel.
"Bagus, sekarang hanya tinggal mengancam saja" Ucap Wanita paruh baya tersebut yang tidak lain adalah Ibu Daniel.
"Aku akan melakukan yang terbaik" Ucap Ayah Naya.
"Jangan sampai gagal, lakukan yang terbaik agar rencana ini berhasil" Ucap Ibu Daniel.
"Baiklah, aku akan menyelesaikannya"
...
"Kita harus tetap tenang dan berpura - pura tidak ada yang terjadi sebelumnya" Ucap Ina mengingatkan dan mereka pun masuk ke salah rumah sekapan tempat dimana Naya dan Daniel di tahan.
"Semuanya!" Teriak Ayah Naya.
"Apa mereka berdua sudah siuman" Tanya Ayah Naya kepada salah satu penjaga.
"Sudah Tuan" Jawab penjaga tersebut.
"Tetap awasi mereka" Ucap Ayah Naya.
Drrtt!
"Halo" Ayah Naya mengangkat teleponnya.
"Halo, aku akan segera menandatangani surat pemindahan tangan, kau tetap awasi dia" Ucap Ibu Daniel.
"Apa suamimu tiada?" Tanya Ayah Daniel.
"Dia sekarat" Lalu Ibu Daniel tertawa dan Ayah Naya pun ikut tertawa.
Ina dan Rino yang mendengar itupun terkejut.
"Baiklah, teruskan rencanamu" Ucap Ayah Daniel lalu menutup teleponnya.
"Apa kita harus kesana?" Tanya Ina kepada Rino dengan berbisik supaya tidak terdengar suara mereka.
"Kurasa kita harus bergerak cepat untuk kesana, kita harus menyelamatkan perusahaan Daniel" Ucap Rino.
"Kita akan kesana sekarang" Ucap Ina. Ayah Daniel sedang menghampiri Naya dan Daniel di tahanan.
"Kurasa ini waktu yang tepat untuk kabur" Ucap Rino dan mereka pun segera lari menuju rumah Daniel.
"Apa kita akan lari?" tanya Ina.
"Tentu saja tidak, kita akan naik mobilku, aku mempunyai bengkel 500 meter dari sini" Ucap Rino dan akhirnya mereka memutuskan untuk lari sejauh 500 meter.
...
"Dimana Daniel?" Tanya Ayah Daniel yang sedang berbaring dia atas ranjangnya dengan tubuh yang tidak berdaya.
"Daniel? Aku tidak tau Daniel, kau tau dia selalu kabur dan aku selalu gagal untuk menyakinkannya" Ucap Ibu Daniel maksudku Ibu tiri Daniel.
"Daniel memang anak yang tidak bisa di kekang" Ucap Ayahnya.
"Aku tau kau capek suamiku" Ucap Ibu Daniel lalu memberikan secangkir teh hangat untuk Ayah Daniel.
"Aku sudah tidak kuat untuk berdiri lagi"
"Minumlah teh ini, tidak enak jika dingin" Lalu Ibu Daniel memberikan teh hangat itu dan membantu suaminya untuk meminumnya.
"Mungkin ini waktunya untuk memberikan sebuah surat pemindahan kekuasaan" Ucap Ayah Daniel.
"Maksudmu?"
"Aku ingin memberikannya kepadamu, istriku" Ucap Ayah Daniel.
"Tapi suamiku, seharusnya ini milik Daniel" Ucap Istrinya.
"Tapi Daniel sepertinya tidak meminta hak kekuasaan apalagi sebagai warisan"
"Jika itu yang kau mau maka aku akan menerimannya dengan senang hati" Ucap Ibu Daniel dengan tersenyum.
Di batin Ibu Daniel, jika Daniel tidak bisa membawa perusahaan ke peringkat pertama dalam kompetisi maka, ia lah yang akan membawa perusahaan tersebut menuju peringkat pertama untuk mendapatkan Hadiah yang sudah di persiapkan dalam kompetisi.
Dan agar kelak kekayaan perusahaan selalu dalam genggamannya, agar bisa ia berfoya - foya di setengah kehidupannya.
Dan rencana menikahkan Daniel adalah rencana semata yang ia ingin wujudkan supaya kelak dia tidak repot - repot dalam urusan bisnis perusahaan tetapi harapannya itu tidak berjalan dengan mulus, akhirnya ia memutuskan bahwa ia sendiri yang akan membawa perubahan pada perusahaan.
"Kau tanda tangani dan segera urus surat untuk laporannya" Ucap Ayah Daniel dengan terbatuk - batuk. Dan memberikan surat itu kepada istrinya.
"Aku akan segera melakukannya sesuai dengan keinginanmu" Ucap Istrinya lalu mengambil surat itu dengan tersenyum.
Brakkk!!!
"Tolong keluar!!" Ina berteriak di ruang utama.
"Siapa itu?" Tanya Ayah Daniel kepada Istrinya.
"Aku juga tidak tau, aku akan segera melihatnya" Jawab Ibu Daniel dan akhirnya menemui Ina di ruang utama.
"Kau?" Tanya Ibu Daniel.
"Dimana Daniel?" Ina pun juga bertanya.
"Kenapa kau kesini?"
"Justru saya kemari untuk bertemu dengan Daniel" Ina pun menjawab.
"Daniel tidak ada disini"
"Bagaimana bisa? Temannya bercerita bahwa ini rumah Daniel" Ucap Ina dengan lantang.
"Lalu apa tujuanmu datang kemari?" Tanya Ibu Daniel dengan mata yang melotot.
"Aku ingin meminta pertanggung jawaban" Jawab Ina.
"Untuk apa?!"
"Dia telah membawa Naya"
"Apa maksudmu?"
"Naya di bawa oleh Daniel kan?!"
"Apa maksudmu? Naya menghilang?"
"Naya menghilang dan dia di bawa pergi oleh Daniel"
"Bukankah kau yang bersama Naya waktu itu?" Ibu Daniel bertanya.
"Dan sekarang kau baru saja mengingatku?" Jawab Ina dengan remeh dan akhirnya dia mengeluarkan senjata tembak dan menembak Ibu Daniel.
Dorr!!
Tembakan itu dari rumah Naya, tepatnya Naya di jebak dengan tembakan itu.
Tembakan itu adalah tembakan untuk musuh agar musuh tidur selama beberapa jam kemudian. Lalu Ina segera membawa Ibu Daniel menuju salah satu ruang dan menguncinya.
"Aku tidak tau apakah aku akan di hukum dengan menebaknya" Lalu Ina pun segera berlari keluar dari rumah tersebut menuju mobil Rino.
"Apakah tugasmu selesai?" Tanya Rino.
"Sudah ku kerjakan, kau membawa Ayah Daniel dan-- Apakah kau membawa surat itu?!" Ucap Ina menyadari tentang surat pemindahan kekuasaan.
"Sudah, aku letakkan di Dashboard mobil" Ucap Rino dan Ina pun lega.
"Kita akan membawa Ayah Daniel ke Apartemen Daniel bersama dengan Ibu Naya" Ucap Rino.
Ayah Daniel juga terkena tembakan yang di berikan Rino agar Rino mudah untuk membawa tubuh Ayah Daniel.
"Ayo! Kita bawa Ayah Daniel ke Apartemen! Dan juga berhati - hati dalam menyetir! Aku tidak mau kedua kalinya ku merasakan jantungan!" Ucap Ina dan Rino pun tertawa.
"Baiklah, kali ini aku akan berhati - hati" Ucap Rino.
"Baiklah segera jalankan mobilnya" Ucap Ina lalu menepuk pundak Rino dengan tersenyum padanya dan Rino pun membalas senyuman Ina.
"Kau pakai lah sabuk pengaman" Ucap Rino sldan Akhirnya Ina menurut, ia lupa memakai sabuk pengaman.
Akhirnya mereka pun berangkat menuju Apartemen Daniel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments