Leon menatap sinis ke arah Vania yang masih terduduk di atas lantai. Kedua matanya langsung tertuju pada seragam yang digunakan Vania. "Vania.., ini sungguh kamu? Arghhh..., kenapa aku harus bertemu dia lagi sih,"gerutu Leon.
Dengan segera Vania berdiri sambil membungkukkan setengah badannya.
"Maafin aku Leon, aku gak sengaja," cetus Vania.
Leon kembali menatap datar dan dingin ke depan sambil berjalan melewati Vania tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Namun baru beberapa langkah, Leon berhenti. "Kalau kamu masih sayang dengan pekerjaan kamu, jangan panggil saya dengan nama. Kita sudah tak saling mengenal, dan ingat posisi kamu di sini," ucap Leon yang kemudian melangkah meninggalkan Vania.
Satu per satu air mata Vania jatuh. Ia menoleh ke belakang dan melihat punggung Leon dengan tatapan yang sendu.
"Ternyata aku memang sudah tidak ada lagi di hati kamu ya Leon. Dan aku masih bisa merasakan kebencian dari mata dan cara bicara kamu," gumam Vania penuh rasa kecewa.
Setibanya di ruang kerja, Leon langsung duduk sambil menangkup wajahnya. Ia masih tak menyangka setelah 7 tahun dirinya mencoba melupakan Vania, kini mereka kembali di pertemukan.
"Argh..., kenapa kamu harus muncul lagi ke kehidupanku Vania!!" serunya.
Tak lama kemudian, Ziva yang baru saja tiba ke ruangan Leon melihat suaminya sedang termenubg seakan memikirkan sesuatu. Ziva pun segera menghampiri Leon, berdiri sambil merangkul pundak suaminya.
"Sayang..., kamu kenapa? Apa ada masalah? Ingin berbagi cerita denganku? Tak biasanya kamu diam dan melamun seperti ini." ucap Ziva.
Leon agak kaget dengan kedatangan istrinya yang tiba-tiba.
"Tidak sayang, mungkin aku hanya merasa lelah saja. Kemarin kita kan baru sampai dan sekarang aku sudah masuk kerja," jawab Leon yang berusaha menyembunyikan pertemuan tak terduganya dengan Vania.
"Coba aku lihat wajah kamu," jawab Ziva sambil mengamati wajah suaminya. " Oh iya sayang.., mata kamu terlihat lelah. Atau kamu mau pulang saja bersamaku? Biar perusahaan di handle oleh Pras," ucapnya kembali.
"Enggak perlu Ziva. Aku harus mengecek semua file perusahaan dulu. Lagipula baru saja masuk, masak mau aku tinggal. Lebih baik kamu pulang saja, pasti mama sedang menunggu kamu di rumah. Nanti Pak Gun yang akan mengantar kamu."
"Heem sayang," jawab Ziva sembari melingkarkan tangannya ke leher Leon. "Jangan pulang malam-malam ya suamiku, aku tidak mau kamu sakit dan di satu sisi aku ingin berduaan bersama kamu malam nanti. Apa rasa cintamu pada pekerjaan melebihi rasa cinta kamu sama aku?" ucap Ziva dengan nada manja.
Leon tersenyum, karena gemas dengan tingkah istrinya ia pun bisa melupakan sejenak masalah pertemuannya dengan Vania. "Iya sayang.., nanti aku akan pulang tepat waktu. Nanti malam kita dinner di luar ya?"
Wajah Ziva berbinar bahagia, ia pun langsung memberikan pelukan hangat pada suaminya tersebut.
"Beneran ya sayang, kamu jangan ingkar janji lagi loh!"
"Iya Ziv," jawab Leon seraya membalas pelukan hangat Ziva.
"Harusnya aku tidak memikirkan Vania lagi, karena Ziva selalu tulus dan setia mencintaiku. Tapi kenapa susah sekali buat aku melupakan dia. Apa sebaiknya aku berkata jujur pada Ziva, tapi aku tidak mau membuatnya kepikiran dan salah paham. Lebih baik aku rahasiakan saja soal Vania darinya," umpat Leon.
Sebelum Ziva pergi, ia mendaratkan kecupan hangat ke bibir Leon dan malam membuat bibir keduanya bertaut beberapa detik lamanya. Namun Leon segera melepasnya.
Entah karena takut jika ada karyawan lain melihat aksi mereka atau malu jika Vania melihatnya. Leon lalu menggantinya dengan kecupan lembut di kening Ziva.
"Aku antar kamu sampai depan ya," ujar Leon.
"Iya sayang."
Keduanya berjalan nampak mesra membuat para karyawan di sana memandang iri pasangan pimpinan baru mereka.
Vania yang sedang mengepel lobby, segera membalikkan badan saat tahu Leon dan Ziva sedang berjalan ke arahnya.
Lagi lagi hatinya terasa sakit melihat pemandangan Leon dan Ziva.
"Ayo Vania move on. Kamu lihat kan, Leon sudah bahagia bersama Ziva. Dia sudah lupa sama kamu. Bukannya memang ini yang kamu. Membuat Leon membenci kamu. Jadi kamu juga harus lupain dia," batin Vania yang sedang menghibur dirinya sendiri.
Setelah melihat mobil yang mambawa istrinya pergi, Leon pun hendak kembali ke dalam ruang kerjanya. Namun tak berapa lama ada seorang laki-laki muda dan tampan menghampiri dirinya.
"Pagi Pak Leon, maaf saya datang terlambat," ucap Pras, asisten kepercayaan Leon.
"Gak papa Pras, saya paham kamu pasti juga kelelahan. Habis ini tolong kamu bantu saya cek bagian keuangan kantor ya Pras. Dan bawa seluruh dokumen ke ruang kerja saya."
"Baik pak."
Ketika keduanya berjalan menuju lift, tanpa sengaja Leon kembali berpapasan dengan Vania, namun kali ini sikapnya jauh lebih dingin dari sebelumnya. Tidak melirik, tidak menatap bahkan mereka seperti seseorang yang tak saling kenal sebelumnya.
Pras yang juga berjalan seiringan dengan Leon sempat melirik ke arah Vania. Paras Vania yang cantik, putih dan bersih bak model terkenal, sempat membuat Pras meliriknya sekilas. Pras melempar senyum ke arah Vania namun Vania enggan membalasnya dan memilih segera mengangkat ember dan alat pel lalu pergi dari sana juga.
"Pak Leon, anda lihat tidak office girl tadi. Cantik ya?" celetuk Pras yang awalnya berniat menggoda Leon.
"Buat apa cantik kalau murahan dan gampangan. Sudah saya tidak suka saat jam kerja kamu membicarakan tentang wanita. Cepat laksanakan tugas yang saya berikan. Karena saya ingin pulang tepat waktu malam ini,"titah Leon.
"Baik pak. Maafkan saya," ucap Pras dengan mimik wajah yang mulai menegang.
"Heem."
Mendengar ucapan Leon, Pras merasa jika ada yang di sembunyikan bosnya tersebut. Namun Pras memilih diam dan enggan bertanya, karena ia yakin suatu saat Leon pasti akan bercerita padanya. Ya Pras yang tak lain mantan teman kuliah Leon, tahu semua tentang masalah Leon karena selama ini Leon selalu menceritakan uneg-unegnya pada Pras.
Tak ada lagi pembicaraan antara asisten dan bos ini. Sebelum pintu lift tertutup, Leon masih memandangi Vania yang sedang berjalan dengan membawa ember berisi air kotor serta alat pel di tangannya.
"Kenapa kamu harus bekerja menjadi cleaning service? Bukankah kamu seharusnya sudah hidup enak bersama Morgan? Atau memang Morgan telah mencampakkan kamu? Sudahlah.., buat apa aku memikirkan dia lagi. Jelas-jelas aku sudah memiliki Ziva yang jauh lebih baik dari dia. Ziva itu istri sangat baik, setia, berbakti pada suami dan keluarga serta yang paling penting dia tidak murahan dan mengobral tubuhnya seperti kamu, Vania," batin Leon dengan kedua tangan mengepal keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Nayla Nur Zafiroh
bak model bilang aja kurus
2022-01-06
0
Sugiyanto Samsung
kamu salah leon
2022-01-01
1
💞my heart💞
aaaah sedih 😭😭😭
2021-12-07
2