"Kita akan menemukan Ibumu besok yang kita butuhkan hanya tempat untuk beristirahat" Ucap Daniel.
"Kita akan menyelesaikannya secepat mungkin" Daniel yang memikirkan cara untuk masalah ini cepat selesai agar keadaaan kembali dengan normal seperti sebelumnya atau lebih dari sebelumnya.
Daniel membawa dua sahabat itu untuk menginap di apartemen propertinya.
"Kalian berdua tinggal di satu apartemen ini, kebutuhan sudah lengkap di dalam dan ada satu kartu kredit di dalam lemari, ambillah dan bawa untuk keperluan tambahan" Ucap Daniel sambil melihat Ina.
"Jika kalian butuh bantuanku, aku berada di kantor apartemen dan anggap saja rumah sendiri" Daniel pun memberikan sebuah amplop kecil yang bertuliskan password apartemen dan meninggalkan dua sahabat itu.
"Ayo masuk" Ucap Naya dan mereka pun masuk ke dalam apartemen.
"Daniel bilang ada kartu kredit di dalam lemari" Ucap Naya sambil menuju ke lemari.
"Kita harus mengambil itu agar tidak hilang nantinya" Ucap Ina.
Mereka pun membuka lemari dan terlihatlah sebuah buku tipis. Mereka pun membuka buku itu dan menemukan kartu kredit tersebut.
"Aku akan menyimpan ini" Ucap Naya dan Ina pun mengangguk setuju.
"Aku akan membersihkan badanku dulu" Ucap Ina sambil mengambil baju tidur apartemen menuju kamar mandi.
Naya yang terduduk di kasur dengan pikiran bagaimana keadaan Ibunya yang sekarang ini.
Drrtt!!
"Halo"
"Halo Ina" Ucap Ayah ini di telepon.
"Halo Ayah, Ini Naya"
"Naya? Kenapa kamu yang mengangkat Nak? Dimana Ina?" Tanya Ayah Ina dengan nada khawatir.
"Eum... Ina sedang mandi, kami berada di apartemen sekarang" Ucap Naya.
"Tapi kenapa kalian tidak pulang saja? Dan jam yang sudah larut kenapa kalian di apartemen?" Tanya Ayah Ina yang semakin khawatir.
"Maaf Ayah, kami menginap untuk sementara ini" Naya tidak tau yang akan harus dia katakan, Ina harus membereskannya.
"Apa kalian baik - baik saja?" Tanya Ayah Ina dengan sedikit lebih tenang.
"Kami baik - baik saja, kami akan pulang secepatnya hanya saja kami sekarang punya rencana untuk membebaskan Ibuku" Ucap Naya yang berterus terang.
"Naya, Ayah berharap kalian baik - baik saja dan selalu baik - baik saja" Ucap Ayah Ina yang merasa cemas dengan suasana disana.
Lalu Ina keluar dari kamar mandi memakai pakaian tidur bergambar Teddy Bear. Naya yang melihat itupun langsung menari Ina dan segera ambil alih telepon.
"Halo" Ucap Ina yang di sampingnya Naya sedang menyuruh untuk membuka pembicaraan.
"Itu Ayahmu" Ucap Naya berbisaik.
"Halo, Ina"
"Halo Ayah"
"Kau ini bagaimana hah? Jam segini tidak pulang, kata Naya kalian sedang menginap di apartemen sekarang tapi kau tidak memberitahu Ayah terlebih dahulu?!" Ucap Ayah Ina yang marah pada anak perempuannya itu. Naya yang sedikit mendengar itupun terkejut.
"Maaf Ayah aku lupa memberi kabar" Jawab Ina dengan nada bersalah.
"Lain kali kau harus secepatnya memberi kabar jika mau menginap atau apa, mengerti?!!" Tanya Ayah Ina yang sedikit lebih sabar.
"Baik Ayah, aku tidak akan lupa lagi"
"Bagus, sekarang kau baik - baik saja bukan?"
"Aku lebih dari baik - baik saja"
"Apa kau sudah makan?" Bibir Ina terasa kaku untuk menjawab pertanyaan dari Ayahnya.
"Sudah" Ina berbohong.
"Baiklah sekarang cepat kau istirahat"
"Baiklah aku akan tutup teleponnya" Ucap Ina lalu menutup teleponnya.
"Hufftt, Ayahmu bisa marah juga ternyata, aku tadi panik saat Ayahmu mengkhawatirkanmu" Ucap Naya sambil merebahkan tubuhnya di kasur.
"Ayahku memang begitu bisa lembut bisa tidak" Ucap Ina dengan menghela nafas berat.
"Syukurlah sudah berlalu" Naya yang mencoba untuk bisa tidur.
"Kau tidurlah, masih banyak rencana untuk besok" Ucap Ina lalu ikut tidur dengan Naya.
...
"Naya, bangunlah!" Ucap Ina sbil mengiyang - goyangkan tubuh Naya yang masih terlelap.
Naya yang masih tidak sadarkan diri itupun menata nyawanya.
"Hoamm!" Naya menguap dan mengumpulkan nyawanya.
"Tadi Daniel kesini katanya 20 menit lagi kita harus ke kantor apartemen" Ucap Ina sambil mengancingkan bajunya.
"Ada apa?"
"Aku tidak tau, Daniel hanya bilang itu saja, sekarang cepatlah kau mandi dan bersiap" Ucap Ina sambil merapikan bajunya.
"Aku masih mengantuk"
"Cepatlah, hampir 15 menit" Akhirnya Naya pun bangkit mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
Akhirnya mereka berdua pun sudah bersiap dan mengunci pintu dengan Smartlock apartemen.
"Daniel, Apa ada kabar?" Tanya Naya saat sudah tiba di kantor apartemen.
"Ada kabar baik di belakang kantor" Jawab Daniel, lalu Daniel mengisyaratkan Naya untuk pergi ke belakang kantor.
"Rino! Cayo!" Teriak Naya tidak percaya.
"Ngapain disini?" Tanya Naya dengan tidak percaya.
"Bantuin buat nyelesain kasus" Jawab Cayo.
"Eh ada Ina" Ucap Rino.
"Di jaga matanya" Sindir Cayo yang ada di sebelah Rino.
"Ina sejak kapan disini?" Tanya Rino.
"Sejak kemarin" Jawab Ina.
"Oh, sejak kemarin ya? Udah lama dong" Ucap Rino dan Ina pun hanya tersenyum dengan canggung.
"Buaya darat, jangan mau sama Rino" Sindir Naya.
"Apaansih?!" Omel Rino.
"Apa nih rame - rame?" Daniel pun tiba - tiba muncul.
"Tau nih anak lebay banget kalau ada Ina" Ucap Naya.
"Oh" Jawab Daniel singkat.
"Jadi, Apa rencana ngumpulin kita disini?" Tanya Naya dengan serius dan mereka semua pun juga berubah serius.
"Okeh, kita harus siap untuk ini" Ucap Daniel.
"Tapi kita belum makan" Ucap Naya dan mereka semua pun menatapnya.
"Baiklah kita makan dulu, kita ke Resto Apartemen" Ucap Daniel dan mereka pun menurut.
...
"Lihat! Anakmu menjadi pembangkang!" Teriak Ayah Naya yang menggelegar bak petir di siang bolong.
"ITU BUKAN KESALAHANNYA!" Ibu Naya pun membalasnya.
"Kau mendidik anak itu dengan tidak becus" Ucap Ayah Naya dnegan penuh penekanan sambil menekan kedua pipi Ibu Naya dengan tangannya.
"KAU YANG MEMPELAKUKANNYA DENGAN TIDAK BAIK!" Ibu Naya pun menangis ketika mengingat anaknya saat sedih dan sengsara.
"Aku memperlakukannya dengan baik, aku memberinya ruang, fasilitas, uang, dan sebagainya tapi dia tidak membalas budinya padaku!" Teriak Ayah Naya.
"Kau Ayahnya! Dan sebagai orang tua tidak seharusnya meminta upah atau pun bayaran dari apa yang sudah di berikan apalagi dari Anaknya sendiri!" Setelah membalas ucapan Ayah Naya, Ibu Naya pun menangis sejadi - jadinya. Ibu Naya tersiksa jika Naya di perlakukan tidak baik oleh seseorang.
Dan Ibu Naya tidak pernah berfikir jika suaminya sendiri bisa berbuat yang tidak baik dengan anaknya sendiri, darah dagingnya sendiri. Banyak orang yang menginginkan anak atau darah dagingnya sendiri tapi dia di berikan anugerah tetapi dia berbuat sangat keji pada anugerah tersebut.
"Sudahlah, kau memang tidak berguna" Ucap Ayah Naya lalu meninggalkan ruang tersebut.
"Penjaga! Jaga ruang selalu" Ayah Naya pun memerintahkan Para penjaga untuk selalu mengawasi setiap gerak - gerik Ibu Naya.
"Baik bos! Laksanakan!" Para penjaga itupun menuruti apa yang di perintahkan oleh atasannya
"Dimana lokasi Naya sekarang?" Tanya Ayah Naya kepada mata - mata bayarannya.
"Maaf tuan, kami belum bisa melacak keberadaannya, akan kami usahakan secepat mungkin" Ucap mata - mata tersebut sambil menundukkan kepalanya.
"Apa kau juga mengerjakan pekerjaan dengan tidak becus, hah?! Sia - sia aku membayarmu dengan mahal!" Ayah Naya pun marah - marah kepada mata - mata tersebut.
"Maafkan saya tuan, memang tidak mudah melacak keberadaannya" Jawab mata - mata tersebut.
"Sudahlah, cepat temukan dia secepatnya" Perintah Ayah Naya.
"Baik tuan, akan saya usahakan bersama rekan" Ucap mata - mata bayaran tersebut.
"Aku akan menelpon perempuan itu" Ucap Ayah Naya sambil menunjukkan smirk yang di milikinya.
"Halo" Sapa Yah Ina dalam telepon genggamnya.
"Halo tuan" Sapa seorang wanita dari dalam telepon tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments