Selesai makan, Leon mengantar Vania pulang ke rumahnya. Sesampainya di depan rumah Vania, Leon turun lalu dari mobil lalu membukakan pintu untuk Vania.
"Thanks Leon," ucap Vania.
"Sama-sama."
"Yaudah buruan kamu pulang. Aku tahu kamu pasti lelah, karena sehabis pulang kerja langsung datang kemari."
"Enggak kok. Lelahku sudah terbayar dengan waktu kita berdua," ucap Leon dengan kedua matanya yang menatap bahagia mata Vania.
Glek...
Vania segera memalingkan wajahnya. Semakin lama kebersamaan mereka, semakin Vania merasa bersalah pada Ziva.
"Sekarang kamu masuk gih. Tidur yang nyenyak ya, dan ingat pesanku tadi. Jangan sedih lagi," cetus Leon sambil mengacak lembut rambut Vania.
"Iya, kamu juga ya. Aku masuk ya Leon, kamu hati-hati di jalan."
"Iya," jawab Leon dengan senyum tampannya.
Baru saja Vania melangkah, Leon kembali bersuara.
"Vania.., tunggu!" seru Leon
"Ada apa Leon?"
Leon berjalan mendekati Vania. Berdiri di depannya sambil memandangi wajah Vania secara intens.
"Loh kamu kok malah menghampiriku lagi? Apa ada barangmu yang tertinggal di dalam rumah?" tanya Vania heran.
Cup...
Leon mendaratkan bibirnya tepat di kening Vania, membuat kedua bola mata Vania melotot dan detak jantungnya berpacu dengan cepat.
"Good night Vania, have a nice dream," ucap Leon.
"Good night Leon," jawab Vania dengan suara terbata.
Leon sudah menyalakan mesin mobilnya. Sebelum pergi, Ia membuka jendela mobilnya dan melambaikan tangannya ke arah Vania.
"See you Van," ucap Leon yang kemudian di balas senyuman oleh Vania.
Semakin lama mobil Leon semakin hilang dari pandangannya. Vania kembali sendirian, dan malam ini adalah malam pertama dirinya tidur sendirian di dalam rumah.
"Bapak, Vania kangen sama Bapak. Tenang di surga ya Pak, Bu. Cepat atau lambat, kita pasti akan berkumpul kembali," batin Vania sembari melangkah masuk ke dalam rumah.
Sesaat setelah Vania membuka kunci pintu dan melangkah masuk, ada pesan masuk ke ponsel Vania.
Ting ..
Vania menggerutu kesal, saat tahu jika Leon yang baru saja mengirim pesan untuk dirinya. "Leon, dia chat apa lagi sih. Kebiasaan kamu dari dulu gak pernah berubah, selalu saja bermain handphone di jalan."
[Leon] : "Thanks for our time tonight. I seem to have found my missing rib. Don't go again Vania, because I can't afford to lose you (Terima kasih untuk waktu kita malam ini. Aku seolah menemukan kembali tulang rusukku yang hilang. Jangan pergi lagi ya Vania, karena aku tidak sanggup kehilangan kamu)."
Vania langsung tersenyum saat membaca yang Leon kirim untuknya. Jatuh cinta, mungkin itu yang Vania rasakan sekarang. Tanpa membalas, Vania segera memasukan ponselnya ke dalam tas lalu mengunci pintu rumahnya.
Vania menjatuhkan tubuhnya di atas kasur busa di dalam kamarnya. Wajah Leon selalu terngiang dan melintas di dalam pikirannya.
"Bukan hanya kamu yang menemukan tulang rusukmu, aku pun juga Leon. Tapi sayang, aku sudah memutuskan untuk pergi menjauh dari kamu. Dan malam ini, adalah malam terakhir pertemuan kita. Meskipun aku dan kamu saling cinta, tapi kita tidak akan mungkin bisa bersama lagi. Aku juga seorang perempuan, dan tidak ada satu perempuan pun yang mau di selingkuhi. Jika aku masih bekerja di perusahaan kamu, jelas lambat laun aku pasti berharap lebih dengan hubungan kita," ucap Vania dalam hati.
Vania menutup kedua matanya. Badannya yang lelah, hatinya gundah dan pikirannya yang kalut, membuat Vania langsung tertidur pulas di atas kasurnya.
****
Keesokan harinya, Vania mulai mengerjapkan matanya setelah mendengar suara ketukan pintu
Tok..Tok..Tok..
"Memang ini jam berapa sih? Dan siapa yang bertamu di jam sepagi ini," batin Vania sambil mengucek kedua matanya.
"Iya tunggu sebentar," seru Vania.
Ceklek...
"Selamat pagi Vania," ucap Leon dengan lengkungan di bibirnya.
"Leon, ngapain kamu ke sini? Bukannya kamu harus berangkat kerja? Kok malah ke sini?" tanya Vania bingung.
"Dih jangan jutek-jutek, lihat sekarang jam berapa," kata Leon sambil menunjukkan jam yang melingkar di tangannya kepada Vania.
"HAH? Jam 6 pagi?"
"Iya, kamu udah lihat sendiri kan? Mendingan sekarang kamu cuci muka dan gosok gigi. Habis itu, kamu temani aku cari sarapan ya," ucap Leon.
"WHAT? Enggak Leon. Aku gak mau!!" tolak Vania keras.
"Tapi kenapa Vania?"
"Karena apa yang pernah terjadi antara aku dan kamu sudah berakhir. Berhenti memberi perhatian lebih untukku Leon. Dan besok aku akan ke perusahaan untuk menyerahkan surat pengunduran diriku," tutur Vania.
"TIDAK VANIA!! Aku tidak akan acc surat pengunduran diri kamu, kecuali.."
"Kecuali apa Leon?" ucap Vania dengan sebelah alis naik ke atas.
Leon menggenggam kedua tangan Vania, mengecupnya lembut sambil memberikan tatapan yang membuat perempuan mana pun meleleh.
"Kecuali kamu mau menikah denganku," ujar Leon tanpa rasa dosa. Seketika air mata Vania jatuh. Bukan karena air mata kebahagiaan, melainkan karena air mata kekecewaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Mamih K3R
Hhmmm
2021-11-17
0
Siska Feranika
Pelakor selalu didepan... nggak ada salahnya jadi pelakor sah sah aja,aku dukung Vania jadi pelakor...
2021-11-06
0
dhapz H
kasian vania kok leon maksa banget
2021-11-03
0