Elena yang mendengar ucapan Chelsea mengetahui bahwa Chelsea sebenarnya tidak mengetahui apapun tentang kehidupan Raven saat ini.
“Oh iya aku dengar Raven punya adik perempuan?” tanya Elena
“Iya, dia memang punya. Tapi saat Raven pergi dari sini, adiknya juga pergi meninggalkan kota ini” jelas Chelsea
“Jadi begitu yaa…” kata Iris
Raven dan Nina menghampiri Elena dan Chelsea yang sedang duduk di bangku taman.
“Nina, kamu senang sekali bisa bermain dengan Raven" kata Chelsea
“Tentu saja! Kak Raven sangat baik dan seru!! Kak Raven tadi angkat Nina dia pundaknya, Nina jadi tinggi banget kak!” kata Nina
“Begitu ya” kata Chelsea sambil tersenyum
“Kalau dengan kakak Elena gimana?” kata Elena
“Kakak Elena sangat nyaman dan lembut! Dada kakak besar sekali, beda dengan kak Chelsea!! Rasanya seperti bantal saat aku digendong kakak tadi” kata Nina dengan polos
Semuanya terkejut dengan ucapan Nina. Raven dengan spontan menengok kearah Elena dan melihat dadanya. Elena sadar akan tatapan Raven dan memarahinya
“A-apa yang kamu lihat?! Dasar mesum!” kata Elena sambil menutupi dadanya
“T-tidak ada!!” kata Raven dengan malu sambil menoleh kearah lain seolah-olah tertarik akan hal lain
“N-Ni-Nina!!” teriak Chelsea
“T-tidak apa-apa Chelsea! Dia masih anak-anak!” kata Elena dengan malu
“Kalau sama kak Chelsea tidak bisa” ucap Nina
“Nina!!” teriak Chelsea
“Tidak perlu marah begitu Chelsea. Aku yakin suatu saat nanti akan-“
* PLAK *
“Aw!” teriak Raven kesakitan di tampar oleh Chelsea
“Sakit tahu!”
“Kamu patut menerimanya!!” kata Chelsea dengan kesal
“Aku hanya mencoba menghi-“
“Coba saja kau mengatakan sesuatu lagi!” marah Chelsea
“Ah iya, maaf” kata Raven
Elena yang melihat hal tersebut, mencoba untuk mengalihkan topik dengan bertanya pada Nina.
"Ngomong-omong, Nina sekarang umurnya berapa??” tanya Elena
“11 tahun!” ucap Nina
“(11 tahun?! yang benar saja, anak seumuran dia masih berbicara polos sekali?)” kata Elena dalam hati
“Ohiya Raven, saat ini kamu akan langsung pergi lagi?” tanya Chelsea
“Tidak, aku akan disini dulu. Aku ingin melihat tentang iblis itu” kata Raven sambil memegang wajahnya setelah tertampar
“Jangan cari masalah tau! Nanti kamu terluka!” kata Chelsea
“Tidak akan….lagipula aku bukan anak kecil lagi, di ibukota aku mendapatkan berbagai ilmu bertarung” kata Raven
“Meskipun begitu aku juga bisa khawatir tahu!” kata Chelsea memarahi Raven
“Iya..iya…. aku akan mengunjungi mu lagi nanti, aku akan mencari penginapan dulu” kata Raven
“Ah, Kalian tinggal saja di rumah kami!” kata Chelsea
“Baiklah, nanti aku akan kesana. Aku ingin ke suatu tempat dulu” kata Raven meninggalkan Chelsea dan Nina
“Chelsea, Nina. Nanti kita akan bertemu lagi!” kata Elena menyusul Raven
“Iya! Ku tunggu dirumah ya!” kata Chelsea
Raven dan Elena pun pergi. Raven berjalan-jalan di kota Georgia sambil melihat kiri-kanan seakan mengenang sesuatu. Elena masih heran dengan Raven yang langsung menerima ajakan menginap Chelsea.
“Aku terkejut Kamu langsung menerima ajakannya tanpa berfikir dua kali” tanya Elena
“Aku dan keluarga Chelsea sudah sangat dekat, jadi aku tidak perlu mencurigainya”
“Heh…. Se-sedekat apa??” tanya Elena dengan malu
“Dulu sering bermain dengannya, aku jadi kenal dengan keluarganya. Ayahku dan Ibuku dulu juga mengenal orang tua Chelsea”
“Sa-sampai segitunya?!!!” kata Elena terkejut
“Apa yang kau kagetkan??”
“Ti-tidak ada!” bantah Elena
Elena menjadi cemburu dan berfikir terus menerus. Dia berfikir tentang Chelsea dan Raven saat masih kecil. Apakah mereka pernah di jodohkan oleh kedua orang tuanya atau tidak.
“Dulu ayahku pernah bilang ingin menjodohkan aku dengan Chelsea” kata Raven
“A-A-A-APAA?!!” teriak Elena
“Hei! Kau ini berisik sekali, ada apa denganmu?”
“Sudah kubilang tidak ada apa-apa!!” bantah Elena
“Te-terus ka-kamu bilang apa??” tanya Elena
“Aku tidak ingat” kata Raven
“Hah?? Hal sepenting itu tidak ingat??” kata Elena
“Seperti itu penting??”
“Lu-Lupakan saja. Aku lupa kalau aku sedang berbicara dengan orang aneh” kata Elena dengan malu
“Posisi ku daritadi sepertinya serba salah ya…”
Raven dan Elena masih lanjut berjalan. Sampai suatu saat, Raven berhenti di depan suatu rumah. Elena bingung melihat Raven yang terhenti langkahnya. Raven pun masuk membuka pintu rumah tersebut dan masuk kedalam rumah. Elena dari belakang mengikutinya.
“Aku pulang….” Ucap Raven
Kata-kata Raven barusan membuat Elena tersadar, bahwa rumah ini adalah rumah Raven dulu. Rumah tersebut memang tidak besar dan mewah. Namun Elena merasakan adanya perasaan yang kuat tertinggal di rumah itu. Elena melihat sebuah lukisan kecil seperti foto di meja. Dia menghampirinya dan mengambilnya. Didalam foto tersebut, Elena melihat ada Raven yang masih kecil bersama kedua orang tuanya dan adiknya yang sedang di pegang tangannya oleh Raven. Raven datang menghampiri Elena dari belakang.
“Kau menemukan apa?” tanya Raven
“Uwa!!” Elena terkejut dan melepas foto tersebut
“Ah foto ini ya…” kata Raven sambil menangkap dan melihat isi foto itu
“Itu…Keluargamu??” tanya Elena
“Iya, Ini saat aku berumur 15 tahun. Tahun diwaktu ibuku meninggal” kata Raven
“Aku kira itulah hari paling buruk dalam hidupku. Namun, ternyata itu baru permulaan saja”
Elena hanya diam mendengarkan Raven. Dia seperti sedang enggan untuk berbicara. Raven bingung dengan sikap Elena. Elena yang biasanya berkomentar dan bertanya terus-terusan, saat ini hanya diam saja.
“Hei, kau ini kenapa? Tumben diam saja” kata Raven
Elena tidak menjawab pertanyaan Raven. Raven pun menghiraukannya dan mulai pergi ke suatu kamar. Raven sadar bahwa itu adalah kamarnya dan adikknya. Karena rumahnnya yang kecil, Raven dan adikknya harus tidur satu kamar. Elena datang menghampiri Raven dan bertanya
“Ini kamarmu??” tanya Elena
“Iya… ini kamarku dan adikku” kata Raven
“Kalian satu kamar?! Jangan-jangan?!” teriak Elena
“Tidaklah bodoh. Aku ini normal” kata Raven
“Fiuuhh….. Syukurlah” kata Elena dengan lega
“Oi! Itu penghinaan tau!” kata Raven
“Aku kan baru kenal denganmu sebentar saja, jadi wajar saja jika aku sedikit curiga” kata Elena sambil terkekeh
“Haaah…. Terserah kau saja lah” kata Raven dengan menepuk dahinya dan meninggalkan kamar itu
Raven pun keluar dari rumah tersebut dan diikuti oleh Elena. Hari sudah mulai petang, Raven dan Elena pun mulai berjalan menuju rumah Chelsea. Sesampainya disana, Raven mengetuk pintu rumah Chelsea. Pintu rumah dibuka menyambut Raven dan Elena. Chelsea yang membukakan pintu, terlihat mengenakan celemek seperti sedang memasak. Raven dan Elena masuk kedalam dan di ajak Chelsea untuk duduk di meja makan. Raven dan Elena melihat adanya Nina dan satu lagi anak laki-laki di meja makan.
“Ah! Kak Raven dan Kak Elena!” kata Nina
“Hai, Nina~” kata Elena
“William, ini Kak Elena yang aku bicarakan tadi!” kata Nina
“Ha-halo” kata William
“Hai~” kata Elena
“Ini adikku yang pertama, Elazor William” kata Chelsea
“Wah… Aku Elena Rosalie, panggil saja Elena” kata Elena
“Baik kak Elena” kata William
“William, umur kamu berapa saat ini??” tanya Elena
“13 tahun” kata William
“Kau seperti nenek-nenek yang baru ketemu cucu nya” kata Raven sambil terkekeh sedikit
“Terserah apa katamu, tapi aku sangat suka dengan anak-anak” kata Elena sambil mengelus kepala William dan Nina
“Hei Chelsea, lebih baik jauhkan William dan Nina dari Elena. Takutnya nanti-, Uagh!!”
“Apa maksudmu, dasar siscon?!” Potong Elena sambil memukul kepala Raven
“Hahaha! Aku kembali ke dapur dulu yaa… kalian duduk saja, aku akan memasak makanan nya” kata Chelsea
“Ah! Chelsea, biar aku bantu” kata Elena
Elena pun ikut membantu Chelsea memasak di dapur. Raven ditinggal bersama kedua adik Chelsea di meja makan. Setelah beberapa saat, Elena dan Chelsea telah selesai memasak dan menyajikannnya di meja makan. Seluruh makanan sudah tertata dan langsung disantap.
“Enak” kata Raven
“Benarkah? Syukurlah… aku takut kamu tidak suka dengan masakanku” kata Chelsea
“Tidak kok, ini enak” kata Raven sambil terus menyantap makanannya
“Elena juga membantuku saat masak tadi, dia sangat bisa diandalkan” kata Chelsea
“Tentu saja! Soal memasak, serahkan saja padaku!” kata Elena dengan percaya diri
“Oohh… jadi dia ada gunanya juga ya” kata Raven
“Ka-kau ini yaa!!” teriak Elena dengan kesal
"hahaha!" tawa Chelsea
Raven merasa ada sesuatu yang kurang. Dia pun sadar bahwa ayah dan ibu Chelsea sejak tadi tidak ada. Dia pun bertanya pada Chelsea. Kedua orang tua Chelsea sedang pergi ke ibukota dengan urusan pekerjaan.
“Raven, kamar mu sudah aku siapkan. Dan Elena kamu nanti tidur bersama ku saja ya” kata Chelsea
“Iya” ucap Raven
“Baiklah!” kata Elena
Setelah selesai menyantap makanan, Chelsea mengantar Raven ke salah satu kamar yang kosong untuk digunakannnya. Raven pun masuk kedalam kamar dan mulai beristirahat. Chelsea mengajak Elena untuk tidur dikamarnya. Chelsea menyuruh adik-adiknya untuk tidur, dan kembali ke kamar nya.
“Maafkan aku ya Chelsea, jadi merepotkan mu” kata Elena
“Tidak apa-apa. Justru aku senang mendapatkan teman perempuan” kata Chelsea
“Kamu ini sudah cantik, dan juga baik. Laki-laki yang bersama mu pasti akan sangat beruntung” kata Elena
“Hehe... tapi dibandingkan denganmu, aku tidak ada apa-apa. Kamu juga sangat baik dan percaya diri” kata Chelsea
“Kamu terlalu melebih-lebihkan aku” kata Elena tersipu malu
Elena dan Chelsea berbincang dan tertawa bersama-sama. Seakan seorang sahabat lama yang sudah lama tidak bertemu. Tiba-tiba Elena pun bertanya kepada Chelsea
“Chelsea, menurutmu Raven itu bagaimana orangnya??” tanya Elena
“Raven?? Menurutku, dia orang yang sangat baik. dia sangat peduli terhadap orang lain, terutama pada adiknya” kata Chelsea
Mendengar ucapan adik yang keluar dari mulut Chelsea, membuat Elena bertanya-tanya mengenai adik Raven. Dia merasa penasaran seperti apa sosok adik Raven.
“Dia anak yang cantik dan penurut. Aku yakin, saat ini dia sudah tumbuh menjadi perempuan yang cantik sekali” kata Chelsea
“Kalau dibilang adikknya sangat cantik, sepertinya aku percaya. Karena kakaknya juga terbilang tampan” kata Elena
“Elena, sepertinya kamu tertarik sekali dengan Raven yaa” kata Chelsea sambil terkekeh
“Eh? Ti-tidak tidak! Aku hanya berbicara fakta saja. Walaupun dia seperti itu, dia tetap mempunyai wajah yang di atas rata-rata” kata Elena berusaha menghindar
“Haha! Memang benar, Raven itu tampan dan juga sifat yang tak kenal menyerahnya itu bisa membuat banyak perempuan jatuh hati” kata Chelsea
“Tak kenal menyerah??” tanya Elena
“Dulu, Fu pernah bercita-cita untuk menjadi salah satu ksatria kebajikan surgawi loh” kata Chelsea
“Eh?! yang benar saja?!” kata Elena sambil tertawa kecil
“Dulu dia pernah bilang, ‘aku akan menjadi ksatria kebajikan surgawi terkuat dalam sejarah’. Dia berkata seperti itu saat masih berumur 12 tahun, saat aku mengingatnya kembali terdengar sangat lucu dan menggemaskan” kata Chelsea dengan senyumannya
- Di kamar Raven -
“Entah kenapa aku merinding” ucap Raven
- Di kamar Chelsea -
“Hihihi! Jadi si Raven pernah bercita-cita seperti itu ya” Tawa Elena
“Aku fikir Raven sudah pernah cerita itu kepadamu” kata Chelsea
“Mana mungkin dia cerita seperti itu kepadaku??” kata Elena
“Bukannya Raven dan kamu itu pacaran?” tanya Chelsea
“HAH?!! PA-PACAR?!!! BU-BU-BUKAN BUKAN BUKAN!! KAMU SALAH SANGKA TAU!! AKU TIDAK MUNGKIN PACARAN SAMA DIA!!” teriak Elena terispu malu
“Benarkah?? Syukurlah…” kata Chelsea dengan lega
“Eh??” bingung Elena
“AH!! TI-TIDAK APA-APA!! AKU TIDAK BERKATA APAPUN!!” kata Chelsea tersipu malu
Mereka berdua sama-sama tersipu malu karena perkataan mereka sendiri. Elena dan Chelsea menatap satu sama lain, dan tiba-tiba mereka pun tertawa bersama.
Tak disangka, malam yang penuh canda dan tawa itu, tiba-tiba berubah menjadi malam yang kelam. Tiba-tiba, terdengar suara orang teriak dari luar yang membuat mereka semua terkejut dan berlari keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 354 Episodes
Comments
arfan
960
2021-05-20
0
Pendekar
ada apa ya ?
2021-04-17
0
NO NAME
Curiga kalau Irish itu...
Rahasia Cerita 🙈
Lanjut Thor
2021-04-10
2