Sudah 5 bulan Vani tak pernah tau kabar tentang adek dan juga ayahnya.
Vani tak berani bertanya apapun pada Willi.
bukan karena apa, karena dia sudah menandatangani kesepakatan bahwa hidupnya milik Willi.
Hutang 6 milyar harus dia bayar dengan tenaga dan jiwa raganya.
Selama ini Willi hanya melakukan hal sebatas ciuman dan rabaan, Willi tidak melakukan lebih, itu cukup membuat Vani sedikit tenang.
Vani tak memungkiri kalo dia jatuh cinta pada Willi, tapi dia selalu berusaha untuk membunuh rasa itu.
Vani duduk di atas ranjangnya, dia tidak tau kalo Willi sudah pulang asisten Eric mengetuk pintunya.
Aduh ini adalah kesalahan pertamanya.
Vani membuka pintu.
"Ya, astaga pak Eric apa tuan sudah datang," tanya Vani pada Eric.
"Sudah nona ,saya jg sudah berkali kali mengabari tapi ga aktif," jawab Eric.
Vani merogoh kantongnya lalu mengambil ponselnya.
"Astaga mati," mata Vani terbelalak.
"Mati aku sekarang, " ucap Vani gugup, Eric hanya tersenyum.
"Kenapa situ malah senyum, nasibku diujung tanduk kau tau," Vani malah ngomel sama asisten pribadi tuan arogan, Eric tak menghiraukanya dan berlalu pergi.
Vani segera mengecas ponselnya dan lari ke atas menuju kamar Willi.
Vani mengetuk pintu Willi.
Tok tok tok.
"Masuk."
Vani masuk dan menundukan kepalanya.
"Kamu tau kesalahan kamu," Hardik William dengan muka sok kuasanya.
"Maaf tuan," Vani sedikit mendekat.
"Kenapa?."
"Ponsel saya baterenya habis tuan, maaf."
Willi menatapnya tajam.
"Sini."
Seperti biasa willi menyuruhnya duduk dipangkuanya, kali ini vani tidak menguncir rambutnya, karena baru mencucinya tadi.
Willi menyuruh Vani menatapnya, mata mereka saling menatap, Vani tak berani terlalu lama menatap Willi, karena Vani ga mau kalo Willi tahu dia mencintainya.
Willi pasti akan membunuhnya karena vani tak tau diri telah jauh cinta pada majikannya yang berkedok suami ini.
Willi menyatukan kening Vani denganya, entah mengapa bibir Vani sudah menjadi candunya, setiap ada kesempatan Willi selalu menintanya, Willi menghirup harum nafas istri cantiknya, Willi memeluk pinggang Vani posesif.
"Apa kau tidak ingin menciumku?." Tanya Willi.
Vani masih memejamkan mata, dia mengangukkan kepalanya, Vani masih melingkarkan lenganya ke leher Willian.
Jika orang lain yg melihat pasti akan mengatakan mereka sedang bermesraan.
Mereka tidak akan menyangka kalo saat ini apapun bisa terjadi, Willi bisa saja melakukan apa pun sesukanya, Vani bisa saja mati ditangan Willi sekarang.
"Tatap mataku."
Vani membuka matanya.
Willi meraih bibir Vani dan memangutnya kembali, inj indah batin keduanya Willi melakukanya dengan sangat lembut.
Kali ini bukan hanya ciuman dibibir saja.
Willi melakukanya dileher dan juga dada Vani, bahkan meninggalkan jejak kepemilikan disana.
Vani menikmati setiap sentuhan sentuhan Willi.
Ketika willi menyentuh miliknya yang basah Willi tersenyum.
"Ini basah apa kau mau," Vani hanya mengangguk, jika menjawab tidak maka habislah dia.
Willi mengeluarkan tanganya dari sana, Vani merasakan benda keras dibawah tempat duduknya, Vani tidak berani protes mata mereka masih saling menatap.
"TIdak sekarang," ucap Willi, lalu menyuruh Vani berdiri.
Willi pun berdiri beranjak ke kamar mandi.
Inilah yg selalu dilakukan Willi, mengantungnya, memberi harapan padanya, menyakiti Vani secara mental, melecehkan Vani, tapi kenapa aku harus jatuh cinta padanya Tuhan, jerit Vani dalam hatinya.
Vani keluar kamar Willi dengan berlinangan air mata, masuk kekamarnya dan mencabut cas hpnya, dia melihat beberapa pesan Eric ,dia gak perduli, dia mau protes, kenapa selalu William yang menang.
Aku juga mau menang.
Tapi kalo aku melawan bagaimana kalo dia menyakiti Ayah dan Doni.
Ahhhhhhgggg....dia memang selalu menang.
Terpaksa Vani menyiapkan makan untuk Willi, membawanya ke balkon serta menunggu Eilli datang.
Dikamar mandi Willam bergelut denganbl pikiranya sendiri.
Kamu tidak akan bisa melawanku gadis bodoh.
Rasa sakit yang kamu rasa kan belum seberapa dibanding rasa sakitku dimasa lalu, Aku tau bukan kamu yang menyakitiku, tapi aku mau semua wanita merasanan sakitnya ga dihargai, sakitnya ditinggalkan, ga mamaku ga pacarku ga kamu semua sama.
Kamu jangan salah Vani, aku juga pernah mencintai, sangat malahan, tapi apa, aku tidak dihargai, aku ditinggal Vani, aku dibuang, Ucap Willi dalam hatinya.
***Bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Mia
kok semuanya dilimpahkan ke Vani si big boss, mudah²an Vani bisa ngobatin traumanya si tuan Willi dehh
2023-12-09
0
Murni Ulina Boru Aritonang
tipo
2023-05-23
0
Devi Handayani
itu ditinggalin ama siapa..... lahh ama vani baru kenal masa semua pukul rata🤨🤨🤨🤨🤨
2023-05-21
0