Pagi-pagi sekali Budi sudah siap untuk ke kantor. Walaupun sekarang ia menjadi GM namun pakaiannya masih seperti waktu menjadi manager.
“Ma, sarapannya dibekal aja. Pagi ini Pak Rahadian akan ke kantor," sahut Budi sambil
memakai kaos kaki.
Bu Tiara yang sedang sibuk di dapur langsung menghampiri anaknya.
“Jadi dibekal aja sarapannya?” tanya Bu Tiara sekali lagi.
“Iya," jawab Budi sambil meminum teh manis.
Dengan sigap Bu Tiara memasukkan makanan ke dalam kotak bekal. Sambil memasukkan makanan Bu Tiara bertanya,
“Tadi kamu bilang Pak Rahadian mau ke kantor, ada apa? "
Ayah datang sambil membawa koran, duduk di hadapan Budi,
“Berangkat pagi, Bud?”
“Iya Ayah," jawab Budi sambil meneguk teh.
“Ada rapat?”
“Tidak, hanya ada penanda tanganan kontrak kerja. "
“Kontrak kerja apa?” tanya Ayah sambil mengerut kening.
“Budi menjadi General Manager di Rangga’s Hotel & Resto," jawab Budi.
“Ceritanya nanti lagi, sekarang Budi sudah kesiangan. Assalamualaikum, " cepat-cepat Budi pamit kepada ayah dan mamahnya dengan mencium tangan kedua orang tuanya dan mengambil bekal yang sudah disiapkan mamanya .Lalu keluar menuju mobilnya.
“Waalaikumsalam," jawab Pak Aep dan Bu Tiara.
Pukul 6.50 mobil yang dikendarai Budi sampai di Rangga’ s Hotel & Resto. Seperti biasa ia memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus karyawan.
“Selamat pagi, Pak Budi," sapa Pak Amri security Rangga’s Hotel & Resto.
“Pagi, Pak Amri."
“Tumben Pak datang pagi-pagi?” tanya Pak Amri.
“Lagi banyak kerjaan, Pak. Kemarin saya tidak masuk, ikut ke pemakaman Pak Rangga. Sebelumnya saya ke luar kota. Jadi banyak pekerjaan yang saya selesaikan."
“Wah, Pak Budi memang karyawan teladan. Tidak sia-sia alm Pak Rangga memberikan kepercayaan pada Pak Budi. Ternyata Pak Budi benar-benar bisa dihandalkan," puji Pak Amri.
“Pak Amri bisa aja. Saya permisi dulu mau sarapan, tadi perginya terburu-buru jadi belum sarapan," pamit Budi.
“Oh, silahkan Pak Budi. Selamat sarapan."
Budi meninggalkan area parkir menuju ke kantor Rangga’s Hotel % Resto. Kantor masih sepi karena masih terlalu pagi . Biasanya para
karyawan datang sebelum jam 8.00. Hanya terlihat cleaning service yang sedang
membersihkan ruangan.
“Selamat pagi, Pak," salah seorang cleaning service menyapa Budi.
“Pagi," jawab Budi dengan tersenyum.
Ia masuk ke ruangannya. Terlihat ruangannya sudah bersih, sepertinya sudah dibersihkan sebelum ia datang. Pertama yang ia lakukan adalah menyalakan computer for table di meja kerja. Kemudian menyalakan AC . Di atas
meja kerjanya sudah menupuk tinggi berkas-berkas yang harus ia periksa dan
tanda tangani. Setelah meletakkan hp, tas kerja dan tas laptopnya, Budi membuka bekal sarapan paginya. Sambil ia menyantap sarapannya Budi membaca berkas-berkas
yang menumpuk diatas mejanya. Dipelajarinya berkas itu satu persatu. Ada beberapa berkas yang harus ia tanda tangani, ada pula berkas yang ia coret dengan menggunakan pencil. Sampai akhirnya sarapannya habis, setelah minum dan membereskan bekas sarapan Budi kembali bekerja. Kali ini ia mengecek email yang masuk.
Semua harus selesai ia kerjakan sebelum Pak Rahadian datang.
Tok..tok…tok….tok…. suara pintu diketuk.
“Masuk.," sahut Budi.
“Selamat pagi, Pak," sapa Irma
“Pagi… Irma."
“Bapak mau minum apa?”
“Kopi seperti biasa. Sekalian tolong kasihkan kebagian akunting suruh periksa lagi. Dan ini berkas yang sudah saya tanda tangan."
“Pak," panggil Irma.
“HHmmm," jawab Budi tanpa menoleh kearah Irma. Ia sibuk mengetik.
“Pak Budi," panggil Irma sekali lagi.
“Apa?” jawab Budi tetap tak menoleh kearah Irma.
Lama kelamaan Irma menjadi gemas karena tidak digubris.
“Iiiihhhh bapak, masa saya dicuekin," ujar Irma.
“Ya ampun Irma, apa kamu tidak lihat kalau saya sedang kerja. Sana anterin berkas kebagian akunting, terus buatkan saya kopi!” seru Budi.
“Ntar dulu Pak, saya mau nanya."
Budi menoleh k earah Irma, “Kamu mau nanya apa?”
“Memang benar bapak akan menjadi direktur?’ tanya Irma dengan wajah yang polos.
Budi kaget mendengr pertanyaan Irma, “Astaga Irma…….Kamu dapat gosip darimana? Lagipula pagi-pagi kamu udah ngegosip. Sama kerja !
Sebentar lagi Pak Rahadian datang."
“Iiiihhhhh Pak Budi jawab dulu pertanyaan saya," Irma merajuk.
“Bukan saya yang jadi Direktur, tapi Bu Poppy istri alm Pak Rangga," kata Budi.
“Sudah jelas? Sekarang buatkan saya kopi! "
“Oke Sir…," seru Irma sambil pergi dari ruangan Budi.
Budi menggeleng-geleng kepala melihat tingkah laku sekertarisnya.
Tak lama kemudian Irma datang lagi dengan scangkir kopi pesanannya.
“Terima kasih, Irma."
“Sama-sama, Pak Budi."
Irma langsung keluar dari ruangan Budi. Budi melanjutkan pekerjaannya.
Satu kemudian, Tok…Tok…Tok….Tok….
“Masuk!” seru Budi.
Terlihat Irma menongol di depan pintu sambil nyengir memamerkan gigi putihnya,
“Ada apa lagi, Irma?” tanya Budi gemas.
Irma tidak menjawab pertanyaan Budi, ia masih saja nyengir memamerkan giginya.
“Astaga, Irma……Kamu kenapa?” tanya Budi yang benar- benar kesal dengan kelakuan sekretarisnya.
“Pak kalau bapak naik jabatan saya akan tetap jadi sekretaris bapak kan?” tanya Irma.
Dengan tenang Budi menjawab, “Ya tergantung, kalau kamu main-main terus seperti ini saya akan minta ganti sekretaris."
“Ah…..bapak, jangan begitu dong. Masa bapak mau mencampakkan saya begitu saja?” Irma memasang wajah cemberut.
“Kamu akan mendapat atasan baru, siapa tau atasan baru kamu ganteng," jawab Budi sambil tersenyum.
“Gantengan juga Pak Budi.," ujar Irma
“Kamu belum lihat orangnya sudah protes. Udah jangan cemberut nanti cantiknya luntur. Ada apa kamu kemari?”
“Pak Budi dipanggil Pak Rahadian, disuruh ke ruang rapat," jawab Irma judes.
“Astaga Irma…….bagaimana saya mau mempertahankanmu untuk tetap jadi sekretaris saya? Pak Rahadian mencari saya bukannya langsung kamu sampaikan ke saya tapi kamu malah mengajak saya ngobrol?” sahut Budi sambil terburu-buru mematikan komputernya dan mengambil agenda kerjanya lalu keluar
dari ruangannya. Irma hanya dam berdiri di depan pintu ruangan Budi.
Tiba-tiba Budi berhenti dan berbalik ke arah Irma, “Saya ada rapat dengan Pak Rahadian, kamu catat setiap telepon yang masuk dan tamu yang mencari saya.Jangan lupa tanya ada perlu apa, Oke!”
“Oh, satu lagi. Jangan kebanyakan ngegosip dan jaga kantor baik-baik! kalau kamu masih mau menjadi sekretaris saya," ujar Budi lalu pergi menuju ruang rapat.
Mendengar perkataan bos nya Irma langsung tersenyum dan menaikkan tangannya seperti orang memberi hormat,
“Siap, Pak Bos!”.
Mendengar ucapan Irma, Budi hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Budi masuk ke dalam uang rapat. Di dalam sudah ada Pak Rahadian, Poppy dan HRD.
“Ini dia Pak Budi yang akan mengambil alih semua urusan di sini, selama kamu istirahat. Papih tidak akan memaksa Poppy untuk bekerja. Tapi jika kamu kesal diam di rumah terus dan ingin ada kegiatan kamu boleh masuk kerja. Cukup Poppy mengawasi saja," kata Pak Rahardian kepada Poppy.
“Pak Heru tolong siapkan ruangan GM baru kita ini. Dan carikan pengganti untuk posisi Manager. Carikan juga sekretaris untuk GM."
“Oh ya Bud, kamu perlu assisten, tidak? Saya rasa kalau hanya sekretaris saja pasti kurang."
“Boleh Pak. Tapi laki-laki ya Pak. Kalau perempuan rasanya kurang nyaman. Cukup sekretaris aja yang perempuan," jawab Budi.
“Bagus, saya setuju dengan pendapatmu."
“Pak kalau boleh sekretaris saya jangan diganti," usul Budi.
“Loh kenapa? Pacar kamu, ya?” tanya Pak Rahadian.
“Bukan Pak. Hanya saja dengan kedudukan baru dan sekretaris baru, butuh waktu yang lama untuk penyesuaian diri. Sekretaris lama saya sudah tau cara kerja saya, jadi tidak akan kesulitan ketika saya memberikan perintah."
“Oke, tinggal kamu atur saja dengan HRD. "
“Tidak ada pertanyaan lagi? Saya rasa cukup sekian. Saya masih ada pertemuan lagi dan Poppy mau control ke dokter. "
“Selamat bekerja Pak Budi, saya harap akan ada kemajuan pesat dibawah kepemimpinanmu," kata Pak Rahadian sambil menjabat tangan Budi.
“Insya Allah, Pak. Doakan saya bisa menjaga amanat Pak Rahadian dan Ibu Poppy."
“Terima kasih , Pak Budi sudah mau membantu saya, " kata Poppy sambil mengulur tangannya.
“Sama-sama, Bu. Sudah menjadi tugas saya untuk membantu ibu."
Budi membalas uluran tangan Poppy.
Setelah Pak Rahadian dan Poppy keluar dari ruang rapat, Budi langsung menghentakkan tubuhnya ke kursi dan menghela nafas berat.
“Selamat ya, Pak Budi. Semoga bapak berhasil memimpin perusahaan ini," ucap Pak Heru .
“Aamiin Yra, terima kasih Pak Heru."
“Saya permisi Pak. Mau membereskan semuanya, biar Pak Budi bisa langsung bekerja," Pak Heru pamit.
“Silahkan Pak Heru."
Setelah Pak Heru pergi Budi duduk kembali untuk menenangkan diri. Setelah tenang barulah ia kembali ke ruangannya.
Tampak Irma sedang serius di depan computer. Ternyata Irma menurut dengan perintahnya. Sekarang sudah masuk ke jam makan siang, namun gadis itu tidak meninggalkan mejanya. Ia menyibukkan diri di depan layar
computer.
“Irma kamu tidak makan siang?”
Irma kaget mendengar suara Budi.
“Eh…..Bapak, sudah selesai rapatnya,Pak?” tanya Irma.
“Sudah."
“Terus bagaimana hasilnya?” tanya Irma penasaran.
“Keputusannya kamu harus membereskan barang-barang kamu, " jawab Budi dengan memasang wajh serius.
“Kok saya sih, Pak? Apa salah saya?” tanya Irma kebingungan terlihat matanya sudah berair.
“Salah kamu, kenapa kamu memilih untuk tetap menjadi sekretaris saya," jawab Budi dengan tenang.
“Tapi bukan berarti saya dipecat, " Irma terisak menangis.
“Astaga Irma…….Siapa yang pecat kamu? Kamu tetap jadi sekretaris saya."
Kepala Budi benar-benar mau pecah rasanya melihat kelakuan Irma.
“Terus kenapa saya disuruh membereskan barang-barang saya?” tanya Irma dengan polosnya.
“Kalau kamu tetap di sini nanti saya susah jika ada perlu sama kamu."
Budi masuk kedalam ruangannya. Ia harus mengerjakan dulu pekerjaannya setelah itu baru bersiap-siap untuk pindah ruangan.
“Bapak mau pindah ruangan, ya Pak?”
“Iya."
“Kemana?”tanya Irma kepo.
“Belum tahu, Pak Heru yang sedang mengatur ruangannya," kata Budi sambil menyalakan komputer.
“Oh…iya Irma, nanti akan ada asisten untuk saya. Jadi kamu nanti ada yang bantu pekerjaan kamu. Tapi…..”
“Tapi apa, Pak?” tanya Irma penasaran.
“Jangan kamu ajak ngegosip."
“Siaplah, Pak. Lagi pula asisten biasanya laki-laki mana bisa diajak ngegosip. "
“Sudah sana sudah waktunya istirahat. Kamu makan siang dulu."
“Bapak ngak istirahat?"
“Nanti, tanggung selesaikan pekerjaan dulu. Lagi pula belum adzan dzuhur."
“Saya makan dulu, ya Pak."
“Ya," jawab Budi yang fokus ke layar computer.
********
Poppy sedang memandangi foto suaminya di ponselnya. Sambil mengusap perutnya yang
sedikit membuncit air matanya terus saja mengalir. Semenjak suaminya meninggal
dunia, hidupnya terasa hampa. Setiap hari waktunya hanya dihabiskan dengan
berdiam diri di kamar memandangi foto suaminya. Hal ini membuat orang tua,
mertua dan kakaknya menjadi cemas. Iva adik iparnya sering mengajaknya jalan-jalan,
tapi sering ditolaknya dengan alasan sakit kepala. Bagaimana tidak sakit kepala
karena hampir setiap hari kerjanya hanya menangis.
Tapi tadi pagi mertuanya datang, mereka hendak berangkat ke Singapura menghadiri undangan dari temannya.
“Poppy, jika ada waktu luang cobalah main ke resto. Tidak usah lama-lama sebentar saja, cukup hanya lihat-lihat saja atau sekedar makan siang di resto. Ajak teman-temanmu, mereka belum pernah menyicipi makanan di resto milikmu, kan?“
“Hotel dan resto itu sekarang sudah menjadi milikmu, Papih dan Mamih tidak akan ikut campur. Kami cukup hanya mengawasi saja untuk memastikan kalau hotel dan resto masih beroperasi dengan baik."
Keesokan harinya Poppy memantapkan diri untuk pergi ke Rangga’s Hotel & Resto.
Bagaimanapun juga Rangga’s Hotel & Resto adalah peninggalan suaminya untuk dirinya dan anaknya. Dia tidak harus datang pagi, toh tidak ada yang memarahinya jika ia masuk siang.
“Selamat siang, Bu”, sapa Nia petugas resepsionis ketika melihat kedatangannya.
“Siang, Nia."
Poppy berjalan menuju ruangannya. Reva sekretarisnya tidak mengetahui kedatangannya. Eva sedang sibuk membereskan berkas-berkas yang
menumpuk di meja.
“Selamat siang, Reva.," sapa Poppy.
Reva yang sedang sibuk tiba-tiba kaget mendengar suara Poppy,
“Selamat siang, Bu."
“Sedang sibuk?”
“Tidak, Bu hanya membereskan meja."
“Silahkan diteruskan kerjanya," kata Poppy sambil berjalan menuju ruangannya.
“Ibu mau minum apa?”
“Air putih aja. Adakan airnya di dalam?”
“Ada, Bu. Selalu disediakan."
“Terima Kasih."
Poppy membuka pintu ruang kerja alm suaminya, ruangan itu nampak rapih dan bersih. Ia menghampiri meja kerja suaminya diatas meja terdapat 2 bingkai foto, satu foto ia bersama dengan suaminya dan satu lagi
foto hasil USG kandungannya. Poppy tersenyum melihat hasil USG terbingkai
dengan rapih.
Ia teringat betapa bahagianya Kang Rangga ketika ia memperlihatkan hasil testpack menunjukan strip 2. Bahkan Kang Rangga mengratiskan seluruh karyawannya
makan di resto. Dan ia mengundang anak yatim untuk makan bersama di resto miliknya.
Tapi sekarang semua tinggallah kenangan, Kang Rangga suaminya sudah berpulang ke rohmatulloh meninggalkan ia dan bayi dalam kandungannya. Sekarang sudah waktunya ia harus berjuang sendiri membesarkan anaknya dan meneruskan usaha suaminya.
.
.
.
.
Hai, reader.....
Terima kasih karena masih menyimak cerita saya ini, walaupun bahasanya masih kaku.
Jangan lupa komen sebanyak mungkin ( jangan komentar yang julid, ya) dan like jangan lupa dipencet agar author semangat up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
M Dewi
sedih deh...aq tidak bisa membayangkan...pasti poppy sedih sekali dan tidak bersemangat setelah kepergian rangga
2022-04-15
1
Lulla😊
sedih banget pas lagi sayang"e ditinggal pergi tuk selama"nya 🤧
jadi kepo Rangga nya meninggal karena apa
2021-12-09
1
⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔 𝑵𝒂𝒚𝒍𝒂 𝑨𝒊𝒔
mampir
2021-10-07
0