Vani masih diruang TV, ia menunggu kedatangan ayahnya, tapi kenapa ayahnya ga pulang pulang, tentu ia sangat cemas.
"Ayahnya tidak biasa pulang telat, kalau pun telat biasanya ayahnya akan mengabariku," gerutunya, ia masih mondar mandir diruang tamunya. Ahirnya Vani pun lelah menunggu
hingga tertidur, hampir jam dua dini hari ayahnya baru pulang.
Ayah Vani terlihat kusut, ia melihat sang putri terlelap disofa, ia pun membangunkanya.
"Van, pidah kamar nak," ayah Vani menggoyang goyangkan lengan Vani.
"Ayah udah pulang, Jam berapa ini yah?" tanya Vani.
"Udah jam 2 adikmu mana?" tanya ayah Vani.
"Doni dikamarnya yah".
"Ya udah kamu masuk kamar sana," suruh ayahnya, Vani masih menguap dan mengucek ucek matanya, ia pun beranjak dari sofa.
"Ya, yah selamat malam".
"Malam."
.........
Pagi hari dirumah Vani terdengar ribut ribut, tentu saja Vani terkejut, ia pun langsung bangun dan mencuci mukanya serta mengikat rambut panjangnya asal asalan.
Vani benar benar terkejut melihat apa yang sedang terjadi didepan matanya, beberapa orang berpakaian hitam sedang menghajar ayahnya.
" Hay, apa yang kalian lakukan pada ayah ku?" tanya Vani, sambil berlari menuruni anak tangga.
"Vaniii, pergiiii" teriak ayahnya
"Tidak yah kalian siapa?" tanya Vani berani pada salah satu preman yang menjabak rambutnya, Vani menginjak kaki preman itu, Menyikutnya dan membanting nya.
"Jangan sentuh dia," kata seseorang masuk kerumah.
Ketiga preman itu mundur teratur. Mata Vani terbelalak melihat siapa yang masuk, itu adalah big bos yg dia temui beberapa hari yang lalu di proyek ayahnya.
"Boleh saya tanya sesuatu tuan?" tatapan Vani sungguh berani, membuat berdebar hati yang ditantangnya, big bos itu hanya tersenyum penuh tantangan juga.
"Tentu silahkan nona," pria itu duduk dan menyilangkan kakinya.
Cih, arogan sekali, batin Vani.
"Apa yang kalian lakukan pada ayahku?" tanya Vani berani.
"Kau baca saja," ucapnya lantang.
Vani membaca map yang dilempar big bos itu kemukanya, ia pun membuka lembar demi lembar kertas yang dilemparkan kepadanya barusan, Vani sangat terkejut.
"Tidak, ini tidak mungkin, ayah saya tidak mungkin korup".
"Yah, ini ga bener kan," tanya Vani pada ayahnya.
Lalu big bos itu mengambil satu amplop lagi, Vani membukanya, Ia sangat shock. Disana terdapat foto ayah Vani sedang menerima amplop, ada juga ayah Vani membuka isi amplop sambil tersenyum.
"Tidak nak itu ayah dijebak, ayah memang menerima itu, tapi mereka bilang itu adalah hadiah karena mereka menilai kinerja ayah," ayah Vani mencoba menjelaskan.
"Maaf tuan, saya percaya ayahku," jawab Vani lagi.
"Silahkan saja nona itu hak anda, tapi yang perlu anda tau semua bukti mengarah pada keterlibatan ayah anda," si pria arogan itu berdiri mendekati Vani.
"Baik apa yang anda mau," tanya Vani berani tapi ia memundurkan langkahnya, walaupun ia berani tetap saja ia gugup.
"Kau yakin akan menyetujui usulku?", pertanyaan yang menyakitkan batin Vani.
"Tentu jika itu juga menguntungkan untuk kami, " jawab Vani.
"Oke," big bos itu mendekati Vani.
Vani memeluk ayahnya.
"Tenang yah semua akan baik baik saja, Vani akan berusaha," Vani berusaha menenangkan ayahnya.
"Jangan drama didepanku," kata big bos itu dengan tatapan mengintimidasi.
"Baik saya akan dengarkan permintaan anda," jawab Vani tegas.
"Emmmm, bagus, kamu berani, aku mau kamu bekerja padaku, ikut denganku dan menjadi pelayanku mungkin," jawab pria arogan yang super menyebalkan itu.
"Aku curiga apakah kau menjebak kami," Vani mencoba membela diri.
"Apa kau pikir aku serendah itu nona, kau tau maksud kedatanganku kemari karena aku sudah mencium kebusukan ayahmu dan komplotanya, kamu tau nona kejadian ini sudah cukup lama tapi mereka tak sadar malah semakin jadi," pria itu memukul kepala Vani dengan map yang ia pegang, Ingin rasanya Vani tendang pria arogan ini.
"Aku makin curiga padamu," Vani semakin berani menyuarakan pikiranya.
"Terserah kau bisa mencari bukti dan jika aku terbukti seperti tiduhanmu aku akan memberikan uang dengan jumlah nominal yg tertera di dokumen itu, tapi jika kau kalah maka kau harus ikuti permainan ku, bagaimana?". Big bos itu mulai memberi penawaran yang bikin kuping Vani panas.
"Okey deal," Vani tak ada pilihan lain.
"Kau sungguh berani nona, aku kasih kau waktu tiga hari Jika tiga hari kau tidak berhasil maka hari itu juga kau, harus mengikuti perintahku tanpa ada penolakan sedikitpun paham," big bos itu dan beberapa ajudanya pun pergi meninggalkan kediaman Stevani.
"Yah apa yg sebenernya terjadi?", tanya Vani pada ayahnya.
"Ayah memang betul menerima uang itu nak, tapi ayah benar benar tidak tau kalo uang itu hasil penggelapan, kau tau bagaimana ayah bekerja, ayah tidak mengerti urusan bayar membayar bahan bagunan, itu semua diurus bedahara kantor, ayah hanya menerima upah pegawai lalu ayah bagikan semestinya, selebihnya hanya gaji biasa yang ayah terima, ayah paham agama Van,mana mungkin melakukan itu,"jawab ayah Vani dengan begitu lancarnya.
"iya yah Vani paham Vani percaya sama ayah".
"Lalu bagaimana jika dalam tiga hari kamu ga dapat bukti". Ayah mulai khawatir.
" Tidak ada pilihan lain yah, Vani harus menuruti kemauan si tuan brengsek itu," Vani mengedus kesal.
"Dia sangat kejam Van, ayah ga bisa memberikanmu padanya," ayah Vani sangat khawatir pada putrinya sekarang.
"Vani bisa jaga diri yah, ayah pikirkan Doni saja," Vani mencoba menenangkan ayahnya.
"Maafkan ayah nak, ayah melibatkanmu dalam urusan ayah."
"Ga papa yah anggap aja ini balas budi vani pada ayah".
***
Tiga hari berlalu tapi sayang Vani tak bisa membuktikan bahwa pria arogan itu yang menjebak ayahnya, pria arogan itu kembali kerumah Vani, Dia telihat sangat arogan memang, dia juga membawa serta beberapa ajudan nya.
"Bagaimana nona kamu sudah mendapatkan bukti kalo aku yang menjebak ayahmu," pria arogan yang menyebalkan itu langsung to the poin.
Vani diam, Matanya berkaca kaca.
"Aku bukan tipe orang yg tidak menepati janji tuan," duara Vani terdengar bergetar karena menahan tangisnya.
"Bagus, kamu sudah siap menjadi pelayanku," ucap big bos itu mencoba menjatuhkan harga diri Vani.
"Berapa lama aku menjadi pelayanmu tuan?". Vani masih berani melawan.
"Hutang ayahmu 6 milyar nona, kamu hitung sendiri kira kira berapa lama kau akan kerja padaku". Jawab tuan Arogan itu.
Vani diam dan mengigit bibirnya, Vani tidak bisa bergikir lagi.
"Baik saya siap, " Vani sudah merasa terpojok.
"Bagus, beresi barangmu, aku tunggu 10 menit, awas lama," ayah Vani menatap punggung putrinya yang berlari menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya, diluar Si pria arogan itu memaksa Ayah Vani untuk menandatangi berkas persetujuan bahwa ia setuju jika pria arogan ini menikahi putrinya. setelah mendapat yang ia mau pria arogan ini pun keluar rumah dan menunggu Vani dimobilnya.
Ayah Vani memeluk erat putrinya, bahkan Doni pun menangis, dia menyesal karena tak bisa melindungi kakaknya.
"Kakak maafkan adek," ucap Doni dalam isaknya.
"Kakak akan baik baik saja sayang jaga ayah ya, telpon kakak jika ada apa apa," Vani memberi pesan pada adeknya.
Vani mengusap air matanya dan masuk kedalam mobil William, ya pria arogan yang menyebalkan itu bernama Willam Wijaya, didalam mobil Vani hanya melihat keluar dan ga bicara apa pun, Vani terlihat kesal.
" Ck, ni anak ga ada takut takutnya sama gue lihat aja ntar, gue bakal bikin lo tekuk lutut ama gue," batin William.
William menghubungi seseorang,Vani pura pura tak mendengarnya.
"Apa kalian sudah mengurusnya?" tanya William kepada asistenya
"Sudah tuan sampai dirumah sudah bisa akad, " salah satu asisten Willi menjawabnya.
"Akad, akad apa, bodoh amat lah," batin Vani sambil mengigit kukunya.
Mobil yang mereka tumpangi ahirnya
sampai di rumah minimalis yang terlihat sangat mewah mereka pun keluar, rumahnya tidak terlalu besar tapi fasilitas disana lengkap, kolam renang, taman, sungguh indah dan tertata rapi.
Vani dijemput oleh dua asisten rumah tangga disana, lalu mereka membawa Vani untuk berganti pakaian.
"Mari nona silahkan," ucap salah satu asisten rumah tangga itu.
Nona batin Vani bukankah nanti aku akan bekerja sama seperti mereka, ah tidak mereka asisten rumah tangga tapi aku budak batinya.
Ketokan pintu menyadarkan lamunan Vani.
dua asisten rumah tangga itu membawa Vani keruang tamu, bagai dihantam ribuan beda tajam, hati Vani terasa hancur, inikah yang dia bilang pelayan penjara bergedok pernikahan.
Vani menghela nafas dalam, Vani mencoba berdamai dengan keadaan.
" Pelayan kan okeeeey ,aku akan jadi pelayan nya mulai sekarang," Gumam Vani setengah emosi.
"Vani kau pelayan sekarang nurut jika ingin selamat," ucap Vani lagi menguatkan hatinya sendiri.
***Bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Mia
wahh... kasian Vani.. sabar yaa Van,
2023-12-09
0
Devi Handayani
pelayan khusus juga melayani urusan ranjang tuan wiliam🤭🤭
2023-05-21
0
Ayu Nuraini Ank Pangkalanbun
menikah dg tuan wiliam
2023-03-07
0