Eps. 4

"Hidupku memang dipenuhi keberuntungan" Balas Naya dan dia pun tertawa.

"Naya, kita akan sampai jam berapa?" Tanya Ina.

"Mungkin sekitar 20 menit"

"Tenang Ina, aku akan membawamu pulang dengan selamat" Ucap Cayo.

"Halah playboy" Sindir Rino.

"Biasalah buaya tajir dan sok ganteng amat" Sindir Naya.

"Syirik!" Balas Cayo sambil memutar bola matanya, buaya julid.

Ina sudah sampai di rumah dan dia tidak menemukan seseorang pun.

"Ibu?" Ayahnya bekerja dan hanya ibunya yang tinggal dirumah, tetapi entah kenapa Ina tidak menemukan ibunya di rumahnya.

Ina menuju kamarnya dan bersiap untuk membuka dokumen pengajuan tanda terima kontrak penulis. Ina memang berbakat dari segi menulis apapun, bahkan sebagai penulis se-daerah.

Ina mempunyai impian untuk menjadi penulis terkenal dan bisa membuat orang tuanya bangga atas keberhasilannya. Ina hanya perlu terus mencoba dan berusaha berkreasi membuat karya yang luar biasa, dan juga menjaga kesehatan mental maupun fisik.

Jika semua sudah utuh maka kesuksesan pasti bisa di raih dengan mudah.

Ina hanya perlu tersenyum dengan apa yang di berikan olehnya. Maka dari itu harus tetap semangat 86.

Setelah kompetisi antar daerah baru lah kompetisi dunia. Hanya harus menatap ke depan dan percaya kita pasti bisa menembus semua rintangan yang ada.

"start itu sulit, finish itu mudah" Dan agar semua jadi mudah maka hanya harus bersyukur di setiap garis yang ada.

Setibanya jam tiga Ina membereskan keperluan untuk menemui Dekan Jinan, Dekan yang terkenal tegas dan berwibawa. Apa yang akan terjadi?

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" Jawab Dekan dari dalam Kantor.

"Selamat Pagi Mr." Ina memberi salam.

"Selamat Pagi Ina" Meskipun Ina sering di panggil untuk menghadap Mr. Dekan tetapi selalu ada rasa gugup di tubuhnya.

"Saya disini ingin menyampaikan jika karya kamu... adalah karya yang di cari di kompetisi... Internasional" Ina terkejut dengan pernyataan Dekan Jinan, tidak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi.

"Mr. Bercanda kan?" Ina tidak percaya saking terkejutnya hingga menutup mulutnya.

"Kabar sebahagia dan sepenting ini mana mungkin saya bercanda" Dan Dekan Jinan pun tersenyum.

"Kalau kamu tidak percaya ya sudah" Ucap Dekan.

"Tidak, saya percaya" Saking senangnya Ina pun meneteskan air matanya.

"Eh jangan nangis" Ucap Dekan meledek.

"Nggak saya nggak nangis" Balas Ina sambil mengusap pipinya yang terkena air mata menggunakan punggung tangannya.

"Selamat ya Ina, semoga karya kamu akan terus tinggi dan tinggi setinggi - tingginya" Ucap Dekan.

"Terimakasih Dekan, saya akan berusaha dan berusaha agar selalu menjadi yang terbaik" Balas Ina saking terharunya karena baru ini Dekan sangat memuji dengan luar biasa. Ina sangat bersyukur.

"Oh saya lupa ada satu hal lagi" Dekan mengambil sebuah di dokumen yang ber-map berwarna merah.

"Ini adalah sebuah dokumen resmi penulis mengikuti kompetisi Internasional" Ucap Dekan sambil memberikan dokumen tersebut. Dengan tangan gemetar Ina mengambilnya.

"Tapi jangan senang dulu kamu masih belum di nyatakan resmi sebagai pemenang tapi jangan khawatir saya yakin kamu akan menjadi pemenangnya" Ucap Dekan dengan tersenyum ramah.

"Baik Dekan terimakasih" Balas Ina sambil memeluk dokumen tersebut.

"Saya fikir cuman itu saja yang saya bicarakan dengan kamu"

"Baik Dekan sekali lagi terimakasih banyak" Ucap Ina sambil membungkuk hormat lalu pergi meninggalkan ruangan Dekan.

Ini adalah sebuah keberuntungan untuk Ina. Keberuntungan yang tidak disangka - sangka. Tidak menyangka Ina tidak bisa masuk kompetisi nasional tapi masuk kompetisi Internasional.

"Aku harus berusaha lebih keras dan keras lagi" Impian yang paling di harapkan dari semua impiannya yaitu membahagiakan orang tuanya dengan hasil kerja kerasnya.

"Ayah!!" Teriak Ina sambil memeluk ayahnya.

"Ayah lihat ini" Ucap Ina sambil memberikan dokumen kompetisi Internasional. Ayah Ina membuka dokumen itu dan betapa terkejutnya jika anak yang selalu ia sayangi masuk dalam kompetisi karya Internasional.

"Ini beneran Ina?" Tanya ayahnya tidak percaya dan Ina mengangguk cepat.

"Alhamdulillah, Nak" Ucap Ayahnya sambil memeluk Ina.

"Ayah berdoa supaya kamu jadi pemenangnya" Ucapnya sambil terharu mengeluarkan air mata. Ina pun terharu sambil membalas pelukan erat Ayahnya.

"Ada apa?" Ibu Ina keluar dari kamar dan melihat Ina dan Ayahnya berpelukan.

"Lihat Ibu Ina masuk kompetisi Internasional" Ucap Ina sambil memperlihatkan dokumen kompetisi Internasional tersebut.

"Oh masih belum jadi pemenangnya" Ucap Ibunya seolah tidak peduli dengan dokumen kompetisi Internasional tersebut.

"Doakan Ina ya Bu, biar nanti Ina yang jadi pemenangnya" Balas Ina sambil tersenyum tetapi Ibunya malah pergi ke dapur untuk memasak makan siang.

"Oh ya Ayah uang yang ada di atas meja Ina itu uang ayah?" Ucap Ina sambil berbisik - bisik setelah melihat Ibunya pergi ke dapur.

"Itu buat kamu"

"Tapi buat apa? Ina sudah dapat beasiswa dari kampus ayah juga tau kan"

"Itu buat uang jajan kamu"

"Sebanyak itu? Sebenarnya Ina ingin jadi anak perempuan yang mandiri jadi cari uang sendiri dari karya tapi jika ayah mau memberikan uang jajan ke Ina, Ina bakal terima tapi nggak sebanyak itu juga kan Yah"

"Yaudah uangnya di tabung aja biar punya tabungan yang di berikan Ayah" Lalu Ayahnya berlalu pergi ke kamar.

"Ayah selalu saja begitu" Ucap Ina. Jika begitu Ina hanya pasrah dan membuat uang itu agar menjadi simpanan penting.

Ina pergi ke kamar dan membereskan karya untuk kompetisi Internasional.

"Baru pertama kali aku masuk kompetisi Internasional, rasanya gugup sekali"

"Kemenangan bukan lah hal yang terbaik, tetapi berusaha dan terus berusaha adalah hal yang terbaik"

"AYO!!! SEMANGAT INA!!" Ina berteriak menyemangati diri sendiri.

"Apa aku menelpon Naya memberitahukan kabar ini?"

Ina berfikir untuk menelpon Ina dan memberitahukan kabar gembira ini.

Drrtt!!

Tiba - tiba Naya menelpon Ina. Ina sangat senang dan ingin memberitahu kompetisi Internasional kepada Naya, Naya pasti akan senang.

"Halo?"

"Halo Ina"

"Naya, kebetulan sekali aku ingi-" Naya memotong pembicaraan Ina.

"Ina tolong aku, aku kecelakaan"

"Apa?! Kau dimana?!" Tanya Ina panik dengan kondisi Naya sekarang.

"Aku ada di perempatan kampus"

"Oke aku akan kesana 5 menit lagi" Ina langsung menutup sambungan teleponnya.

"Semoga kamu baik - baik saja Naya" Ucap Ina dalam Hati. Ina panik jika terjadi sesuatu kepada Naya, meskipun Naya itu tengil tapi Ina sudah menganggap Naya sebagai Saudaranya sendiri.

Dan Ina paling tidak suka jika mendengar kabar bahwa Naya sedang terjadi masalah, apalagi sampai membuat Naya terluka. Ina hanya berharap dan hanya bisa berdoa agar Naya tidak terluka apalagi terluka yang sangat parah. Karena Naya adalah anak yang ceria dan banyak tertawa, tidak tega jika melihat Naya murung apalagi sedih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!