Lauren dateng ketoko dengan wajah memerah seperitinya dia jengkel, pertemuanya dengan Eric membuat darahnya mendidih.
"Diva mana Van." tanya Lauren pada Vani.
"Lagi ketoilet cik." jawab Vani
"La itu." tunjuk Vani.
"Div,ikut saya." Diva terlihat bingung karena dia tak merasa melakukan kesalahan, kenapa bosnya terlihat marah padanya.
"iya cik ada apa " Diva mengikuti Lauren ke kamar yang biasa digunakan Devan bobo siang.
"Div kamu ngapain post foto aku ke mensos?" tanya Lauren.
"Apa cik Diva ga ngerti." Diva semakin bingung.
"Coba kamu buka IG kamu yang waktu Devan baru lahir." jawab Lauren.
"Maaf cik itu udah lama sekali kalau pas Devan lahir ma habis itu Diva ga pernah post post lagi." Diva mencoba membela diri.
"Aku ga mau tau kamu hapus akun kamu." perintah Lauren.
"Cik followersnya udah banyak." Diva masih mencoba menawar.
"Aku ga mau tau itu konsekuensinya kalau keluarga aku tau kita mati bareng Diva ngerti kamu." Lauren mencoba meminta pengertian Diva.
"Maksudnya cik?".
"Pokonya hapus kalau ga kita mati bareng Div." ekspresi Lauren sangat serius kali ini.
"Kok cicik nakutin sih."
"Aku serius."
"Baiklah cik Diva hapus."
"Makasih Div kamu udah ngertiin aku."
"Tapi kenapa cik?" tanya Diva penasaran.
"Maaf Div aku belum bisa cerita nantin kalau udah saatnya kamu pasti tau, saya minta jangan post post lagi ya foto saya ya Div, ini ga bagus buat kita."
"Baik cik, Diva juga minta maaf soalnya Diva ga tau."
"Heemmm." Diva keluar dari ruangan itu
"Ada apa dengan cicik kayaknya takut sekali dengan keluarganya." gerutu Diva.
Lauren duduk termenung dia teringat Eric.
Ahhh...semoga dia bukan mata mata mama, Lauren keluar ruangan itu dan menghampiri Vani.
"Van gimana hari ini toko?." tanya Lauren.
"Lumayan cik, besok kita ada pesanan 7 cake ultah sama 1 wedding party." jawab Vani.
"Wah mesti extra besok Van." Lauren gembira sekali.
"Bener cik semoga besok Devan pinter."
"Besok Devan aku bawa jalan aja gimana?".
"Ga ngrepotin cik."
"Ga emaknya kan cari duit buat gue."
"Hahaha cicik bisa aja."
"Gimana tempat baru kamu?"
"Lingkungan disana enak cik, Vani suka kayaknya Devan juga suka rumahnya pas buat kami berdua. "
"Motormu udah servis belum?"
"Udah cik hari itu Rico bawain."
"Oo bagus lah ya udah, eh Van kayaknya ada pelanggan tu."
Vani melihat orang itu rasanya ga aneh siapa ya, Lauren heran kenapa Vani melihat orang yang baru datang itu ga berkedip.
"Van."
"Ya cik."
"Kenapa?"
"Mantan pacar cik."
"Hah mana?"
"Itu kaos biru yang sama cewek."
"Mantan pacar bukan suami."
"Bukan."
"Ya udah jangan grogi."
"Iya.."
Lauren mendampingi Vani dimeja kasir, seseorang yang dimaksud Vani mendekat dan menaruh nampan berisi cake dan roti untuk dihitung.
Laki laki itu menatap vani dengan seribu pertanyaan, mukanya terlihat menahan emosi tapi mulut mereka sama sama diam Lauren bener bener melihat suasana yang mengerikan.
Lauren membantu Vani mengambil uang dari tangan laki laki itu dan memberikan kembalianya juga.
"Kembalianya ga usah mbak." jawab laki laki itu dengan nada kurang menyenangkan, Dia menggandeng paksa kekasihnya keluar toko.
Vani langsung terduduk dan menangis.
"Kamu oke Van?" tanya Lauren.
"Kenapa aku harus ketemu dia lagi cik, pasti dia sangat membenciku sekarang." ucapan Vani disela sela tangisnya.
"Memang kamu ada masalah apa sama dia."
"Saya meninggalkanya dan memilih daddynya Devan cik, itu pun saya juga terpaksa."
"Lalu siap wanita tadi?"
"Saya ga tau cik saya meninggalkanya tanpa kata karena memang ga sempat waktu itu daddynya Devan langsung membawaku pergi." jawab Vani sambil mengusap air matanya.
"Ya udah lah Van anggap aja bukan jodohmu."
"Saya menyakitinya cik." sesal Vani.
"Semoga ini yang terbaik buat kalian."
"Iya cik."
"Ya udah ini udah sore, sebaiknya kamu bawa Devan pulang kan roti tinggal dikit."
"Baik cik makasih banyak ya."
"Iya besok kamu bawa baju Devan agak banyakan, kamu besok kan repot biar Devan sama saya aja."
"Baik cik."
Vani pun merapikan
pekerjaanya, menyerahkan uang hasil penjualan serta memprin pemasukan hari ini dan menyerahkan pada Lauren, Lauren pun menerimanya.
***
Willi ingin sekali makan seafood, ya surabaya memang terkenal dengan olahan sea foodnya, Eric mengendarai mobilnya dengan sangat tenang dilampu merah Eric seperti melihat wanita yang mirip sekali dengan Vani tapi kok menggendong bayi ah ga mungkin tapi persis sekali.
"Bos itu seperti Vani " ucap Eric sambil menunjuk kearah salah satu pengendara motor.
"Mana?" Willi tak percaya.
"Itu motor pink yang lagi gendong bayi." jawab Eric.
"Mana ngawur kamu." Wiliam masih clingukan.
"Ga bos coba perhatikan." William melihatnya.
"Bener Ric itu dia tapi kok bawa anak?" Willi membetukan posisi duduknya, dia terlihat tegang.
"Kita ikuti ya bos."
"Iya Ric ikuti aja." Willi dan Eric pun mengikuti motor Vani.
"Belok kiri Ric."
"Catat plat nomernya bos."
"Okey.."
"Udah bos, kemana arahnya tadi?" Eric clingukan.
"Ahh sial kita kehilanga dia."
"Cari lewat plat nomernya bos."
"Kita lacak dulu."
Terlihat Willi menelpon seseorang, sepertinya dia menyuruh seseorang untuk melacak data kepemilikan motor tadi.
"Kita makan dulu bos."
"Heemm yang dekat dekat sini aja."
Eric memarkirkan mobilnya disebuah restoran ,Willi terlihat tegang Willi hanya diam. Eric memilih beberapa menu dan menyerahkan catatanya pada pelayan disana.
"Bos apa mungkin Vani nikah lagi terlihat dia membawa anak?" tanya Eric.
"Gue ga tau Ric, bisa jadi itu anak gue."
"Bisa jadi bos, emang bos udah pisah berapa lama."
"Belum ada 2th lah, tapi gue ga mungkin lupa wajah sama perawakanya." jawab William yakin.
"Anaknya juga terlihat masih kecil bos."
"Heemm, jika bener awas aja dia."
"Kok awas bos."
"Kenapa dia ga kasih tau gue?"
"Ya kan dia ga ada kontak lo boss."
"Kan dia ada kan kartu nama lo." Willi tak mau kalah.
drrtt drrttt drrtt.
Hallo..
......
Heemmm kalian ga bohong
..
Bagus
...
Share lokasi
...
Hemmm, kalian pasti
...
Baik..
klik
"Gimana bos?" tanya Eric.
"Bener, itu atas nama dia."
"Lalu, apa kita langsung kesana?"
"Ini udah mau malem, aku ga mau bikin dia shock"
"Kita lihat lokasi aja bos biar yakin."
"Boleh habis makan kita jalan."
"Terus meetingnya."
"Ini lebih penting."
"Siap bos."
Eric terlihat mengotak atik ponselnya mungkin dia sedang membatalkan janji.
"Kalau bener itu dia dan yang digendongnya tadi anak lo bos, lo mesti gimana?" tanya Eric.
"Gua pasti bawa mereka lah bagaimanapun caranya." Willi membaca pesan orang kepercayaanya.
"Ntar kalo Vani mau jangan dilepas lagi bos, gue juga tau bos cinta kan ama dia." Willian diam.
"Apa gue jahat Ric kalau gue mau lihat dia lebih bahagia tanpa gue."
"Bulshit banget sih lo bos kalau lo cinta dia ,dia cinta ama elo ya udah sih kalian bareng terus saling menyayangi." Eric mulai geram.
"Gue ga tau Ric." sebenernya Willi takut sesuatu yang dia sembunyikan akan kambuh.
"Bos lo kenapa jadi lemah gini sih.."
"Gue takut ric."
"Apa yang lo takutin yang harus lo lakuin sekarang lo harus gengam dia jangan sampai dia lepas sayangin dia manjain dia ampun bos masak gitu aja mesti gue ajarin." lo enak Ric bilang gitu, karena lo ga tau apa apa tentang gue batin Willi.
"Apa gue pantes buat dia Ric setelah apa yang gue lakuin kedia, itu sangat menyakitkan Ric."
"Terus kalian mau terus terusan saling menyakiti saling memendam rindu gila gila gue ga ngerti gengsi lo ketinggian bos." Eric emosi.
"Gue coba Ric."
"Ya harus lah apalagi kalau bener tadi anak lo pasti butuhin lo lah."
"heemmm..."
Willi diam dan terlihat berfikir..
***Bersambung**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Benazier Jasmine
gue g rela klo wili dekatin vani dg mudah, hrs butuh perjuangan thooor, enak saja hbs manis sepah dibuang
2023-03-18
1
Nurmalina Gn
novel ini memporak-porandakan perasaanku di tengah malam
2022-11-21
0
Iba Shayra
Thor jgn dlu prtemukan Fani sm Willy y..gantung dlu sampai Devan besar Bru d prtemukan SM deddyx
2022-01-30
0