Mendengar perkataan Leon, hati Vania terasa sakit. Setega itu Leon kepadanya. Setelah mengambil kehormatannya, semudah itu Leon mengatakan ingin menikahinya.
Plakk...
Vania menampar keras pipi kanan Leon dengan tangannya.
"Kamu pikir aku perempuan apa Leon? Kamu mau menjadikanku istri, terus bagaimana nasib Ziva? Kamu tidak boleh seenaknya menceraikan dia demi menikah denganku!" seru Vania.
"Aku juga tidak akan menceraikannya Van. Aku ingin menjadikan kamu istri keduaku. Dan aku akan minta persetujuan Mama dan Ziva. Aku ingin bertanggung jawab atas semua perbuatanku dan aku ingin menjaga kamu, biar kamu gak sendirian lagi!"
Perasaan Vania bukan malah senang namun semakin kecewa dengan semua kata-kata yang keluar dari mulut Leon.
Vania tersenyum getir, ada seringai kecil yang nampak di garis-garis bibirnya. "Apa? Kamu mau menjadikanku istri kedua kamu?" ucapnya.
"Iya Vania. Kamu tenang saja, aku akan bersikap adil dengan kalian berdua," jelas Leon sembari menggenggam kedua tangan Vania dan menatap sendu netra berbentuk hitam bulat di depannya.
"LEPASIN AKU LEON!! Sampai kapan pun aku tidak akan mau menikah denganmu!"
"Kenapa Vania? Bukannya kita saling cinta? Bukannya tadi kamu bilang, jika tidak ingin aku pergi meninggalkanmu?"
"Tapi, bukan menikah juga solusinya. Bukan cara mempoligami Ziva juga. Ingat Leon, tak ada satu perempuan pun di dunia ini yang mau di poligami! Begitu juga aku. Tidak pernah terbesit dalam benakku untuk menjadi nomor dua. Maaf Leon, simpan saja angan-anganmu. Dan besok aku akan menemui Bu Leni, untuk memberikan surat pengunduran diriku!" ucap Vania yang langsung masuk ke dalam rumah, kemudian mengunci pintu agar Leon tidak bisa masuk.
Leon tidak gentar. Ia terus mengetuk pintu rumah Vania sambil terus membujuk Vania untuk mau membukakan pintunya kembali.
"Vania..,Vania.., Tolong bukakan pintunya dulu. Tolong dengarkan penjelasanku dulu. Aku tidak bermaksud menjadikanmu nomor dua. Aku kan sudah bilang, di hatiku kamu tetap nomor satu. Hanya status kamu aja yang nomor dua," jelas Leon.
"PERGI KAMU LEON!! berhenti untuk terus menggangguku. Apa kamu lupa, jika hubungan kita sudah berakhir? Aku baru saja kehilangan Bapakku Leon, jadi aku minta jangan ganggu aku lagi. Biarkan aku meneruskan hidupku. Kamu, Aku, kita sudah punya kehidupan masing-masing. Lupakan saja soal ucapanku tadi! Jika kamu tidak ingin membuatku sedih, tolong sekarang kamu pulang," jawab Vania sambil menangis terisak.
"Please Vania, kamu jangan menangis seperti ini. Maafin aku jika perkataanku barusan semakin membuatmu sedih, tapi aku cuma tidak ingin melihat kamu sendirian lagi. Tolong, pahami apa maksud dan tujuanku untuk kamu."
"CUKUP LEON!! AKU MINTA KAMU PERGI!" teriak Vania.
"Oke, oke, aku akan pergi. Tapi kamu harus janji, jika kamu tidak akan resign dari perusahaan. Jika kamu tetap bersikeras keluar, aku akan tetap menunggu di depan rumah kamu!"
Kaki Vania langsung melemas, tubuhnya tersandar di balik pintu, menyelusupkan wajahnya di antara kedua kakinya.
"Leon, aku memang pernah bermimpi menikah dengan kamu. Tapi bukan dengan cara poligami seperti ini. Kenapa Tuhan, kenapa Engkau pertemukan aku kembali dengan dia," umpat Vania.
"Vania., tolong bukakan pintu sebentar. Jangan membuatku semakin khawatir dengan kondisi kamu. Jangan menangis lagi Van," ucap Leon.
"Pulanglah Leon, aku baik-baik saja."
"Enggak, aku tidak akan pulang sebelum kamu janji sama aku untuk tidak keluar dari perusahaan."
"Baik aku janji, tapi kamu juga harus berjanji padaku untuk tidak menggangguku lagi."
"Soal itu aku gak bisa janji Vania."
"Jika kamu tidak bisa janji, aku pun juga tidak bisa janji," jawab Vania.
Leon terdiam sejenak, sambil terus berpikir keras. Jika sekarang dirinya terus mendesak Vania, Leon yakin Vania akan benar-benar keluar dari perusahaan, dan dapat di pastikan Leon akan kembali kehilangan jejak Vania.
"Oke Vania, aku tidak akan mengganggumu lagi. Asal kamu tetap bekerja di perusahaan," ucap Leon terpaksa.
"Terima kasih Leon. Sekarang tolong kamu pulang ya. Aku sedang ingin sendiri."
"Iya Vania, aku pamit pulang ya. Jangan masuk kerja dulu. Tenangkan hati dan pikiranmu."
"Ya Leon, terima kasih."
"Aku pamit pulang ya Vania," ucap Leon sambil melangkah keluar halaman rumah Vania dan bergegas masuk ke dalam mobilnya.
Vania mengintip kepergian Leon dari balik kordennya. Setelah mobil Leon pergi, Vania duduk di kursi ruang tamu sambil memegang foto kedua orang tuanya.
"Bapak, Ibu, apa lebih baik aku ikut kalian saja. Aku sudah tidak sanggup untuk hidup di dunia ini," batin Vania.
Sekejap mata Vania tertuju pada pisau kecil di atas meja. Perasaannya yang kacau, membuat Vania kehilangan akal sehatnya. Ia mengambil pisau tersebut, dan mengarahkannya tepat di atas nadi tangan kirinya.
"Selamat tinggal Leon," ucap Vania dalam tangisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Nur Kholifah
aduuh ngapain kamu bunuh diri vania
2022-01-06
0
ani nurhaeni
laahh ko malah bunuh dirii
🤔🤔🤔
2021-11-08
0
Siska Feranika
Aduhhh...jadi pelakor harus tegar berjiwa keras sekeras karang, nggak perlu dipikirin perasaan wanita lain toh dia juga akan terbiasa...
2021-11-06
0