Apa yg telah mereka lakukan tak mengubah apapun, Vani tetap menjadi pelayanya, Vani masih menjadi pesururuhnya, Willi memanggil nya jika hanya perlu saja atau jika ia ingin melapiaskan hasratnya.
Vani menerima semua sikap suaminya.
dia sangat mengerti bahwa tidak ada tempat untuknya dihati Willim.
Suatu malam Willi pulang dengan keadaan mabok, Eric memberi tahu Vani agar tak mendekat, dia pun menurut.
Menurut Eric jika Willi mabok bisa saja menyakitinya.
Semaleman Eric tak pulang dia menginap di rumah Willi, keadaan Willi memang susah dimengeti, bahkan Eric pun tak tau apa yang sebenarnya terjadi.
Vani ingin menanyakan kenapa suaminya mabok, tapi dia tak berani.
....
Pagi pun datang Eric tetap tak ijinkan Vani mendekati Willi.
"Kamu siapkan sarapanya saja biar aku yang urus keperluan lainya." Ucap Eric pada Vani.
"Baik pak." Vani menurut, dia pun menyiapkan sarapan apa yang Eric perintahkan, yang lain Eric yg menghandle.
"Bro lo jangan gitu inget lo punya istri. " Ucap Eric menasehati.
Willi hanya diem, gimana gue bisa diem lo ga tu apa yang terjadi sama gue batin Willi.
"Lo tau gue nikah sama Vani karena apa, lo tau kalo gue ga cinta sama Vani, gue tetep cinta sama Diana. " Willi tetap berusaha menutipi masalah yang sebenarnya dia hadapi.
"Bro, Diana udah ninggalin elo, lo masih aja ngarepin dia yg ga jelas."
Willi tak memperdulikan kata kata Eric.
"Brisik lo." Umpat Willi.
Willi keluar kamar dan diikuti Eric, dia menyatap sarapan yang disediakan Vani.
Willi melepar makanan itu tepat di depan Vani
pranggg...
Vani kaget..
"Makanan apa yang kamu buat ini, makanan sampah gini kamu kasih ke aku heh." Bentak Willi didepan Vani.
"Wil jangan gitu." Eric mencoba mengingatkan.
Willi emang punya kebiasaan buruk, jika pikiranya kalut dia ga akan perduli pada siapapun, bahkan selera makan pun ikutan hancur.
Willi keluar rumah tanpa bicara sepatah katapun.
"Sabar ya Van."
Vani ingin menagis tapi dia tahan.
Apa salahku batin Vani, kenapa dia marah padaku.
Vani hendak membersihkan piring yg hancur berserakan itu tapi maid melarangnya.
"Jangan non,biar saya aja." Maid itu menatap melas ke arah majikanya.
"Baiklah."
Vani masuk ke kamarnya.
Vani menangis dalam diamnya.
15 hari berlalu.
Willi selalu marah padanya selalu berkata kasar padanya, bahkan makanan yang Vani buat pun salah semua.
Puncaknya ketika Eric membela Vani, Vani malah dicekiknya sampai kehabisan nafas.
Ke esokan harinya Eric melarang Vani keluar kamar agar Willi sedikit tenang.
Dua hari Vani hanya dikamar, sepertinya suasanya agak sedikit tenang , dia ingin mandi, Vani tidak tau kalo Willi dirumah.
tanpan sengaja mereka berpas pasan,Vani sangat merindukan Eilli, tapi dia juga takut. Vani memundurkan langkahnya, saat itu juga
Willi melihatnya.
"Kamu masuk ke kamarku sekarang." Perintah Willi.
"Baik tuan." Jawab Vani.
Vani pun masuk ke kamar Willi, Willi pun mengikutinya.
"Duduk." Perintahnya lagi. Willi duduk disisi ranjangnya, Vani duduk dikarpet didepan ranjang nya.
"Berapa lama kamu kerja disini. " Tanya Willi.
Vani diam sesaat lalu menjawab.
"Kurang lebih 8 bulan tuan."
"heemmmm."
"Maaf soal kemarin." Ucapnya.
"Tidak masalah."
"Apakah leher mu masih sakit?."
"Tidak."
"Kemari aku mau lihat."
Vani berdiri dan mendekati Willi, Willi menarik tangan Vani supaya duduk dipangkuanya. dia menyibak rambut panjang Vani, Willi melihat bekas memar dileher Vani.
"Apakah sudah kamu obati?." Tanya Willi.
Vani mengeleng.
"Berdirilah aku akan mengobatinya."
Vani berdiri, Willi mencari kotak p3k dan memberikan salep ketangan Vani.
"Kamu pakaikan itu sehabis mandi."
"Baik tuan." Vani memundurkan tubuhnya menjauh beberapa langkah dari tubuh suaminya.
"Van, dia datang." Willi mulai membuka masalahnya.
"Benarkah bagus kalo gitu." Walau hatinya sangat sakit Vani tetap tersenyum.
"Aku sudah memaafkanya Van,aku ingin kembali padanya."
"Tidak masalah apapun yang tuan ingin." Jawab Vani pelan.
Ingin rasanya saat itu Vani menangis, tapi untuk apa dia sudah tau kalo ini akan terjadi.
"Aku akan urus perceraian kita, kamu tinggal tinggu saja surat nya selesai."
"Iya.."
"Kamu bisa beresi barang kamu tinggu suratnya selesai baru kamu beleh pergi. " Ucapnya lagi.
"Iya, kalo boleh saya tau hutang ayah saya masih berapa tuan, bolehkah saya minta no reg anda, jika saya ada uang saya akan mencicilnya."Willi menatapnya, Vani terlihat memainkan ujung kaosnya, Willi diam.
"Kamu ga usah pikirkan itu Van." Ucapnya lagi terdengar begitu lembut.
"Tidak tuan hutang adalah hutang saya tak ingin ada beban nantinya." Jawab Vani.
"Baik terserah, kamu bisa memintanya pada Erik."
"Baik saya permisi."
Vani keluar kamar Willi, dia merasakan sesak didadanya, dia berlari memasuki kamarnya, dengan seluruh tenaga yang tersisa Vani memasukan baju bersihnya dan merapikan barang barangnya.
**Bersambung**
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
guntur 1609
biadab kau wil. Vani sdh kau buat sprti binatang sja
2025-02-16
0
Mia
jahat sekali Wili, sdh diurusin,.malah dibikin sesak hati vaniii
2023-12-09
0
Borahe 🍉🧡
mewek thor. 😭😭😭
2023-03-28
0