Baru saja Leon duduk di kursi singgasananya, Pras sudah menatap sinis ke arahnya.
"Kamu kenapa melihatku dengan pandangan seperti itu?" cetus Leon.
"Jangan bilang ada hal besar yang sedang kamu sembunyikan dari aku?"
Leon menghela napasnya berat. Ia berdiri mendekat ke arah jendela, menatap pemandangan langit yang cerah.
"Ya..., benar kata kamu Pras. Semalam ada hal yang terjadi antara aku dan Vania."
"WHAT??" Pras ikut berdiri, ia menyebelahi Leon sambil menatapnya penuh tanya.
"Apa kalian berdua?"
"Ya...," Leon menjawab sambil memejamkan matanya. Ia pun menceritakan kejadian semalam pada Pras, begitu juga dengan kegundahan hatinya.
Pras menggelengkan kepalanya. Kalau saja Leon bukan bosnya, mungkin dia sudah memukul wajah Leon.
"KAMU GILA LEON!! Tapi tunggu, bukankah kamu pernah cerita jika Vania sudah mengkhianati kamu? Bahkan dia meninggalkanmu karena dia sedang mengandung anak dari laki-laki lain?" tanya Pras penuh rasa penasaran.
"Aku tidak sadar Pras. Kamu tahu bukan karakter Tuan Malik? Jika aku tidak ikut minum dengannya, pasti dia akan kecewa denganku. Dan soal Vania, aku juga bingung Pras. Pikiranku buntu."
Wajah Leon nampak kusut. Terlihat jelas dari sikapnya, jika Leon memang sedang bimbang dan resah. Melihat bos sekaligus teman baiknya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, Pras mendekat sambil menepuk-nepuk pundak Leon.
"Sebenarnya dari awal aku agak ragu dengan cerita kamu. Karena dari awal aku melihat Vania, dia tidak terlihat layaknya gadis matre dan gila harta seperti apa kata kamu. Terus, bagaimana dengan Ziva? Apa kamu akan mengatakan soal kejadian tadi malam kepadanya?" tanya Pras.
"Aku bingung Pras, sangat bingung," jawab Leon dengan suara beratnya.
"Selama ini, Ziva sudah menjadi istri yang baik, tapi aku malah mengecewakannya dan melakukan hal terlarang dengan mantan kekasihku sendiri. Di tambah lagi, pertanyaan soal Vania dan Morgan, semakin membuatku seperti orang gila!" imbuhnya.
"Tenang saja Leon, akan aku cari tahu semuanya. Aku akan segera menjalankan tugas dari kamu!"
"Terima kasih Pras. Kamu memang bisa di andalkan."
"Sama-sama. Saranku, kamu temui Vania dan bicara dengannya dari hati ke hati. Tanyakan sama dia, maksud dari ucapannya dulu."
"Pasti Pras. Nanti aku akan telpon dia. Tadi aku sudah meminta nomornya dari Bu Leni," jelas Leon.
"Hmm.., kita selesaikan masalah kamu dengan Vania dulu. Soal Ziva, kita pikirkan nanti."
"Oke Pras, sekali lagi terima kasih."
"Sama-sama Leon. Aku pamit pergi dulu ya."
"Hmm."
Sesaat setelah kepergian Pras, Leon segera mengambil ponsel dari saku jasnya. Ia pun segera menekan nomor Vania.
Kring...Kring...
Vania yang baru selesai menyuapi Pak Indro, segera berlari ke kamar saat mendengar ada panggilan masuk.
"Ini nomor siapa ya?" batin Vania bingung.
Meskipun ragu, Vania memutuskan untuk menerima panggilan tersebut.
"Halo," lirih Vania.
"Halo Vania, ini saya Leon."
"Leon?"
Dengan cepat Vania mematikan panggilan tersebut. Kejadian semalam benar-benar meninggalkan trauma dalam hatinya.
"Darimana Leon tahu nomorku? Apa dari bagian HRD? Atau dari Bu Leni?" batin Vania resah.
Ponsel Vania terus berdering. Ia tidak berani mengangkat, saat nomor yang sama masih terus berusaha menelponnya.
Tak lama kemudian, suara ponsel Vania sudah berhenti. Namun, ada pesan masuk ke dalam ponselnya.
[0813********] : "Vania.., kita perlu bicara. Ada hal yang ingin aku tanyakan sama kamu."
[Vania] : "Soal apa? Kejadian tadi malam? Lupakan saja Pak Leon, anggap tidak pernah terjadi apapun diantara kita."
[0813********] : "Tidak bisa!! Kamu harus menjelaskan semuanya sama aku. Tentang Morgan dan tentang alasan kamu memutuskan aku dulu. Kamu bohong kan Vania? Buat apa? Kenapa kamu mengarang jika kamu sedang hamil anak Morgan?"
[Vania] : "Saya tidak mengarang itu Pak. Saat itu, saya memang sedang hamil anak Morgan. Lagian buat apa bapak membahas ini, bukankah tempo hari bapak sendiri yang bilang sama saya, jika kita sudah tidak saling kenal. Dan sekarang saya minta, jangan ganggu saya lagi!!"
Kring...Kring...
Leon kembali mencoba menghubungi nomor Vania, namun hasilnya tetap sama. Vania enggan mengangkat telponnya.
"Vania.., ayo angkat Vania. Kamu semakin membuatku penasaran. Ada apa sebenarnya? Kamu masih bersikukuh punya anak. Kamu pikir aku laki-laki bodoh!"
Ting...
Leon kembali menulis pesan kepada Vania.
[0813*******] : "Kamu kalau mau bohong pinter dikit! Kamu bilang punya kamu punya anak? Terus darah apa yang ada di ranjangku? Darah apa?"
Deg...
Vania membaca pesan Leon sambil menelan salivanya berat. Harus dengan cara apa lagi ia meyakinkan Leon untuk tidak terus mendesaknya.
[Vania] : "Itu darah datang bulan. Jadi jangan salah paham!"
Leon membanting keras dinding tembok dengan tangannya. Harapannya musnah sudah. Padahal ia pikir, Vania memang benar-benar masih perawan, bahkan dia sudah menyalahkan dirinya sendiri tentang semua sikap yang ia tujukan pada Vania.
"Arghh..., aku kira kamu sudah bohong sama aku. Tapi ternyata aku salah. Kamu memang wanita murahan," seru Leon.
Di kamarnya, Vania kembali menangis. Rasanya takdir begitu kejam padanya. Di pisahkan dari kekasih yang sangat ia cintai, kehilangan ibunya, Kondisi bapaknya yang kini hanya bisa terbaring di atas ranjang, dan terakhir ia harus kehilangan kehormatannya. Lengkap sudah penderitaannya sekarang.
Leon segera mengambil ponselnya dan hendak menghubungi Pras. Leon pikir buat apa cari tahu tentang Vania dan Morgan. Sayangnya, Pras terlebih dulu menghubungi Leon.
Kring...Kring...
"Halo Pras.., panjang umur kamu. Baru saja aku mau menghubungi kamu. Aku ingin meminta kamu untuk...," belum selesai Leon berbicara, Pras sudah terlebih dulu menyelanya.
"Leon..., ada info soal Morgan."
"Info apa?"
"Morgan Diaksa, baru menikah tahun kemarin. Dan sebelumnya dia belum pernah menikah apalagi punya anak," jelas Pras.
"APA? kamu yakin Pras?"
"Sangat yakin. Bahkan Morgan tidak pernah menjalin hubungan dengan Vania. Mereka hanya bersahabat, sampai akhirnya Morgan dan istrinya memutuskan untuk tinggal di Bali."
"Berapa tingkat keakuratan informasi yabg kamu berikan kepadaku sekarang," ucap Leon ragu.
"100 persen!!" jawab Pras lantang. "Aku bisa seyakin ini, karena tanpa aku tahu ternyata teman SMA ku dulu adalah sepupunya Morgan."
"Jadi..?"
"Iya Leon.., fix Vania sudah berbohong soal semuanya! Soal anak, soal kehamilannya dengan Morgan dan soal pernikahannya dengan Morgan."
"Thanks untuk informasinya Pras."
"Sama-sama Pak bos," kata Pras di akhir telponnya dengan Leon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Siti Fatimah Fatimah
kok Leon bego y
2022-02-10
0
Mama amiinn Asis
apa salahnya minta nmr marga leon spy tau semua tentang vania
2021-12-10
1
Mamih K3R
Wah Leon tahu kebenaran ceritanya
Gimana ini?
2021-11-17
0