Diana baru saja selesai memasak di dapur. Gadis itu cukup pandai dalam bidang ini karena memang sejak kecil Diana sudah terbiasa dengan alat dapur.
Alasannya cukup kalian tahu.
Diana melihat Andra tengah duduk bersandar di pinggiran sofa dengan mata terpejam. Pakaian yang Andra kenakan masih yang tadi karena Andra tidak membawa baju ganti sama sekali.
Diana memalingkan wajahnya lalu naik ke atas. Di kamarnya Diana segera membersihkan tubuhnya yang bau dan kotor sejak dari kebun. Tak lama berselang Diana sudah rapi dan juga wangi.
Diana keluar dari kamarnya, berjalan ke arah pintu sebelah kanan tidak jauh dari kamarnya. Diana membuka kamar itu, didalamnya terpampang jelas foto pernikahan sang Ayah dengan Ibu Diana. Diana tersenyum mendekati foto itu.
Kenangan masa lalu yang indah meski hanya sebentar do rasakan, tidak akan pernah hilang dalam ingatan Diana.
Tetapi tujuan Diana datang ke kamar itu bukan untuk bermelo. Diana berjalan menuju lemari ayahnya. Disana masih ada beberapa pakaian Ayahnya yang belum sempat terpakai. Masih baru yang jelas.
Diana mengambil satu setel dan di bawa nya turun.
"Ini." ujar Diana sambil mengulurkan pakaian Ayahnya pada Andra.
Andra yang sejak tadi memejamkan mata karena lelah kini membuka mata karena suara Diana. Andra melihat Diana berdiri di hadapannya dengan tangan berisi sesuatu mengulur ke arahnya.
"Apa Ini?" tanya Andra mengambil pemberian Diana.
"Itu dulu pakaian Ayah yang belum sempat di pakai." jawab Diana
Andra mengerutkan dahinya dan Diana melihat itu.
"Anda tidak mungkin tidur dengan pakaian yang sudah sejak pagi anda kenakan. Apalagi itu sudah kotor dan bau." Andra meneliti pakaiannya dan terlihat menciumnya.
"Anda boleh memakai pakaian Ayah saya. Itu masih baru kok, jadi anda tidak usah khawatir. Dan saya yakin ukurannya pas dengan anda." Diana ingin berajak pergi, tetapi ia lupa satu hal lalu ia berbalik lagi.
"Oh ya, kamar mandinya ada di atas di sebelah kiri paling ujung, dan di depan kamar mandi ada lemari kaca yang berisi beberapa handuk baru. Anda bisa memakainya. Dan disana juga ada sikat dan sabun baru." ujar Diana lalu pergi ke arah dapur.
Andra menatap punggung Diana yang berlalu ke dapur. Samar Andra tersenyum memikirkan sesuatu, ia lalu bangkit dan pergi ke atas lantai dua.
Di atas Andra melihat tiga pintu berjejer, Andra yakin jika pintu pertama itulah kamar mandi. Saat Andra membukanya, ia melihat itu ternyata sebuah kamar. Andra menatap foto seorang anak kecil dengan senyum manis sedang di pangku oleh seorang laki-laki yang pastinya itu adalah ayahnya.
Andra yakin itu pasti Diana.
Andra berjalan mendekati foto itu. Tangannya mulai terulur untuk meluhat wajah lucu itu lebih dekat. Senyum Andra mulai mengembang saat melihat betapa cantik dan imut gadis yang ia pandang saat ini. Masih sama seperti yang ia kenal saat ini.
Andra terus menatap foto itu, sampai ia berfikir satu hal hingga daginya terlihta berkerut .
"Aku seperti pernah melihat pria ini, tapi dimana ya?" ujar Andra dengan tanda tanya besar di kepalanya.
Andra mulai mengambil ponselnya dan mengambil gambar foto tersebut. Setelah cukup, Andra bergegas pergi ke kamar mandi. Andra tidak ingin Diana curiga terhadapnya.
Setelah selesai mandi Andra kembali turun. Di bawah Andra melihat Diana yang sedang sibuk menyiapkan makanan di meja makan. Senyum kagum terpancar di wajah tampan Andra. Tatapan matanya tidak henti-henti menatap wajah cantik Diana.
"Anda sudah selesai, duduklah kita makan dulu." ujar Diana saat melihat Andra berdiri di ujung anak tangga.
Andra berjalan menuju meja makan, sementara Diana tengah mengambil piring untuk.
Tanpa ada yang bicara mereka berdua mnyantap makanan di depannya. Sesekali Diana melirik ke arah Andra yang terlihat begitu lahap menyantap makannya.
"Dia seperti tidak pernah makan saja." batin Diana.
Trang
suara sendok yang di lentakan Andra begitu keras terdengar.
"Enak, saya sangat kenyang." ujar Andra
Diana tersenyum melihat kekonyolan Andra yang menurutnya lucu. Diana yang juga sudah selesai mengambil piring bekas Andra untuk di cuci.
"Di." panggil Andra ragu.
Diana menoleh sambil mencuci piring di tangannya." Anda memanggil saya?" tanya Diana
"Hm, bolehkan saya meminta kopi?" tanya Andra.
"Oh, maaf saya tidak menawarkan. Tunggu saja di ruang tengah, saya akan buatkan." ujar Diana.
Andra mengangguk, sebelum pergi Andra membantu Diana memebersihkan meja. Diana tidak melarang, ia membiarkan saja karena itu hal positif bagi Diana.
Setengah jam kemudian Diana membawa secangkir kopi untuk Andra.
Clak
Diana meletakan satu cangkir kopi di atas meja.
"Terimaksai." ucap Andra
"Hm, tidak masalah. Hanya secangkir kopi." ujar Diana.
Andra meminum kopi yang di buatkan Diana. Tidak ada perbincangan setelah itu, mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing. Sampai Andra berdeham kecil karena merasa canggung dengan suasana yang terjadi.
"Ehemm."
"Di, Maaf jika kehadiran ku disini membuat mu tidak nyaman." ujar Andra memulai percakapan.
Diana mengalihkan pandangannya ke arah Andra."Hm, tidak masalah. Tapi saya tidak bisa membiarkan anda terlalu lama disini. Saya tidak enak dengan tetangga yang ada di desa ini." ujar Diana
"Ya, saya tau jika saya salah memaksa untuk tinggal disini. Tetapi ada yang ingin saya sampikan kepada kamu." ujar Andra.
Diana menaikan satu alisnya." Apa?" tanya Diana
Andra menatap Diana dengans serius, membuat gadis itu sedikit risih.
"Sebelumnya saya ingin meminta maaf atas apa yang saya katakan beberapa hari lalu hingga menyakiti hati kamu Diana. Seharusnya saya tidak berkata seperti itu saat saya tidak mengenal kamu lebih jauh." Diana mengangguk tanpa berbicara atau berniat memotong ucapan Andra.
"Tetapi niat saya kesini tidak hanya untuk itu, ada satu hal penting yang ingin saya katakan pada kamu Diana." lanjut Andra
Diana diam, ia masih belum menanggapi ucapan Andra meski Diana sebenarnya penasaran dengan apa yang akan di katakan oleh pria yang sedang menatapnya itu.
"Diana, saya tidak tau ini benar atau tidak. Tetapi sebuah perasaan tidak bisa di cegah saat perasaan itu sudah mulai tumbuh. Saya hanya pria bisa yang memiliki hati sama dengan yang lainnya." ujar Andra
Diana menaikan kedua alinya, masih bingung dan belum mengerti apa yang sebenarnya di katakan oleh Andra.
"Maaf Diana, tetapi sejak awal bertemu, saya mempunyai perasaan kepada kamu. Dan saya tidak bisa mencegah perasaan itu. Sejak malam dimana saya menghina kamu, saat itu saya sadar jika Cinta itu mulai tumbuh, dan saya tidak tau kenapa." lanjut Andra.
Diana sejenak memalingkan wajah, ia sebanrnya terkejut. Tetapi Diana mencoba tenang. Diana masih belum percaya dengan apa yang telinganya dengar.
Andra meraih tangan Diana hingga membuat gadis itu terlonjak kaget.
"Ma-mau apa anda?" tanya Diana tergagap
"Diana, saya ingin melamar kamu menjadi istri saya." ujarnya
Kali ini Diana benar-benar syok, ia tidak tau harus berkata apa. Diana ingin menjawab, tapi rasanya lidah itu kelu.
"Astaga, kenapa jadi seperti ini." batin Diana.
"Diana, kau dengar saya?" tanya Andra saat melihat Diana hanya Diam.
"Diana." panggil Andra saat Diana tidak menjawab pertanyaannya
"Ah, Iya. Saya dengar." ujar Diana.
"Em, maaf. Mungkin saya tidak bisa menjawab sekarang, ini terlalu mendadak dan saya tidak tau harus menjawab apa." lanjut Diana.
Andra tersenyum, ia mengetri jika hal ini akan terjadi.
"Tidak masalah, aku akan menunggu." ujar Andra.
"Hm, kalau begitu saya akan ke atas. Akan saya siapkan kamar ayah untuk Anda, karena di rumah ini hanya ada dua kamar." ujar Diana yang langsung di balas anggukan oleh Andra.
Diana bergegas ke atas, ia sesegera mungkin untuk membersihkan kamar Ayahnya. Setelah mengganti seprai dan bantal Diana kembali turun ke bawah.
"Kak, kamarnya sudah siap. Silahkan istirahat jika anda sudah mengantuk, maaf jika saya mendahului anda." ujar Diana
Andra hanya menatap Diana yang berbalik ke atas lalu menghilang di balik tangga.
Andra masih memikirkan keputusannya ini. semoga saja ini akan baik untuknya. Setelah cukup lama berdiam Andra akhirnya memutuskan naik ke atas untuk beristirahat.
_-_-_-_-_
Di dalam kamar Diana merebahkan tubuhnya mencoba untuk memejamkan matanya yang sudah sangat lelah, tetapi entah kenapa matanya tidak mau terpejam. Ucapan Andra masih terngiang-ngiang di telinga dan fikirannya.
Diana memikirkan semua yang di katakan Andra. Mungkin untuk Diana itu tidaklah mungkin, Diana tau siapa Andra. Dia bukan pria sembarangan, mana mungkin Andra begitu saja menyukainya.
Diana menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan. Diana tidak ingin memikirkan ini dulu, dia akan memutuskannya setelah tau apa maksud Andra sebenarnya. Diana yang memang sudah mengantuk kembali mencoba memejamkan matanya. Dan Diana pun terlelap.
Di dalam gelapnya malam terlihat sebuah sinar putih yang begitu terang. Diana berjalan ke arah sinar itu, dan seperti nyata ia masuk ke dalam seperti terserap.
"Ah." jerit Diana sambil memejamkan mata.
Saat di buka Diana melihat sesuatu yang indah. Sebuah hamparan taman yang begitu luas, Diana mengingat sesuatu. Ayahnya pernah bercerita jika Ibunya sangat ingin memiliki taman bunga yang luar, berbagai macan bukan ingin ibunya tanam.
Diana tersenyum mengingat semua itu, matanya menelusuri setiap sudut taman. Saat embusan angin terasa Diana merentangkan tangan menikmati sejuknya surga Dunia yang entah itu nyata atau hanya sebuah hayalan.
Diana berputar bahagia memanggil nama Ayah dan Ibunya yang sudah pergi untuk selamanya. Tidak ada lagi cinta dan kasih sayang, tetapi Diana tetap bisa merasakan kehadiran mereka meski tak bisa di dekap.
Saat Diana mulai lelah ia menjatuhkan tubuhnya di atas rumput. Deru nafas Diana terdengar memburu, meski terlihat kuat, sebenarnya Diana rapuh. Hatinya menjerit sakit dalam kesendirian. Air mata yang selalu berusaha Diana tahan tidak bisa lagi ia bendung.
Pertahanan Diana runtuh, bahunya bergetar, air matanua mengalir deras. Jika saat ini di depannya ada Ayahnya mungkin Diana sudah berlari ke dalam pelukannya.
"Diana."
Suara yang sudah lama tidak Diana dengar samar kembali terdengar di telinganya.
"Diana."
Diana mendongak, ia yakin jika suara panggilan itu adalah milik Ayahnya.
"Ayah." teriak Diana sambil melihat Kesana- kesini, tapi nihil, Diana tidak melihat siapapun.
"Ayah, hiks." ucap Diana kembali terjatuh.
Tanpa Diana sadari seseorang mendekat ke arahnya. Orang itu berjongkok dan memegang bahu Diana.
Diana yang begitu sedih menoleh dengan lemah, saat ia melihat orang yang memegang bahunya Diana seperti tersihir, Dadanya bergemuruh. Dengah pikir panjang Diana langsung berhambur kepelukan pria itu.
"Ayah." jerit Diana
"Ayah, hiks Diana rindu ayah." ujar Diana sambil terus menangis
"Diana, dengarkan ayah." Diana mendongak. Matanya sembab karena terlalu banyak menangis, Anggara benar-benar merasa kasihan lalu mengusap air mata putrinya
"Berhentilah menangis nak. Ayah tidak suka melihat kamu seperti ini." ucap Anggara
"Di- hiks, Diana rindu Ayah." ucap Diana terbata.
Anggara menangkup wajah putrinya dan berkata." Ayah juga merindukanmu nak, tetapi kamu tau sendiri Diana, jika tuhan begitu menyayangi Ayah hingga beliau memanggil Ayah terlebih dulu. Ayah juga sudah bertemu Ibumu dan dia sangat bangga memiliki putri yang cantik, tangguh dan baik hati seperti mu. Maaf Diana, Ayah tidak bisa menemanimu lebih lama lagi. Ayah hanya ingin berpesan, bahagialah dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Terima apa yang sudah ditakdirkan untukmu, dan Ayah merestui pria itu menjadi pendamping hidupmu."
Setelah mengatakan itu Anggara menghilang begitu saja. Diana bahkan belum sempat mengatakan apa pun.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Eris Nur Riyanti
hahaha joker
2021-04-18
0
💞Meilita Evana🌹@Ëvå@🌹
joker.. jomblo keren.. 😎
2020-12-12
0
Supartini
joker pas tu ndra
2020-11-30
1