Pagi menjelang, suara ayam terus terdengar di indra pendengaran Diana. Diana terduduk di atas tempat tidur, Ia melihat jam dinding yang terpasang di kamarnya menunjukan pukul lima pagi. Diana memikirkan sesuatu, mimpi yang semalam ia alami itu seperti nyata. Pelukan hangat Ayahnya ia rasakan seolah Ayahnya benar-benar ada. Meski saat ini Diana tau jika ini hanyalah sebuah mimpi.
Diana beranjak dari tempat tidur, berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Saat melewati kamar Ayahnya Diana terdiam sejenak, ia berpikir apakah perkataan Ayahnya itu seolah pertanda jika Diana harus menerima lamaran pria yang kini tidur di kamar Ayahnya itu.
Diana menghela nafas lalu kembali melanjutkan langkahnya. Setelah selesai membersihkan wajah, Diana langsung turun ke bawah, memeriksa dapur apa saja bahan yang habis dan harus ia beli sebelum pergi ke warung dekat rumahnya.
Setalah tau apa saja yang harus Diana beli, ia langsung pergi ke warung.
"Pagi Diana, tumben kamu belanja sepagi ini nak?" tanya pemilik warung sesaat diana tiba.
"Iya Buk, lagi ada tamu." jawab Diana.
"Itu calon suami kamu ya Di?" tanya ibu satunya
Diana ragu, tapi jika tidak di jawab mereka pasti curiga dan menganggap Diana wanita murahan. Dan Diana tidak ingin membuat nama Ayahnya yang begitu bersih menjadi buruk.
"Iya Bu, itu calon suami Diana." jawab Diana.
"Wah, beruntung ya kamu Di. Calonnya ganteng dan sepertinya orang kaya, cocok banget sama kamu." ujar ibu yang bertanya tadi.
"Terimakasi Bu." ujar Diana.
Ibu itu mengngguk
"Diana, maaf ya bukan apa-apa. Tapi kalau boleh Ibu saranin, lebih baik jika calon suami kamu tidak dulu menginap, karena kan kamu belum Sah nak. Jatuhnya Fitnah meski statusnya calon suami." ujar salah satu Ibu yang berada disana.
"Iya Diana. Ayah kamu itu dulu orang terhormat, jangan sampai karena masalah ini nama Ayah kamu jadi tercoreng." ucap yang lainnya.
"Iya Bu, terimaksih atas nasehatnya. Calon suami Diana hanya menginap sekali saja. Hari ini dia sudah pulang. Itu karena kemarin dia tidak sengaja ingin menginap. Diana minta maaf ya Bu." ujar Diana
" Ya sudah, tidak apa-apa. Kami percaya kok Diana anak yang baik. Nah sekarang Diana mau beli apa biar Ibu siapkan." ujar si pedagang.
Diana menyodorkan catatan yang akan dia beli. Setelah semua barang terbeli Diana berpamitan dan bergegas pulang.
Sesampainya di rumah Diana sudah melihat Andra tengah duduk di kursi teras rumah.
"Kamu kenapa tidak bilang jika keluar membeli sayur!" ujar Andra
"Kenapa harus bilang dulu, lagian anda juga belum bangun kan." ujar Diana.
"Iya, tapi setidaknya kamu bisa membangunkan aku." ujar Andra tanpa sadar.
Sejak kapan Andra berbicara begitu santai, dan kenapa juga Andra berbicara begitu seolah Diana sudah menjadi miliknya.
"Maaf tuan Andra yang terhormat. Saya bukan istri anda yang setiap pagi harus membangunkan anda." ujar Diana lalu berlalu begitu saja.
Andra tersenyum tipis sambil menunduk mendengar ucapan Diana.
"Sebentar lagi Diana, kau tau itu. Jika kau menerima lamaran ku, maka semua yang kau ucapkan barusan akan terjadi." gumam Andra.
Sejak tadi Diana berkutat di dalam dapur, sementara Andra memainkan ponselnya, membalas setiap laporan yang dikirim Divo untuknya.
"Kapan anda pulang?"
Pertanyaan Diana membuat Andra mendongak menatap gadis yang berada di depannya sedang berdiri menatap ke arahnya.
"Setelah kau memberi jawaban atas permintaanku." jawab Andra
"Hahhh." Diana menghela napas panjang.
"Aku tidak akan menjawabnya sekarang." ujar Diana
Andra terdiam sejenak lalu ikut berdiri.
"Lalu kapan?"
"Nanti, saya akan menjawabnya nanti." jawab Diana
"Tidak Diana, aku ingin kau memberi jawaban sekarang. Jika tidak aku tidak akan pergi dari sini." ujar Andra kembali duduk.
"Jangan mempersulit keadaan saya, tolonglah. Tetangga disini sudah mempertanyakan keberadaan anda. Dan itu bisa merusak nama baik Ayah." ujar Diana
Andra menatap Diana." Kau tinggal bilang aku calon suamimu." ucap Andra enteng.
"Semua tidak semudah yang anda pikirkan." ujar Diana
"Kenapa tidak, itu sangat mudah di ucapkan." uajr Andra
"Tentu saja, tapi di kota sangat berbeda dengan di desa. Meski saya mengatakan jika anda calon suami saya, tetap saja jika belum Sah maka jatuhnya akan fitnah."ujar Diana
"Kalau begitu ayo kita menikah." ujar Andra menggoda.
Pria itu tersenyum kecil melihat wajah Diana yang terlihat kesal.
"Kata menikah memang mudah untuk di katakan, tetapi kata itu tidak semudah itu saat semua di jalankan. Saya mohon beri waktu saya untuk memikirkan semuanya. Mungkin satu minggu ini, setelah keputusan saya ambil, saya akan kembali ke kota dan memberi semua keputusan saya." ujar Diana
Gadis itu berharap semoga Andra bisa mengerti jika sebuah keputusan tidak bisa di ambil begitu saja. Apalagi tentang pernikahan. Diana bukan anak umur 17 tahun, dia sudah cukup dewasa untuk memikirkan masa depannya.
Andra terdengar menghela nafas. Umurnya memang sudah cukup dewasa untuk tidak menjadi anak kecil dalam hal ini. Dan Diana benar, keputusan sebesar ini harus Diana putuskan dengan matang. Terlebih lahi tidak ada cinta di antara mereka.
Ah ya, bukan tidak ada tetapi belum ada.
"Baiklah Diana, saya akan menunggu." ujar Andra akhirnya.
Diana mengangguk senang."Kau bisa makan terlabih dulu sebelum pulang." ujar Diana.
Andra mengikuti Diana ke meja makan. Setelah selesai makan Andra bersiap untuk pulang. Andra sudah siap di depan rumah, ia menunggu Diana karena gadis itu menyuruhnya menunggu.
"Ini saya titip untuk Tante Sandra. Titip salam untuknya dan juga Kanaya." ujar Diana sambil memberi bungkusan buah yang ia petik pagi tadi untuk Ibu dan sahabatnya.
"Terimakasih." ucap Andra sambil mengambil bungkusan itu.
"Tolong jangan beri tahu Kanaya jika saya ada disini. Saya ingin kembali setelah semua keputusan saya ambil." ujar Diana sebelum Andra pergi.
Andra mengerti, ia mengangguk sambil tersenyum. Andra masuk ke dalam mobil lalu menginjak pedal gas menuju kota.
_-_-_-_-_
Sementara itu Kanaya sedang menggerutu bosan berada di rumah sendiri. Sejak kemarin kakaknya masih belum memberi kabar, dan Sandra ia juga tidak bisa mencari tau dimana keberadaan putranya itu. Bahkan Divo, sahabat Andra sekaligus asistennya itu kompak tidak memberi tahu kemana dan dimana Andra saat ini.
Suara deru mobil di luar kediaman Wiguna membuat Kanaya berlari ke luar rumah. Kanaya sangat yakin jika itu adalah kakaknya. Saat di luar Kanaya benar-benar senang, yang ia pikirkan benar jika itu adalah Andra.
"Abang." teriak Kanaya saat Andra keluar dari dalam mobil.
"Abang ini kemana saja, kenapa tidak ada kabar? terus bagaimana? apa Abang menemukan Diana?" begitu banyak pertanyaan hingga membuat Andra pusing.
"Kakak lelah Kay, boleh kakak masuk dulu."
Kanaya mengerucutkan bibirnya atas ucapan Andra. Sejak kemarin Kanaya sudah tidak sabar menanti kepulangan Andra, berharap saat pulang Andra akan membawa kabar baik dan langsung memberi tahunya.
"Kay, di belakang ada buah. Tolong ambil dan bawa masuk ya." ujar Andra lalu masuk ke dalam
Dengan kesal Kanaya mengambil bawaan Andra lalu mengikuti langkah kakaknya masuk ke dalam.
Sampai di dalam Andra langsung naik ke atas masuk ke dalan kamarnya untuk membersihkan badan. Setengah jam kemudian Andra turun dengan wajah segar.
"Sayang, kapan kamu pulang?" tanya Sandra saat melihat putranya sudah ada di rumah.
"Baru saja Ma." jawab Andra ikut duduk di ruang tengah.
"Bagaimana Dra, kamu udah ketemu Diana?" tanya Sandra
"Sudah Ma."
"Dimana bang?, Kanaya mau tau. Kanaya mau ketemu Diana." ujar Kanaya menyela.
"Diamlah Kanaya, jangan menyela pembicaraan." ujar Andra
"Tapi Bang-
"Kay." Sandra menyela sebelum putranya kesal.
Sandra tau saat ini Andra sedang lelah, sangat terlihat jelas di wajah putranya itu.
"Malam nanti akan kakak beri tahu Kanaya. Ma, Andra ingin istirahat." ujar Andra
Sandra mengangguk, Kanaya pun begitu. Kanaya tau jika abangnya sangat lelah, tetapi karena ketidak sabarannya membuat dirinya tidak memikirkan apapun.
Andra menghempas tubuhnya di tempat tidur, ia tidak benar-benar ingin tidur. Ia hanya ingin sendiri. Keputusan yang ia ambil untuk menikahi Diana benar-benar gila. Apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya hingga mengambil keputusan sebesar itu.
Andra mengacak rambutnya seperti orang yang sedang frustasi. Tidak ingin terlalu larut dalam pikiran Andra mengambil laptopnya dan mulai bekerja. Ia ingin melupakan sejenak masalah yang ia buat sendiri.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
💞Meilita Evana🌹@Ëvå@🌹
lg musim org muna..🙈😄
2020-12-12
0
Supartini
blm apa2 sah cemburu
2020-11-30
1
Rat
ahahaha cemburu ni yeee 😁😁😁
2020-11-19
0