Kerajaan Gord adalah salah satu kerajaan yang ada di benua Isla, selain kerajaan Tusk dan Verra. Kerajaan Gord dikenal sebagai kerajaan yang kejam. Karena, kekuatan serta kemampuan bertempur nya sangatlah kuat berkat hasil modifikasi manusia yang dilakukan secara legal oleh para petinggi kerajaan disana.
“Ahh… kerajaan yang di Timur itu bukan?”, kata Iris
“Benar…. Kerajaan Gord sangatlah kuat, bahkan mereka memperbolehkan modifikasi manusia untuk dijadikan senjata perang” ucap Luna
“Uwaa…. Mengerikan sekali... untung saja aku tidak lahir disana”, kata Iris
Saat ini, kerajaan Verra sedang berperang dengan kerajaan Gord. Kerajaan Gord yang sangat kuat dan dikenal manusia modifikasinya, tentu saja kekuatan tempurnya tidak perlu dipertanyakan lagi.
Hal ini, membuat 2 dari 7 ksatria kebajikan harus menjaga kota perbatasan Kerajaan Verra dengan Gord, yaitu kota Loma. Ksatria kebajikan yang menjaga perbatasan kota itu adalah Charlotte Luminous. Ksatria kebajikan ke-2, sang kesabaran dan Lucas Kruger. Ksatria kebajikan ke-4, sang kasih.
“Ternyata begitu yaa…. Kerajaan Gord kedengaran nya sangat kuat”, kata Julius
“Benar… dahulu aku pernah turun melindungi perbatasan kota Loma. Dan kerajaan Gord tiba-tiba menyerang. Dari antara pasukannya, aku melawan satu komandan pasukan mereka, bernama Greed”, Ucap Luna
“Greed??”, kata Iris
Dahulu, Luna pernah melindungi perbatasan kota Loma. Tepat saat itu, ada pasukan kerajaan Gord yang datang untuk menghancurkan kota Loma. Luna pun turun tangan untuk melindungi kota serta kerajaan. Dia bertemu dengan salah satu komandan pasukan kerajaan Gord, Greed. Tubuh Greed sangatlah mengerikan. Sebagian tubuhnya dapat berubah menjadi pisau-pisau yang sangat tajam serta jarak serangnya yang jauh dan luas.
“Mengerikan… kalau aku bertemu dengannya, pasti sudah jadi daging cincang” kata Iris
“Kerajaan Gord… kenapa mereka bisa se tega itu melakukan percobaan manusia??” ucap Julius kesal
“Aku juga tidak mngerti. Namun aku tahu akan satu hal, bahwa mereka melakukannya hanya untuk memperkuat daya tempur kerajaan agar bisa menguasai benua isla”, kata Luna
“Menguasai..Benua isla??”, kata Julius terkejut
“Iya… kerajaan Gord memang begitu. Memang terobsesi dengan kekuatan, sehingga ingin kerajaannya menjadi yang terkuat dan berusaha menghancurkan kerajaan lain”, kata Luna
“Nama Greednya itu kedengarannya seperti nama dari 7 dosa besar”, kata Iris
“Jika dibilang seperti itu, benar juga ya…”, kata Julius setuju dengan Iris
“Wah… kalian cepat tanggap ya..”, kata Luna
“Huh??”, Ucap Iris dan Julius kebingungan
Di kerajaan Verra, ada 7 ksatria yang dianggap paling kuat dan ditunjuk oleh raja dengan gelar 7 ksatria kebajikan surgawi. Sedangkan di kerajaan Gord terdapat kebalikannya, yaitu 7 komandan dosa besar. Greed yang dahulu pernah dilawan Luna, namanya diambil dari salah satu 7 dosa besar, yaitu Ketamakan.
“Jadi di kerajaan Gord sama seperti kita yang mempunyai 7 ksatria terkuat tetapi menggunakan gelar 7 dosa besar??”, tanya Iris
“benar sekali”, jawab Luna
“Cocok sekali dengan kerajaan kejam seperti mereka”, kata Julius sambil terkekeh
“Kerajaan kita juga tidak ada bedanya…”, kata Iris
“Benar….Dari dulu kerajaan ini sangatlah tidak ber etika. Yang diatas menginjak-injak dan menghina yang dibawah. Mereka tidak mengerti apa itu kesetaraan dan keadilan. Jika dibandingkan dengan kerajaan Gord, kerajaan kita juga sama-sama kejam”, kata Luna
Iris dan Julius terdiam mendengar perkataan Luna. Mereka yang dulu hanya seorang anak dari keluarga biasa, mengerti apa yang di ucapkan Luna. Rasanya di tindas, kehilangan orang yang disayangi, diremehkan dan berbagai hal buruk lainnya.
- Beberapa saat kemudian -
“Sepertinya sudah cukup kita beristirahat”, kata Luna
“Kita ingin kemana lagi Nona Luna?”, tanya Iris
“kita akan pergi ke kota Georgia di utara. Selagi hari belum malam, ayo kita bergegas”, kata Luna
“Kota Georgia?? Bukannya itu kampung halamanmu??”, tanya Julius pada Iris
“Iya… Nona luna, mengapa anda tiba-tiba ingin kesana??”, tanya Iris
“Hanya insting saja”, kata Luna sambil terkekeh
“I-insting??”, ucap Julius dengan ragu mendengar ucapan Luna
“Jangan begitu tahu Julius!! Nona luna kan salah satu ksatria kebajikan surgawi! Nona pasti tahu apa yang dilakukannya!!”, Ucap Iris meyakinkan Julius
“Iris… Kamu terlalu melebih-lebihkan aku tahu! Aku jadi malu~”, kata Luna
“(Aku mulai ragu pada otak mereka)”, kata Julius
- Di kota Sera -
“Raven”, panggil Elena
“Apa?”, tanya Raven tanpa menengok kearah Elena
“kamu sudah berapa lama seperti ini??”, Bisik Elena
“Apa urusanmu??”, tanya Raven
“Aku hanya penasaran…. Ah iyaa, ngomong-ngomong rumahmu dimana??”, tanya Elena
Raven tidak menjawab pertanyaan Elena. Dia tetap terdiam dan terus berjalan seperti biasa. Elena mulai kesal terhadap sikap Raven yang selalu mengacuhkannya.
“Hei! Aku ini sedang bertanya tahu!”, Kata Elena memukul bahu Raven
“Apa yang kau lakukan??”, kata Raven
“Kau ini! Benar-benar membuatku kesal tahu!”, Elena Cemberut
Raven menengok ke arah Elena beberapa saat, lalu lanjut berjalan lagi. Raven masuk ke dalam sebuah Toko makanan. Elena dari belakang menyusulnya meskipun masih merasa kesal. Raven langsung duduk dan Elena yang ikut duduk di sebelahnya pun bertanya,
“Kenapa kamu tiba-tiba kesini??”, tanya Elena
“Kau diam saja”, kata Raven
“Apaan sih?! Kamu kasar sekali daritadi!!”, kata Elena dengan kesal
“Ssst!”, kata Raven sambil menutup mulut Elena
Dari tempat duduk mereka berdua, Raven mendengarkan percakapan 3 orang yang mendiskusikan sesuatu.
“Hei! Kalian dengar hal tentang kota Georgia??”, kata Orang A
“Memang nya ada apa di kota sekecil itu??”, Kata orang B
“Katanya disana ada iblis yang menyandera kota itu” kata Orang A
“hah?? yang benar saja?? Para iblis kan sudah musnah sejak 800tahun lalu” kata orang B
“Aku juga tidak tahu, tapi kabarnya seperti itu” kata Orang A
“Aku dengar juga kalau para bangsawan memutuskan untuk membiarkan kotanya”, kata Orang C
“Waah…kejam sekali, para ksatria kerajaan bagaimana??” kata orang B
“Mungkin mereka belum mendengar kabar ini”, kata orang A
Raven terkejut mendengar hal itu. Kampung halamannya yang pernah terisi kenangan indah bersama keluarga nya akan hilang begitu saja. Mata Raven penuh dengan amarah, Elena yang disebelahnya terkejut saat melihat raut wajahnya yang begitu kesal. Raven pun keluar dari toko itu. Elena terkejut dan mengikuti Raven.
“Hei Raven! Kamu kenapa??”, tanya Elena
“Aku akan pergi ke kota Georgia”, kata Raven
“Eh?? Ada apa tiba-tiba??”, tanya Elena kebingungan
“Kau tidak perlu ikut, aku akan pergi sendiri”, kata Raven
“Hah?? Apa maksudmu?? Aku ikut denganmu”, kata Elena memaksa
Raven menggenggam tangan Elena dan menarik Elena. Elena terkejut sekaligus malu. Raven tiba-tiba melompat ke atap. Membawa Elena yang berpeluk dengannya. Saat diatas, Elena yang kebingungan langsung melepaskan pelukannya dan menjauhi Raven.
“A-a-a-ada apa tiba-tiba??”, tanya Elena terbata-bata karena malu
“Berikan aku batu sihir itu”, kata Raven
“Eh?? Tidak mau. Kenapa kau tiba-tiba minta??”, tanya Elena
“Jika kau tidak ingin mati di tangan kerajaan, lebih baik berikan padaku”, kata Raven
“hah?Apa maksudmu?? Jangan bicara hal yang aneh-aneh tahu”, Kata Elena memiringkan kepalanya
“Aku mulai yakin kalau kau ini sangat bodoh”, kata Raven menghela nafas
“Siapa yang kau bilang bodoh, topeng kodok?!”, teriak Elena
“Kau tahu apa tentang batu sihir itu??”, tanya Raven
“Eh?? Cuma….. sebuah perhiasan bukan??”, jawab Elena dengan ragu
“kalau memang sebuah perhiasan, lalu mengapa waktu itu kau bilang aku sampai pingsan dan kesakitan saat melihatnya??”, tanya Raven
“Kalau dibilang begitu, kamu ada benarnya juga….”, kata Elena mulai ragu dan meraba-raba tasnya
“Batu sihir itu mengandung Iblis, dan sedang dicari oleh kerajaan. Jika kau ingin terus memegang batu sihir itu maka kau akan diburu oleh kerajaan”, kata Raven
“Hah?? A-ada Iblis didalam batu sekecil ini?!”, Teriak Elena terkejut
“Karena itu berikan kepadaku, agar kau tidak dikejar oleh kerajaan”, kata Raven
Elena terkejut terhadap hal yang dijelaskan Raven. Dia yang berfikir batu itu hanya sebuah perhiasan biasa, tiba-tiba mengetahui bahwa batu itu mengandung Iblis dan sedang dicari oleh kerajaan. Tubuh nya tak berhenti gemetaran, dia mulai takut dan kebingungan. Dan dia pun bertanya,
“Jika aku berikan batu ini padamu, apa yang akan kau lakukan??”, tanya Elena
“Bukan urusanmu”, jawab Raven
“Kalau kau tidak ingin memberitahu alasanmu, maka bawa aku bersamamu”, kata Elena
“Jika aku yang memegang batu itu, maka kau akan aman dan kerajaan akan mengejarku saat mereka tahu”, kata Raven
“Kalau begitu, aku saja yang bawa!!”,Teriak Elena
“Kau ingin cepat-cepat mati ya??”, tanya Raven
“Justru kau yang ingin cepat-cepat mati, berlagak ingin mengambil bebanku dengan membawa batu itu agar aku tetap aman. Sementara kamu makin dikejar oleh kerajaan, bahkan bisa dihukum mati!”, teriak Elena
“Apa pedulimu?? Aku sudah menjadi buronan kerajaan semenjak 4 tahun yang lalu. Tidak mungkin ada yang sedih karena kematianku. Lagipula, siapa juga yang ingin ditangkap kerajaan”, kata Raven
“Tentu saja ada bodoh!!!”, teriak Elena
“Hah??Kau ini aneh ya??”, Ucap Raven
“Berisik! Aku tetap tidak akan memberikannya!”, Ucap Elena
Raven pun mulai kesal terhadap sikap Elena. Dia pun mulai kehilangan kesabaran dan mengancam Elena untuk memberikan batu itu kepadanya. Namun, Elena masih bersikeras untuk memegang batu itu. Dengan memegang batu itu, Elena berfikir untuk bisa bersama Raven terus menerus. Maka sampai saat itu pun, dia terus
bersikeras tidak menyerahkannya. Elena membujuk Raven agar Elena bisa tetap memegang batu itu dan ikut bersama Raven.
“Tidak! Sudah cukup kau mengikutiku!”, kata Raven
“Kenapa?! aku berjanji tidak akan membebanimu!!”, kata Elena
Raven Mulai bimbang terhadap keputusannya. Perasaan dan pikirannya tercampur aduk, membuat dia tidak bisa berfikir dengan jernih karena khawatir dengan Elena.
“Jika kau ikut denganku, hidupmu hanya akan dipenuhi oleh darah dan kekejian!! Bahkan nyawamu juga ikut terancam!!” teriak Raven
“Aku tidak peduli!! Aku hanya ingin terus bersama mu!!”
Emosi Raven mulai meluap-luap. Raven masih berusaha agar Elena menyerahkan batu sihirnya itu. Dia bingung dengan sikap Elena yang keras kepala ingin ikut dengan Raven. Raven masih terus bertanya dan memaksa Elena untuk menyerahkan batu sihir. Tiba-tiba, raut wajah Elena mulai melesu. Air mata mulai keluar dan mengalir di wajahnya.
“Aku! Aku… hanya ingin bersamamu… aku tidak kuat hidup sendirian lagi....”, ucap Elena
“Apa yang…?” ucap Raven
“Kumohon Raven…. Jangan tinggalkan aku…. Aku tahu bahwa ini sangat Egois….Tapi…aku hanya ingin bersamamu, aku tidak kuat hidup sendirian lagi….”, Mohon Elena dengan air matanya yang mulai mengalir terus menerus tanpa henti, Elena pun terjatuh dan menahan diri dengan lututnya
Raven terkejut terhadap reaksi Elena. Dia mengingat masa lalu Elena yang telah kehilangan Ibunya dan secara bersamaan, Raven mulai mengingat bahwa dia juga telah kehilangan Ayahnya yang sama-sama dibunuh oleh bangsawan kerajaan. Raven merasa sangat kesal terhadap dirinya sendiri. dia yang mengetahui rasa sakit kehilangan dan kesepian tanpa keluarga, tetapi tidak bisa mengerti perasaan Elena.
Elena menangis tak berhenti. Raven hanya terdiam melihatnya dengan perasaan kesal tak berdaya. Tiba-tiba, Elena kelelahan dan jatuh pingsan, Raven pun terkejut. Dia langsung menghampiri Elena dan membawannya ke penginapan.
Sesampainya disana, Raven pun membaringkan Elena di ranjang. Raven terus menerus memikirkan tentang Elena yang tadi menangis. Melihat seseorang menangis didepannya sangatlah membuat Raven merasa tidak berdaya, seakan melihat dirinya dulu saat melihat ayahnnya dibunuh dan hanya bisa menangis.
“Kau ini benar-benar gila….” Ucap Raven sambil menggendong Elena
Beberapa saat setelah itu, Elena pun mulai terbangun.. Elena yang mengingat bahwa dirinya sedang berdebat dengan Raven di atap bangunan, terkejut saat mengetahui dia sudah berada di suatu kamar.
“bangun juga, putri tidur…” ucap Seseorang
Secara spontan, Elena melirik kearah suara tersebut. Dia melihat Raven yang sedang duduk disebuah kursi, di samping ranjang Elena tidur.
“Raven… kenapa aku….. bisa ada disini?” ucap Elena
“kau pingsan setelah berdebat dan menangis tadi” jawab Raven
Elena pun mengingat bahwa dia tidak hanya berdebat dengan Raven. Tetapi dia juga menangis saat itu. Raven pun berdiri dari kursi nya dan menuju ke pintu keluar. Saat dia membuka pintu, langkahnya terhenti dan berkata
“Elena….” Ucap Raven
Elena terdiam tidak menjawab panggilan Raven. Raven pun melirik kearah Elena dan berkata
“Lakukan sesuka mu. Aku tidak peduli!” ucap Raven
“Apa yang…. Barusan kau katakan?” ucap Elena
“Jika kau tidak bisa melindungi dirimu sendiri maka aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu dan membiarkan kau mati mengenaskan!” ucap Raven keluar kamar sambil menutup pintu
Elena terkejut mendengar perkataan Raven. Sebelumnya, Elena memaksa Raven agar diperbolehkan ikut dengannya. Namun, saat ini Raven memperbolehkan untuk ikut dengannya walaupun ucapannya terdengar begitu kasar.
Namun, dibalik pintu tersebut terdapat Raven yang masih berdiri di sana. Dia menunduk sembari mengingat apa yang Elena telah perbuat kepadanya. Setelah hampir mati 2x, Elena lah yang membantunya walaupun identitas milik Raven telah terbongkar.
Tetapi, Raven membiarkannya untuk ikut hanyalah untuk membayar utang budinya saja.
“Cih, utang budi ini akan kubalas dan aku akan secepat mungkin meninggalkannya! Untuk semenatara, kelihatannya dia akan berguna….”
*******
Bagi kalian yang berharap chapter ini romantis, ya salah besar. Justru disini letak dimana author ingin membuat kalian membenci Hehehe~
Jangan lupa di vote ya. Komen saran atau kritik selalu dibuka, jadi jangan ragu untuk menulis komentarnya dan pencet button likenya jika suka dengan ceritanya.
Note : Semakin berjalannya cerita pasti akan jadi lebih seru, karena saya baru belajar dan penulisannya akan semakin bagus secara bertahap.
Terima kasih telah mendukung author~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 354 Episodes
Comments
Queen
up la dlu keluatan mc masa bwrtarung kabur mulu krna kalah
2023-11-08
0
Elma Yunani
terlalu banyak berdebat
2021-06-11
0
arfan
1040
2021-05-20
0