William sediri juga tersiksa menahan hasratnya, pesona Vani sangat kuat baginya tapi rasa sakit karena ditinggal dan dihianati kekasihnya dulu membuat nya menepis rasa itu, belum lagi ibunya yang pergi entah kemana.
Terlebih dia kenal Vani karena apa, dia berfikir bahwa Vani menikah denganya karena harus membayar hutang ayahnya, bukan karena mencintainya.
Sejak menjadi istrinya Vani sangat patuh padanya, bahkan Vani tak pernah menolak keinginan nya.
William memutuskan untuk tidur dikantornya, dia tidak ingin pulang, pikiran Willi sangat kacau, seakan sedang menanggung beban berat dijiwanya, Dia ingin menghindari Vani untuk sementara waktu, tiga hari Willi ga pulang, Vani bingung dia kenapa? Apakah dia sesibuk itu atau dia keluar kota tanya Vani dalam batinya.
Willi sebenernya sangat merindukan Vani, Vani sudah mengganggu pikirannya, dikantor dia sering membuang makanan, padahal dia tak pernah sama sekali melakukanya, makanan yang dibawakan Eric selalu ditolaknya.
Eric bingung dia harus membelikan apa supaya bosnya mau makan, Eric sangat hafal dengan bos nya, jika perutnya tak beres maka moodnya juga akan hancur, lalu dia berinisiatif menghubungi Vani, mungkin masakan Vani bisa sedikit menenangkan bosnya.
drrt drrt drrt
"Hallo pak Eric bisa saya bantu," jawab vani disebrang telpon.
"Maaf nona Vani, tuan ga mau makan apakah anda keberatan jika membuat makanan untuk tuan lalu mengantarkan nya ke kantor biar supir kantor jemput," pinta Eric pada Vani.
Tanpa berfikir lagi Vani langsung menyetujuinya.
"Baiklah suruh supir dateng tapi apakah dia tidak akan marah kalo aku datang pak," Tanya Vani sedikit ragu.
"Tidak akan nona saya jamin," Jawab Eric menyakinkan.
"Baiklah," Ucap Vani menutup telponya, Vani menyiapkan makanan untuk suaminya dirantang.
"Kalo ga mau makan diluar kenapa ga mau pulang, heemmm apakah segitu jijiknya kamu sama aku Wil," Ucap Vani pada dirinya sendiri.
"Aku kekantornya, apa dia ga marah,
ah itu urusan nanti yang penting dia makan dulu," batin Vani.
Vani menggunakan dres selutut warna marun kombinasi renda peach, sangat cantik dengan polesan make up yg natural,btak lupa sepatu peach dengan aksen pita diatasnya, membuat kaki Vani terlihat sangat manis, tas slempang untuk menyimpan dompet dan ponselnya pun ia tak lupa.
Vani menguncir rambutnya seperti ekor kuda serta memperlihatkan keindahan leher jenjangnya.
Vani melangkah kepelataran perkantoran Willi, gedung setinggi 17 lantai itu terlihat sangat mewah, dia menghubungi asisten Eric.
Eric pun menjemputnya dibawah.
"Aku ga usah masuk ya pak nanti dia marah,"Vani agak sedikit ragu.
"Enggak kamu masuk aja, saya jamin dia ga akan marah, dia hanya gengsi aja sama kamu." Eric meyakinkanya.
"Apa maksudmu?." Tanya vani.
"Sudah ga usah pikirkan, ayo naik. " Ucap eric setengah memaksa.
"Bapak kok jadi ga formal sama saya." Tanya Vani
"Nanti formalnya kalo dirumah apa didepan bos aja. " Jawab Eric cuek.
Didalam lift Vani hanya diam, ini gedung tinggi amat yak, ahirnya lift yangembawa mereka pun sampai di depan pintu ruangan Willi, Vani masih diam mematung, lalu melihat Eric, Eric mengangguk tanda menyuruh Vani mengetuk pintu itu.
"Ya Tuhan lindungi hamba, berasa mau perang saya." gumam Vani.
Vani pun memberanikan diri mengetuk pintu.
"Masuk." terdengar suara dari dalam.
"Permisi tuan." jawab Vani, sambil memegang handle pintu dan membukanya.
Willi melihat ke arah pintu dan melepas kacamatanya.
Willi tidak menyangka wanita yg menguasik
jiwanya beberapa hari ini datang ke kantor, dengan penampilan Vani yang sangat berbeda dari biasanya membuat Willi tak mampu lagi menahan hasratnya.
"Apa yang kamu lakukan disini?." Tanya Willi.
"Maaf tuan saya hanya membawakan anda makan." Jawab Vani.
"Oo..kamu siapkan saja." Surih nya.
Tanpa banyak bicara Vani pun menyiapkan makanan untuk suaminya, Willi mematap intens ke arah Vani yang terlihat sibuk menyiapkan makan untuknya, Willi tak mampu lagi menahan perasaanya.
Vani baru menyiapkan piring, lalu willi menghampirinya, tanpa aba aba
Willi langsung mencium bibir istrinya.
Willi mengambil piring yang ada di tangan Vani menaruhnya dimeja.
Willi memeluk pinggang istrinya posesif, tangan satu nya memegang tengkuk Vani agar tak bisa mengindar, Willi melepas ciumanya, lalu mengendong Vani ala bridal staly, dan membawa nya keruangan yang bisa disebut kamar, seperti biasa Vani membiarkan Willi melakukan apa yang dia mau, Vani percaya Willi tidak akan melakukan lebih.
Willi membaringan Vani diranjang, lalu melepas semua pakainya, Willi hanya meninggalkan celana dalamya saja.
Apakah dia akan melakukanya sekarang, batin Vani mulai bergemuruh, tapi Vani juga ga bisa menolak, semoga ini awal yang baik batin Vani lagi.
Willi terus mencumbunya, kali ini sangat lembut, dia juga mencoba menyatukan tubuh mereka, berkali kali gagal, dia masih gadis batin Willi.
Terdengar jeritan Vani kesakitan, Willi menutup mulut Vani dengan ciuman ciumanya, agar Vani melupakan sedikit rasa sakitnya.
Satu jam berlalu mereka bercumbu Willi pun menyemburkan lahar hangat pada rahim Vani, Willi tersenyum puas, Willi mencium kening Vani dan mengucapkan terimakasih.
Ini pertama kalinya Willi mengucapkan kata setiap kali habis mencumbunya, biasanya dia tidak akan perduli dan meninggalkanya begitu saja.
"Terimakasih istriku."
Vani hanya tersenyum, Vani merasakan sakit di sekujur tubuhnya apa lagi didaerah sensitifnya, dia mencoba bangun.
"Mau kemana." tanya Willi.
"Menyiapkan makanan tuan." Jawab Vani.
"Aku sudah ga lapar."
"Tapi tuan belum makan."
"Aku sudah makan."
"Sudah makan kapan?."
"Barusan."
"Kan belum tadi"
"Siapa bilang, aku sudah makan"
"Makan apa"
"Kamu. "ucap Willi sambil memainkan rambut Vani.
Vani memukul manja dada Willi.
"Istirahatlah dulu, kamu pasti lelah, aku selesaikan pekerjaanku dulu, ntar aku datang lagi oke. "' Willi mengelus pipi mulus istrinya serta meninggalkan kecupan ringan dibibirnya.
"Heemmm."
Willi masuk kamar mandi dan membersihkan diri, dia tidak memakai pakaianya yang tadi dia kenakan, kali ini dia memakai celana jeans dan kaos polo warna putih, dia terlihat sangat keren.
Willi melihat vani yg masih berbaring diranjangnya dan terus memperhatikanya. Willi tersenyum dan naik lagi keranjangnya.
"Kenapa hemm. " Tanya Willi.
"Ga." Jawab Vani malu dan mengigit slimutnya.
"Mau lagi. " Tanya Willi nakal.
"Ga ini masih sakit. " Jawab Vani.
Willi tersenyum dan mencium kening istrinya, kamu cantik menggemaskan istriku, tatapan Willi ke Vani seolah mengatakan itu.
"Tidurlah." Bisik Willi ditelinga Vani membuat merinding.
cup..
Willi memberikan kecupan kecil di bibir Vani, lalu Willi keluar dengan senyum penuh kemenangan.
**Bersambung**
jangan lupa tinggalkan jejak ya geng...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Murni Ulina Boru Aritonang
?
2023-05-23
1
Borahe 🍉🧡
tanda tanda dunia perbucinan nih
2023-03-28
0
Borahe 🍉🧡
mang Vani ga kuliah thor. perasaan di bab pertama dijelasin kalau Vani masih kuliah
2023-03-28
0