JANGAN LUPA LIKE, COMENT DAN JUGA VOTE YA. SETIDAKNYA AUTHOR MERASA DI HARGAI
_-_-_-_
Satu jam berkutat di kamar mandi entah apa yang ia lakukan, akhinya Diana keluar dengan wajah segar. Diana membuka lemari pakaiannya, mencari baju yang sekiranya cocok untuk dirinya kenakan.Dan Diana menemukan Dres berwarna Biru dongker. Seingat Diana Dres itu pemberian dari Alex saat ulang Tahun nya dulu.
Diana menatap pantulan dirinya di cermin. Sempurna, benar-benar terlihat sempurna, warna Dress itu sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Tidak lupa Diana mempoles wajahnya dengan sedikit make up tipis. Diana memang tidak suka terlalu banyak riasan, cukup dengan krim dan lipkrim berwarna senada dengan bibirnya. Jika Diana menggunakan make up terlalu tebal, ia merasa dirinya seperti badut yang akan kontes.
Tepat saat Diana ingin mengambil tas, ponsel Diana berbunyi.
"Di gue udah di depan gang rumah lo." Kirana
"Oke gue meluncur kesana, tunggu ya." Diana
Setelah membalas pesan dari Kirana, Diana langsung menuju ke depan gang rumah nya. Diana melihat Kirana melambaikan tangan di dekat mobil berwarna merah.
Diana menatap kanan kiri sebelum menyebrang, karena Diana tidak ingin kejadian beberapa hari yang lalu menimpanya lagi.
"Di, kaki lo kenapa lagi. Kok jalan lo pincang gitu?" tanya Kirana saat melihat Diana berjalan pincang.
"Oh ini, kaki gue lecet karna sepatu ini." jawab Diana
"Udah tau bikin lecet, kenapa masih lo pake?"
Diana nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tidak Gatal." Hehe, ini satu-satunya yang gue punya. Dan gak mungkin kan gue ke rumah Kanaya gak pake alas kaki." ujar Diana
"Hahhh." Kirana menghela nafas berat. Sahabatnya ini benar-benar unik.
"Eh Ki, lo bawa mobil siapa ini?"tanya Diana
"Oh ini, Gue bawa mobil om gue, kebetulan om gue baru datang dari kota xxx. katanya mau liburan." jawab Kirana
"Oh."
"Yaudah yuk masuk. Nanti kemaleman." kata Kirana yang langsung di angguki oleh Diana
Mobil yang di kendarai Kirana melaju menuju kediaman Kanaya. Keduanya tidak tau tempat tinggal Kanaya. Hanya saja mereka tau jika Kanaya adalah anak orang kaya.
Setengah jam perjalanan mereka kini memasuki perumahan elit di kota itu. Kirana tidak berhenti bergumam saat melihat rumah-rumah besar di perumahan itu.
Kirana mencari Nomor rumah Kanaya yang ia minta tadi kepada Kanaya sebelum mereka berangkat.
Sementara itu Di rumah Kanaya sudah sangat tidak sabar, pasalnya ini pertama kalinya kedua sahabatnya itu mau berkunjung ke rumahnya setelah sekian lama menjalin persahabatan.
Diana dan Kirana selalu menolak jika Kanaya ingin mengajak Mereka kerumahnya, alasan mereka cukup tidak masuk di akal dan selalu membuat Kanaya kesal.
"Nay, lo itu anak orang kaya, kami malu jika harus main ke rumah lo."
Sekiranya itulah alasan mereka setiap Kanaya mengajak keduanya.
Kakak Kanaya mengangkat satu alisnya saat melihat adik satu-satunya itu tersenyum sendiri saat duduk di dekatnya.
"Nay obat anti depresi kamu udah kamu makan kan?" Pertanyaan itu membuat Kanaya melotot ke arah sang kakak.
"Apaan sih bang, udah gila ya nanya gitu ke adik sendiri." ujar Kanaya sewot.
"Ih, kakak yang di bilang gila. Kamu tuh, dari tadi senyum-senyum sendiri. Gak waras."
"Aku cuma senyum aja kali bang, bukan pertanda aku gila." ujar Kanaya
"Gitu aja marah, katanya lagi sakit. Bukannya istirahat kamu malah ganggu kakak disini."
"Ye, siapa yang ganggu kakak, kakak aja yang ngerasa terganggu sama kehadiran aku. Lagian ni bang ya, teman-teman aku mau datang menjenguk ku hari ini bang, mereka sudah di jalan." ujar Kanaya begitu senang.
"Akhirnya setelah sekian lama, mau juga mereka datang kesini." kata Kanaya lagi.
Ting tong
ting tong
Suara bel rumah kanaya berbunyi, dengan girang kanaya berlari menuju pintu rumahnya.
Cklek
pintu terbuka. Kanaya melihat kedua temannya berdiri dengan wajah senang.
"Kanaya, gue kira lo gak bisa bangun." ujar Diana saat melihat sahabatnya itu berdiri tegak di depannya.
"Wah, lo ngerjain kita ya Nay." Kirana menimpali.
"Eh enggak kok, gue tadi udah minum obat, jadi udah mendingan. Masuk yuk, gak enak berdiri di depan pintu." ujar Kanaya
Diana dan Kirana saling tatap, tapi akhirnya keduanya pun mengikuti Kanaya masuk ke dalam rumah.
"Nay, rumah lo sepi ya." ujar Kirana saat melihat kondisi rumah Kanaya.
"Ya gitu deh, gue kan cuma tinggal bertiga doang sama Mama dan abang gue." kata Kanaya
"Terus nyokap lo mana?" tanya Diana
"Nyokap gue lagi beli cake, sebentar lagi juga pulang. Tadi sih abang gue ada di depan tv, tapi mungkin dia pergi ke kamarnya saat gue bukain pintu kalian." ujar Kanaya.
"Oh." ucap Keduanya
"Duduk dulu ya, gue suruh bibi buatin kalian minum." ujar Kanaya yang di angguki oleh keduanya
Kanaya pergi ke dapur untuk menyuruh artnya membuatkan minuman untuk kedua sahabatnya.
"Mbk, tolong buatin minuman buat temen Kanaya ya, dan sekalian cemilan nya juga." ucap Kanaya
"Baik Non, segera mbk buat kan." ucap mbk jum
Setelah memberi tahu Mbk jum, Kanaya kembali ke ruang tamu.
"Nay, kita gak lama ya disini. Gak enak gue sama Mama dan abang lo." ucap Diana saat Kanaya sudah kembali, di ikuti Mbk jum dari arah belakang.
"Mikir pulangnya nanti aja Non, Nih Mbk sudah Buatkan minuman segar dan cemilan. Monggo di cicipi dulu." ujar mbk jum sambil meletakan minuman dan beberapa cemilan.
"Eh, iya mbk. Makasi." ujar Diana
"Sama- sama Non. Mbk tinggal ke belakang ya."
Diana dan Kirana mengangguk
Setelah mbk Jum pergi
"Kalian kesini naik apa?" tanya Kanaya.
"Gue bawa mobil om gue, mumpung lagi ada." jawab Kirana
"Oh. bagus kalau gitu, kalian bisa pulangnya lebih malam." ujar Kanaya senang.
"Ya gak gitu juga kali Nay, masak lo tega nyuruh kita pulang malam."
Kanaya nyengir
"Iya, jam 10 deh , normal kan." ujar Kanaya.
Keduanya mengangguk, mereka melanjutkan obrolan santai mereka. Yah entah apa yang mereka obrolkan, yang jelas mereka terlihat begitu bahagia.
Sementara Kakak Kanaya yang baru saja keluar dari dalam ruang kerjanya kini berjalan menuruni anak tangga.
"Nay apa mama sudah pulang?"
Pertanyaan itu membuat Diana terdiam kaku.
"Suara itu." batin Diana.
Diana memutar kepalanya, saat pandangan keduanya bertemu Diana melebarkan matanya.Diana begitu terkesiap melihat sosok pria yang ia lihat.
"Astaga, jadi Andra itu kakaknya Kanaya." Diana kembali memebatin.
Sementara Andra pun sama, ia juga terkejut melihat wanita yank dia perhatikan sore tadi.
"Ya elah Bang, toak banget sih, gak tau lagi ada tamu apa. Mama belum pulang bang, coba abang telpon Mama." ujar Kanaya
Andra tidak menghiraukan ucapan Kanaya, rasa terkejutnya membuat dirinya tidak bisa berpikir jernih.
"Jadi gadis ini sahabat Kanaya." Batin Andra
"Bang." panggil Kanaya
"Kak Andra." panggilnya lagi
Tapi tidak ada jawaban dari Andra, tatapannya masih setia pada satu titik.
Karena Kesal Kanaya langsung mendekati Andra.
"ABANG."
teriak Kanaya tepat di telinga Andra.
"Astaga dek, kamu mau bikin kaka budek." ujar Andra sambil mengurek telinganya yang terasa sakit akibat teriakan Kanaya.
"Habis, di panggil bukannya jawab malah bengong kayak sapi ompong." ujar Kanaya
"Nih ya bang. Temen-temen Kanaya emang cantik, tapi gak segitunya juga kali liatnya." ujar Kanaya menggoda Andra.
"Gak usah kepedean, mana ada kakak liatin temen kamu." kilah Andra
"Ih, pake acara berkilah. Itu buktinya wajah kakak merah." ujar Kanaya menahan senyum
Andra melotot ke arah Kanaya." Oh jadi kamu mau jika uang jajan kamu kakak potong."
Kanaya mendengus kesal, kakaknya itu selalu saja."Iya deh, kakak yang benar."
Andra berlalu meninggalkan Kanaya tanpa Menghiraukan adiknya itu. Sementara Diana masih merasa berdebar, entah kenapa ia merasa takut.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Rossalinda R
Tampilkan visualnya thor
2021-01-20
1
Supartini
chie chie chie salting
2020-11-29
3
Tini Ross
yg satu bilang abang yg satu bilang kakak
aneh.. 🙄
2020-10-28
1