Setelah mengambil pengumuman, Vania bergegas kembali ke rumah sakit. Di depan gerbang sekolah, tiba-tiba Morgan menepuk pundaknya dari arah belakang.
"Van.., loe mau balik ke rumah sakit?" tanya Morgan.
"Iya."
"Gue anter ya?"
"Gak usah Gan. Gue bisa naik angkot."
"Serius? Apa gak mending..."
"Gue bilang enggak ya enggak Gan. Jangan suka maksain kehendak gue," bentak Vania yang mulai kesal dengan tingkah Morgan.
"Oke..,oke.., gue cabut. See you ya Van. Gue sih masih berharap suatu saat loe mau nerima cinta gue," ucap Morgan namun Vania langsung memalingkan wajahnya dan tak menanggapi lagi semua perkataan Morgan.
Sesaat setelah kepergian Morgan, Vania terlihat menerima telpon dan terdengar suara teriakan histeris keluar dari mulutnya.
"Ibu...," seru Vania.
Morgan yang masih berdiri tidak jauh dari Vania kembali menoleh dan melihat Vania sudah terduduk lemas di pinggir jalan.
Morgan kembali menghampiri Vania dan membantunya bangkit berdiri. "Loe kenapa Van?" tanyanya.
"Ibu gue meninggal Gan," jawab Vania dalam tangisnya.
Deg...
Morgan merasa prihatin dengan keadaan Vania. Ia membawa Vania ke dalam pelukannya.
"Loe yang sabar ya," lirihnya.
"Kenapa di hari bahagia gue, gue malah kehilangan dua orang yang gue sayang Gan. Kenapa hidup gue sepahit ini? Kenapa Gan?" teriak Vania.
"Kalau loe mau nangis, nangis aja di dada gue. Karena gue akan selalu ada di samping loe," ucap Morgan.
"Gan.. ,bisa anterin gue ke rumah sakit. Gue mau lihat ibu buat yang terakhir kali."
"Iya. Kita masuk mobil gue ya."
"Thanks Gan."
"Sama-sama Van."
Selama di dalam mobil Morgan melihat Vania tak berhenti menangis. Tadinya Morgan merasa bahagia karena berhasil membuat Vania putus dari Leon, saingan terberatnya. Namun melihat kesedihan Vania, Morgan menjadi merasa bersalah karena dia juga salah satu orang yang menghancurkan perasaan Vania.
"Gue bakal kasih tahu Leon soal semuanya Van. Gue gak tega lihat keadaan loe sekarang. Gue yakin cuma Leon yang bisa buat loe tersenyum lagi," batin Morgan.
Keesokan harinya setelah pemakaman ibu Vania, Morgan pergi ke rumah Leon dan berniat memberi tahu tentang semua. Naas, sesampainya di rumah Leon, pembantu Leon memberitahu jika Leon sudah berangkat ke London dan melanjutkan kuliah di sana.
"Maafin gue Van. Gue gak jadi bawa Leon buat balik sama loe. Semuanya udah terlambat," batin Morgan penuh rasa kecewa.
7 tahun kemudian...
Semenjak kematian Bu Lina, Pak Indro mengalami stroke. Hingga akhirnya Vania dan Pak Indro memutuskan menjual rumah mereka dan mengontrak di rumah berukuran kecil di pinggiran kota dan sisa uangnya di gunakan untuk biaya rawat jalan Pak Indro.
Leon pun menuruti keinginan mamanya untuk berkuliah di London bersama Ziva. Dan karena merasa hanya Ziva yang selalu ada di sisinya, Leon pun tidak menolak perjodohan antara dirinya dan Ziva. Dan setelah lulus kuliah, Leon dan Ziva memutuskan untuk menikah.
Leon pun meneruskan semua perusahaan papanya yang selama ini di pimpin oleh omnya. Hingga ia menjadi salah satu pengusaha muda terkaya saat ini.
Berbeda dengan Leon, Vania masih betah sendiri. Setelah hubungannya dengan Leon kandas, Vania masih enggan menjalin hubungan dengan siapa pun. Ia masih takut untuk mencintai seseorang. Berulang kali Morgan melamarnya, namun Vania selalu menolak hingga pada akhirnya Morgan sudah menambatkan hatinya pada seorang wanita dan menikahinya.
Pagi ini, seperti biasa Vania berangkat bekerja. Karena hanya lulusan SMA, Vania hanya menjadi seorang office girl di sebuah perusahaan terbesar di kota tersebut.
"Vania...,Vania..," panggil Memey, teman sekaligus sahabat Vania di tempat dia bekerja.
"Ada apa mbak Mey."
"Kamu tahu gak, posisi Pak Edi di ganti. Denger-denger sih saham di perusahaan ini di beli sama pengusaha muda dari luar. Dan yang aku denger dia ganteng banget. Siapa tahu kan pak bos yang baru naksir sama kamu."
"Dih.., mbak Mey ini apaan sih. Ini dunia nyata mbak, bukan dunia halu. Mana mau bos besar suka sama office girl macam saya."
"Aish.., ya siapa tahu kan. Mimpi kan gak di larang. Gak ada pasalnya juga."
"Ya gak ada sih mbak. Tapi saya gak mau mikir cinta dulu mbak. Saya masih mau fokus mencari uang buat biaya berobat bapak saya," jelas Vania.
"Issh..,isshh...,issh..., mau sampai kapan kamu sendiri. Berbakti sama orang tua sih bagus, tapi juga harus mikir diri sendiri dong."
"Udah ya mbak, saya gak mau bahas soal cinta-cintaan. Mending kita buruan absen terus bersih-bersih," ajak Vania. Dirinya sudah mulai bosan mendengar celotehan Memey, emak-emak beranak satu yang sebenarnya umurnya masih jauh lebih muda dari Vania.
"Eitss, tunggu," Memey menarik tangan Vania dan menghentikan langkahnya.
"Apa lagi sih mbak?"
"Kamu belum buka grup office boy dan office girl. Semua karyawan di minta berkumpul di lobby, karena Bos yang baru mau datang dan memperkenalkan dirinya."
"Oh gitu ya mbak. Yaudah habis ini kita ke lobby. Tapi kita kan harus absen dulu."
"Oh iya. Yaudah absen dulu terus cus deh ke lobby. Penasaran sama wajah bos ganteng kita."
"Irghh..., mbak Mey. Inget suami sama anak di rumah mbak," goda Vania.
"Bercanda kali Van," jawab Memey.
Selesai absen, Vania dan Memey bergegas menuju lobby dimana semua karyawan sudah berkumpul dan bersiap menyambut kedatangan pimpinan baru perusahaan mereka.
"Duh.., kok aku jadi deg-degan ya Van. Gak sabar pengen tahu seperti apa bos kita yang baru," ucap Memey.
"Arghh.., mbak Mey. Lihat suami sendiri gak deg-degan. Lihat laki lain malah deg-degan. Ada-ada aja."
Tak lama kemudian, sebuah mobil mewah terlihat berhenti di depan pintu lobby perusahaan. Ada seorang lelaki tampan dengan menggandeng perempuan yang bergaya elegan berjalan seiringan dengannya.
"Van..,Vania.., lihat itu kayaknya deh pak bos yang baru. Yeah.., ternyata udah punya istri Van," cetus Memey.
"Mana mbak?"
Jederr...
Kedua mata Vania membulat saat tahu kenyataan jika Leon lah bos baru di perusahaan tempatnya bekerja sekarang. Dan hatinya semakin sakit saat melihat seorang wanita di sampingnya.
"Leon dan Ziva.., jadi dia bos baru di sini. Dan ternyata mereka sungguh sudah menikah. Ya Tuhan.., kenapa dunia ini begitu sempit," lirih Vania.
Sebelum Leon melihat keberadaannya, Vania bergegas pergi karena pemandangan yang ia lihat barusan membuat hatinya hancur.
"Permisi..,permisi..," ujar Vania sambil meminta jalan untuk pergi dari tempat itu.
"Loh Van.., Vania.., kamu mau kemana?" trriak Memey
Leon yang sibuk menyalami manager perusahaan barunya, samar-samar mendengar teriakan Memey.
"Vania..,aku seperti mendengar ada yang memanggil nama Vania," batin Leon sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yabg di padati oleg para karyawan.
"Sayang.., kamu cari apa?" ucap Ziva.
"Oh enggak, bukan apa-apa," jawab Leon sembari melanjutkan kembali berjabat tangan dengan para kepala bagian perusahaan.
Di dalam toilet, Vania menangis sejadi-jadinya.
"Leon.., di sini aku masih berharap kamu bisa kembali tapi nyatanya aku salah. Kamu sungguh sudah membenciku dan kenyataannya kamu malah sudah menikah dengan Ziva, orang yang sudah membuat kamu membenciku," batin Vania dalam tangisnya.
Selepas puas meluapkan kesedihannya, Vania segera mencuci wajahnya dan hendak kembali menjalankan pekerjaannya.
Namun sial, saat dia keluar dari toilet tanpa sengaja ia menabrak seseorang.
Brukk...
"Maaf..,maaf..," ucap Vania.
"Kamu??"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Sugiyanto Samsung
ziva pastinya
2022-01-01
0
Ning Wahyu
dunia halu itu yg kayak jd nyata krna halu itu bayangan dan hiburan gratis dan tanpa resiko apapun
2021-11-22
0
Ning Wahyu
klu g jodoh walaupun cinta mati ya g bisa nikah tp cinta sejati itu g hrs bersatu tapi menginginkan pasangannya sll hdp bahagia dan nyaman walaupun tdk bisa bersama krna jodoh sdh ada catatan dan yg ngatur manusia cm bs berdoa dan beriktiar saja
2021-11-22
0