"Vania, lihat aku. Kenapa kamu seperti ragu mengatakan semuanya. Sebenarnya apa yang sedang kamu sembunyikan?" ucap Leon dengan nada penuh penekanan.
Vania masih membisu. Perasaannya galau, antara jujur atau kembali berbohong. "Apa yang harus aku katakan sama Leon sekarang? Jujur, aku ingin berkata yang sebenarnya tapi aku juga tidak ingin menjadi penghancur rumah tangga Leon dengan Ziva. Maaf Leon, aku rasa ini yang terbaik," gumam Vania.
Leon menaikkan dagu Vania. Menatap lekat kedua matanya bergantian. "Vania..," lirihnya.
Vania menarik panjang nafasnya dan membalas tatapan Leon. "Saat itu aku merasa kasta kita jauh. Aku yang terlahir dari keluarga tidak mampu, merasa tidak pantas bersanding dengan kamu, Leon. Belum lagi hubungan kita yang tidak di restui oleh Mama kamu, membuat keyakinanku bertambah kuat. Lagi pula, Bapak dan Ibuku juga setuju dengan keputusanku. Makanya aku meminta bantuan Morgan, agar bisa membuat kamu percaya. Maafin aku Leon," jelas Vania dengan mata yang berkaca-kaca, namun Ia masih berusaha untuk menahan supaya air di kedua pelupuk matanya tidak jatuh.
Lagi dan lagi, Leon merasa kecewa dengan alasan Vania. Sebelumnya Leon menduga jika di balik alasan Vania pergi ada campur tangan Mamanya. Namun dugaannya salah, Vania pergi karena memang Ia merasa minder bersanding dengan Leon.
Kecewa dengan alasan Vania, Leon melepaskan tangan yang semula menyentuh lembut wajah Vania. Tatapannya kembali datar. Dan Leon pun segera menyalakan mesin mobilnya.
Sejak mendengar alasan Vania meninggalkannya, Leon menjadi diam seribu bahasa. Begitu juga dengan Vania. Ia memandangi pemandangan langit malam itu tanpa mengucap sepatah kata pun.
"Kita makan di restoran langgananku aja ya?" ucap Leon pelan. Rasanya Leon sudah tak tahan jika harus lama-lama berdiaman dengan Vania.
"Jangan."
"Kenapa?" tanya Leon heran.
"Aku tidak ingin ada rekan bisnismu atau saudara dari keluarga Mamamu atau keluarga Ziva yang melihat kita," jelas Vania.
"Terus kamu mau makan apa?"
Vania berfikir sejenak. Ia melihat sekeliling jalan, hingga akhirnya matanya tertuju pada abang tukang nasi goreng di seberang jalan.
"Stop Leon, gimana kalau kita makan di sana?" ujar Vania sambil menunjuk gerobak berwarna hijau di kanan jalan.
"Nasi goreng? Kamu mau makan nasi goreng? Bukannya tadi kamu bilang kalau takut gendut? Yakin malam-malam gini mau makan karbohidrat?"
"Ehmm, iya sih. Tapi kata kamu tadi, segendut apa pun aku, akan tetap cantik?"
Leon tersenyum lebar. Meski kecewa mendengar dengan penjelasan yang di berikan Vania tadi, namun melihat wajah Vania sekarang dan kebersamaan mereka, Leon pun melupakan sejenak rasa kecewanya.
"Iya bener, segendut apa pun kamu, rasa cintaku gak akan pernah berubah."
Deg...
Vania merasa ingin terbang. Pujian yang terus -menerus Leon lontarkan, membuat hatinya bersemi seperti kelopak yang berubah menjadi bunga.
"Ayo Van, kita turun ya," ajak Leon.
"Iya Leon."
Setelah memesan makanan dan minuman untuk mereka, Leon kembali menemui Vania yang sudah duduk di atas tikar yang sudah di sediakan.
"Van, kata abangnya antri. Kamu gak papa kan?"
"Iya Leon, gak papa kok."
Sambil menunggu pesanan mereka datang, keduanya saling bercanda tawa bersama. Leon sengaja tidak ingin membahas masa lalu mereka dan merusak suasana romantis antara dirinya dan Vania saat ini.
"Vania..," panggil Leon.
"Iya Leon, kenapa?"
"Jangan sedih lagi ya. Jangan pernah merasa sendiri. Jika kamu ingin menangis, bersandarlah di bahuku. Aku tahu, meski sedari tadi kamu berusaha tegar atas kehilangan Bapak, tapi aku bisa melihat dari mata kamu jika hatimu ingin menangis," ucap Leon.
Tanpa butuh waktu lama, Vania menjatuhkan kepalanya di atas bahu Leon. Menangis, hanya itu yang bisa Vania lakukan sekarang. Leon pun membiarkan Vania menumpahkan semua kesedihannya
"Apa kamu akan selalu ada untukku Leon?" tanya Vania pelan.
"Always Vania. Whenever you need me, I will always be there for you. Because you are the only person who means the most to me ( Selalu Vania. kapanpun kau membutuhkanku, aku akan selalu ada untuk kamu. Karena hanya kamu orang yang paling berarti untukku)."
Vania melingkarkan tangannya di lengan Leon. Vania sadar dengan perasaannya yang salah, namun untuk malam ini Vania ingin menghabiskan waktunya bersama Leon. Lupakan soal status Leon dan dosanya saat ini. Yang jelas, Vania ingin menghabiskan waktu berduanya bersama Leon.
"Tuhan, ampuni aku jika aku sudah bermesraan dengan suami orang. Tapi ijinkan aku untuk menjadi pelakor sehari saja. Aku butuh dia, Tuhan. Hanya Leon yang bisa membuat hatiku tenang. Dan hanya dengan bersamanya, aku merasa tidak sendiri lagi," ucap Vania dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Siti Fatimah Fatimah
ada ya pelakor sehari🤭🤭🤭🤭
2022-02-10
0
Ciska RA
yg jdi penghalang atau pelakor kan si ziva yg kecentilan ke leon, sok sok an krna bnyak uang hrus dgn cara licik dpetin leon.😏 cwek kyak ziva gk pntas bahagia thour yg pnts itu vania.
2022-02-02
0
Fifi Hafizzah
aq senang jalan critanya jak bertele2...👍
2022-01-30
0