Vani sudah bertekat menyerahkan hidupnya pada william.
Terserah walau saat ini william membunuhnya itu tak masalah baginya asal ayah dan adiknya aman.
Vani memakai kebaya putih simple tapi tetep elegan rambut panjangnya ditata sedemikian rupa dia hanya di make up tipis.
Vani terlihat sangat cantik.
Vani disuruh duduk disebelah William, sebelumnya Willi menyuruh Vani membaca map yang ditandatangani oleh ayahnya yang menyetujui pernikahan ini dan menyerahkan tanggung jawabnya pada seseorang yang akan menjadi wali nikah Vani, tentu saja ini sangat mengejutkan, tapi Vani bisa apa, nasi sudah menjadi bubur, tak ada pilihan lain selain menerima nasibnya.
Prosesi akad nikah dimulai.
Dengan satu tarikan nafas, William mampu mengucap ijab qobulnya dengan sempurna.
William dan Vani pun menandatangani surat surat pernikahan mereka, lalu William memberi intruksi pada semua ajudanya untuk bubar.
"Kamu naik keatas dan masuk kamar saya," ucap William memberi perintah pada Vani.
Vani pun naik dan memasuki kamar pria arogan itu sesuai perintah nya, ada sedikit rasa takut ketika dia memasuki kamar suaminya, matanya melihat kesana kemari mengabsen setiap sudut kamar Willi, dia pun duduk disisi ranjang.
Vani tidak diijinkan memegang alat komunikasi sama sekali.
"Apa yang akan terjadi padaku setelah ini Tuhan," gumam Vani.
Tak lama setelah itu William pun masuk, dia hanya diam, Vani pun tak berani berucap apapun, dia hanya melihat setiap gerak gerik Willi.
William mengambil baju dilemarinya dan masuk kedalam kamar mandi, kemudian dia keluar sudah dengan pakaian lengkapnya jadi tidak ada adegan hanya memakai handuk.
Willian duduk disofa dan memanggil Vani.
"Sini kamu," ucap William setengah membentak
Vani mendekat.
"Duduk," bentaknya lagi.
Vani duduk bersimpuh dihadapan William.
"Nanti asistenku akan memberimu aturan dan pekerjaan yang akan menjadi tugasmu kau mengerti," hardik William pada Vani.
"Ya tuan".
"Bagus".William membiarkan Vani tetap bersimbuh. dia ingin tau seberapa kuat gadis ini duduk sambil menekuk kakinya begitu.
Hampir 30 menit Vani duduk begitu.
"Kamu boleh bangun dan siapkan aku makan malam," William mulai mengeluarkan jiwa bossinya.
"Baik tuan," Vani agak kesusahan berdiri karena kakinya kram.
William melihatnya cuek
"Makanya jangan sok," batin William.
Vani mengganti pakainya dengan baju rumah, lalu memakai apron dan mulai memasak sesuai perintah Willi barusan.
Vani tidak menyadari jika dari tadi majikan yang bergedok suaminya ini memperhatikanya.
Kali ini vani menghidangkan sayur cappai udang krispi dah juga ayam goreng.
William tidak terlalu suka pedas, menurut info asiaten rumah tangga William
Vani mengambilkan nasi untuk William.
"Kamu yakin tidak menaruh sesuatu dimakananku," ucap Wiliam terasa mengintimidasi Vani.
"Tidak tuan".
"Bagaimana kalo kau bohong," ucap William lagi.
"Saya tidak berani tuan".
"Kamu dulu yang makan".
"Baik tuan," Vani mengambil mangkok kecil dan mengambil beberapa masakanya, dia memakan satu persatu masaknya dan tidak apa apa.
"Okey aku percaya kamu boleh pergi".
Vani pun pergi dan membiarkan william menikmati makananya.
Asisten william memanggil Vani.
" Nona Vani, maaf saya ingin menyampaikan sesuatu pada anda," ucap asisten itu.
Vani menganguk.
"Ini adalah daftar aturan dan tugas tugas anda, "ucapnya lagi.
"Baik, siapa namamu?" tanya Vani.
"Saya Eric nona".
"Oke pak Eric apakah kamu tau malam ini aku haris tidur dimana?" tanya Vani lugu sekali Batin Eric, bos sungguh beruntung ternyata mainan barunya manis sekali.
"Maaf saya lupa memberi tahu anda, anda akan tidur dikamar sebelah dapur tuan mari saya tunjukan," Eric menunjukan kamar yang akan ditempati Vani.
Kamar itu kecil hanya berukutan kira kirs 3x5 m saja, disana hanya ada satu ranjang kecil ukuran sigle, meja kecil dan lemari kecil, mirip kamar pembantu, tak masalah batin Vani, ini lebih baik dibanding sekamar dengan laki laki arogan itu.
"Nona, ini daftar pekerjaan yang harus anda lakukan," Eric memberikan beberapa tumpukan kertas pada Vani.
"Apa ini?" tanya Vani.
"Anda bisa baca kan, oia anda jangan lupa nona, anda harus menyiapkan sarapan pagi tuan, menyiapkan baju kerja tuan, sepatu dan lain lain, pokoknya keperluan tuan, sebelum tuan bangun kamar mandi harus harum dan steril, air hangat yg sudah dikasih wewangian, baru anda bangun kan tuan, jika tuan lembur akan banyak minta makan anda harus terbiasa dengan itu," jelas Eric lagi.
"Apakah bosmu tukang makan?" tanya Vani lagi.
"Saya tidak berani membicarakanya nona."
"Kamu panggil aku Vani saja, jangan nona nona, aku bukan majikanmu".
"Maaf nona saya tidak berani".
"Ckk, kau penakut rupanya," Vani melipat tanganya dan mencibikkan bibirnya.
"Apa lagi tugasku setelah itu," tanya Vani lagi
"Menuruti perintan tuan nyonya hanya itu".
"Apakah bosmu memiliki elergi makanan atau obat tertentu," Vani bertanya lagi ia takut melakukan kesalahan.
"Saya rasa tidak nona, tuan pemakan segala, oia nyonya tuan tidak suka jika peralatan masaknya dipakai orang lain jika anda ingin makan anda bisa memasak ya di dapur belakang," jelas Eric lagi.
"Oke apakah bahan makanan untuk saya ada dibelakang juga".
"Iya nona semua ada dibelakang," jawabnya lagi, Eric menilai gadis didepannya unik, pantesan bos nya tertarik.
"Tuan tidak suka terlalu banyak orang dirumahnya, jadi ketika tuan ada dirumah maka semua asistenya tidak diperkenankan masuk kerumah utama, mereka hanya bekerja saat tuan ke kantor, " ucap Eric lagi.
"Oke, " jawab Vani.
"Apakah aku juga harus selalu dikamar kalo dia ada dirumah?" tanya Vani lagi mencoba bergurau dengan asisten bos nya.
"Anda jangan koyol nona dia akan sering minta makan jika dirumah biasanya saya menyuruh satu ART untuk tinggal, sekarang tuan sudah memiliki anda untuk melayaninyakan," menyebalkan sekali, Vani melirik geram kearah Eric, sebenernya Eric juga merasa geli berada disituasi seperti ini.
"Yaa ya aku pelayang, aku paham," balas Vani sambil mengoyang goyangkan badanya kekanan dan kekiri.
"Ini ponsel untuk anda kerja nona, tuan akan menelfon anda jika menginginkan sesuatu saya harap anda tidak meninggalkanya sekalipun mandi," Eric memberi peringatan pada Vani.
"Astaga, apakah bapak juga melakukan itu?" tanya vani.
"Saya hanya menjaga diri saya supaya aman saja nona".
"Baiklah apakah aku boleh meminta hape dan laptop pribadiku?" Tanya nya lagi.
"Barang anda tuan sendiri yg simpan nona, saya tidak berani".
"Apakah bosmu bisa memukul perempuan?" Vani menatap kearah Eric berusaha mencari tau.
"Saya belum pernah melihatnya nona, hanya saja tuan tidak suka perempuan".
"Maksudmu dia gay".
"Saya tidak membicarakan orentasi sexsualnya nona".
"Haiist. hampir saja aku lega".
"Kenapa nona?" tanya Eric
"Kau tidak tau apa yg aku pikirkan tapi sudah lah," Vani berkilah.
Asisten eric kembali ke tempatnya,Wiiliam terlihat sudah duduk disofa dan bebincang dengan asistenya.
"Dimana dia?" William emang manusia super jutek.
"Dikamarnya bos".
"Malam ini aku lembur".
"Baik bos".
Salah satu asiten rumah tangga Wiiliam membersikan meja makan dan membawa sisa sisa makanan itu kebelakang untuk dimakan para pekerja.
William sangat teliti terhadap apapun dia tidak suka jika ada orang membuang buang makanan, walau dia memberikan makanan sisa dia tidak pernah mengaduk aduk makanan itu.dia hanya akan mengambilnya dibagian pinggir.
Asisten Eric langsung tanggap jika bosnya bilang lembur, itu artinya salah satu pelayanya harus stanbay atas semua permintaanya.
karena permintaanya adalah perintah.
Eric mengetuk pintu kamar vani.
tok tok tok
"Yaa.."
"Sebaiknya ada kebelakang makan dan segera bersihkan dirimu, malam ini tuan lembur, jadi anda harus stanbay," Ucap Eric, Vani segera paham.
"Baik," untung Vani tadi udah mandi dan melaksanakan kewajibanya sebagai muslim.
Vani keluar ke rumah belakang, dia menyapa dua asisten rumah tangga disana.
"Hayy. "sapa Vani pada mereka
"Hayy juga nona," jawab mereka barengan.
"Bisakah kalian tidak memanggilku seperti itu aku sama seperti kalian, aku juga pembatu disini," jawab Vani.
"Tidak non, kami tidak berani,"jawab salah satu dari mereka.
"Huuufff, kalian sama saja ternyata, sangat takut sama tuan arogan itu," Vani duduk bergabung dengan mereka, dua asiaten rumah tangga itu hanya menunduk.
"Apakah ada yg bisa aku makan?" tanya Vani.
"Anda mau makan apa non, biar saya siapkan," salah satu dari mereka berdiri.
"Jangan melayaniku, kita sama sama makan saja," suruh Vani.
Vani melihat dua box lauk di meja.
"Apakah ini masakanku tadi?" tanya Vani.
"Betul nona tuan tidak suka membuang makanan jika dia habis makan dan tidak habis itu biasanya untuk kami," jawab salah satu asisten majikanya.
"Kalian makan sisa dia?" tanya Vani lagi.
"Bukan sisa non, biasanya tuan hanya mengambilnya dipinggir," jawab mereka.
"Ya sudahlah mari makan," ajak Vani. mereka hanya diam karena mereka merasa canggung pada Vani.
"Ayolah aku sudah lapar kalian tau dari pagi aku belum makan dan habis ini aku harus lembur".
"Baik nona".
"Apakah kalian tidak bisa tersenyum?" tanya Vani berusaha mencari teman.
"Bisa nona".
"Bagus mari makan".
"Heemmm masakan nona sungguh lezat, pantesan tuan lahap tadi." ucap salah satu asiaten itu.
"Benarkah kau melihatnya," ucap Vani setengah tak percaya.
"Saya yang membereskan meja makan tadi, piringnya bersih, saya melihat nasi di ricecoker juga tinggal sedikit, sepertinya tuan tambah." jawab salah satu dari mereka.
"Tumben sekali," timpal art satunya, dia langsung menutup mulutnya, karena majikan perempuan ada didepanya.
**Selanjutnya bagaimana Vani bisa menghadapi kegilaan William tentang makanan dan semua perintah perintahnya yang tidak masuk akal, ikuti terus ya, jangan like komen dan vote nya ya
***Bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
baca utk yg kedua kalinya
2025-04-03
0
Mia
kasih makan yg enak saja Vani,.biar si Wili berubah dehh..
2023-12-09
0
Devi Handayani
bapaknya ga libatkan jadi wali klo ada bapake yaa ga sahlah.... wahhhh piye tohh😓😓😓😓
2023-05-21
0