Terlihat Pak Edward hendak bersalaman dengan Poppy, namun Poppy hanya menangkupkan ke tangannya di depan dadanya. Poppy hanya mau bersalaman dengan Charisa. Pak Edward duduk di samping Poppy, entah apa yang akan mereka bicarakan. Sedangkan Budi sulit kembali ke mejanya karena teman-temannya mengajak Budi ngobrol.
“Bud, itu istri alm Pak Rangga?” tanya Devan
Sedangkan Budi yang diajak ngobrol tapi matanya memperhatikan Poppy.
“Budi…..woi. Ditanya tapi mata loe ke bos loe terus,” seru Devan.
Budi kaget , lalu ia melihat ke Devan.
“Sorry, tadi barusan loe nanya apa?” tanya Budi.
“Yang datang sama loe, bener istri Pak Rangga?” tanya Devan sekali lagi.
“Iyalah, gue kan masih kerja di Rangga Hotel & Resto,” jawab Budi, sambil melirik ke arah Poppy.
“Kenalin dong gue sama bos loe yang cantik itu,” kata Devan.
“Memangnya loe mau ngapain minta di kenalin ke Bu Poppy?” tanya Budi yang sesekali melirik ke arah Poppy.
“Ya, barangkali bisa menjadi ayah sambung anak yang di dalam kandungannya,” jawab Devan dengan seenaknya.
Budi menatap tajam Devan.
“Loe sanggup berhadapan dengan Pak Rahadian, Pak Brata dan Pak Reno?” tanya Budi.
“Mereka siapanya Poppy?” tanya Devan bingung.
“Mereka mertua, Papa dan Abangnya Bu Poppy. Dan mereka bukan orang yang bisa loe anggap remeh,” jawab Budi dengan tajam.
“Gila pertahanannya berlapis-lapis. Terus loe kok bisa bebas keluar kota sama dia?” tanya Devan penasaran.
“Gue kan pegawainya . Gue dikasih kepercayaan buat ngejaga dia.” Jawab Budi sambil sesekali melirik ke arah Poppy.
“Enak banget jadi elo, setiap hari bisa lihat bidadari,” seru Devan.
“Nggak setiap hari Bu Poppy ke kantor. Kalau lagi pengen makan di luar baru Bu Poppy ke kantor,” jawab Budi sambil melirik jam tangan.
Sudah waktunya bumil makan siang, kata Budi dalam hati.
“Devan, gue ke Bu Bos dulu,” ujar Budi sambil menepuk bahu Devan.
“Eh… mau ngapain? Disini aja. Pak Edward nggak akan macem-macem sama bos loe,” seru Devan.
Budi tidak menghiraukan omongan Devan, ia terus berjalan menuju meja Poppy.
Wajah Poppy langsung ceria melihat Budi berjalan menghampirinya. Poppy agak takut ketika Pak Edward menyapanya dan duduk satu meja dengannya, rasanya tidak nyaman. Belum lagi Charis yang terus memandanginya tajam dari atas sampai bawah, seolah-olah siap untuk menerkamnya.
“Pak Budi dari mana? Saya dari tadi cari-cari Pak Budi,” kata Poppy.
Budi tersenyum ke Poppy. Budi tahu kalau Poppy merasa tidak nyaman dengan Pak Edward dan Charisa.
“Apa kabarnya Pak Edward – Nona Charisa?” Budi menyalami Pak Edward dan Charisa lalu duduk di hadapan Pak Edward.
“Pak Budi sudah berapa hari di Bandung?” tanya Charis.
“Baru dua hari, Nona Charisa,” jawab Budi.
“Kapan pulang?” tanya Charisa lagi.
“Belum tahu, Nona. Masih ada yang harus diurus,” jawab Budi sambil menoleh ke arah Poppy.
“Ibu mau makan sekarang?” tanya Budi dengan lembut.
Poppy tersenyum lalu mengangguk.
“Kami permisi dulu, Pak. Mau mengambil makanan,” kata Budi yang langsung berdiri dan membantu Poppy untuk berdiri.
“Oh…..silahkan Pak Budi. Saya dan Charisa sudah makan,” jawab Pak Edward.
Charisa dan Pak Edward melihat perlakuan Budi kepada Poppy yang sangat sopan dan hati-hati.
Lalu Budi dan Poppy meninggalkan Edward dan Charisa.
“Budi benar-benar menjaga istri Rangga dengan baik,” kata Pak Edward sambil melihat interaksi Budi dan Poppy.
“Mereka lebih mirip seperti sepasang kekasih,” ujar Charisa dengan kesal.
Pak Edward menoleh ke Charisa.
“Maksud kamu apa?” tanya Pak Edward.
“Ayolah Papa, apa Papa tidak lihat perlakuan Budi kepada Poppy? Bucin banget,” jawab Charisa dengan kesal.
“Kamu cemburu?” tanya Pak Edward kepada putrinya.
“iyalah. Budi memperlakukan Poppy dengan baik. Sedangkan Budi selalu menghindari Charisa,” jawab Charisa dengan kesal.
“Mestinya kamu introfeksi diri, mengapa Budi tidak mau dengan kamu? Bukannya marah-marah,” seru Pak Edward.
“Susah mencari orang seperti Budi,” kata Pak Edward sambil bangun dari duduk dan pergi meninggalkan Charisa.
Sementara itu Budi dan Poppy nampak sedang menikmati makan siang mereka. Seperti biasa bumil sedang menyicipi semua makanan. Sedangkan Budi yang sudah selesai makan, duduk menemani Poppy.
“Budi….,” seseorang menepuk bahu Budi. Budi menoleh ke orang yang menepuk bahunya.
“Pak Hendro apa kabar, Pak?” Budi langsung berdiri dan mengulurkan tangannya.
Pak Hendro menyalami Budi sementara tangan kirinya menepuk-nepuk bahu Budi.
“Saya baik-baik saja. Ini siapa?” Pak Hendro menoleh ke Poppy.
“Oh… ini istri alm Pak Rangga,” jawab Budi.
Poppy berdiri dan menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.
“Berarti ini anaknya Brata, ya?” tanya Pak Hendro.
“Iya, Pak,” jawab Budi.
“Sedang hamil, ya? Hamil berapa bulan?” tanya Pak Hendro melihat perut Poppy yang menonjol.
“Empat bulan lebih, Om,” jawab Poppy.
Pak Hendro mengangguk-angguk mendengar jawaban Poppy.
“Om turut berduka cita, ya,” ucap Pak Hendro
“Terima kasih, Om.”
“Maaf, om tidak datang melayat waktu suamimu meninggal. Om sedang general check up di Singapura,” kata Pak Hendro
“Tidak apa-apa, Om. Akang Rangga sekarang sudah tenang,” jawab Poppy dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Bagaimana dengan kabar Abangmu? Siapa namanya? Reno, ya?” tanya Pak Hendro
“Bang Reno baik, Om.” Jawab Poppy.
“Sudah menikah?” tanya Pak Hendro.
“Belum Om,” jawab Poppy.
“Belum nikah, kenapa?” tanya Pak Hendro bingung.
“Kata Bang Reno belum ada yang cocok," jawab Poppy.
“Ya, sudah. Poppy teruskan lagi makannya. Om mau ke teman-teman om dulu. Salam, ya sama Papih-Mamih dan Papa-Mama,” kata Pak Hendro.
“Ayo Budi, saya mau ke teman-teman dulu,” kata Pak Hendro sambil menepuk bahu Budi.
Setelah Pak Hendro pergi Budi dan Poppy duduk kembali. Poppy melanjutkan makan.
“Hallo, Bu Poppy,” seseorang menyapa Poppy.
Seorang pemuda tampan seumuran Budi sedang berdiri didepan meja Budi dan Poppy. Poppy menoleh ke Budi sambil berbisik, “Siapa?”
Baru saja Budi hendak menjawab tapi pemuda itu langsung memperkenalkan dirinya.
“Kenalkan saya Taufik, asisten Pak Danu,” kata Taufik sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
Poppy tidak menyambut tangan Taufik tapi hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
“Saya Poppy,” balas Poppy.
“Boleh saya duduk di sini, Bu?” tanya Taufik.
“Tentu saja, boleh,” jawab Poppy.
Taufik tersenyum penuh kemenangan ke Budi, sedangkan Budi menatap tajam ke pemuda itu.
“Tadi saya minta ke Budi untuk dikenalkan ke Bu Poppy, tapi sama Budi tidak boleh,” kata Taufik sambil melirik ke Budi dengan tersenyum jail.
“Oh…begitu,” seru Poppy sambil melirik ke Budi, tapi Budi sedang menatap tajam Taufik.
“Sekarang kan sudah berkenalan langsung,” kata Poppy.
“Boleh dong, kapan-kapan makan siang bareng dengan Bu Poppy,” ujar Taufik.
“Memangnya nggak kerja? Nanti dipecat loe sama Pak Danu,” celetuk Budi.
“Ya sudah, bagaimana kalau makan malam bareng?” tanya Taufik masih semangat.
“Waduh, saya tidak dilarang keluar malam oleh Abang saya. Kecuali dengan Pak Budi,” jawab Poppy.
Taufik melirik Budi, Budi menunduk sambil tersenyum.
“Bagaimana kalau weekend main ke rumah Ibu? Boleh minta nomer ponsel Bu Poppy?” tanya Taufik lagi.
“Minta ke Pak Budi saja, ya. Dia itu General Manager di kantor saya,” jawab Poppy dengan sopan. Poppy tidak ingin memberikan nomer ponselnya ke sembarang orang. Dan Poppy mengerti mengapa Budi tidak ingin memperkenalkan Poppy kepada teman-temannnya.
“Wah Bu, Budi itu pelit. Mana mau dia memberikan nomor ponsel Ibu,” Taufik protes.
“Kenapa elo ngak minta nomer ponsel Bu Poppy ke Pak Danu?” tanya Budi.
“Memang Pak Danu punya nomer ponsel Bu Poppy?” tanya Taufik penasaran.
“Tidak punya. Tapi Pak Danu punya nomer ponsel Mertua, Ayah dan Abangnya Bu Poppy. Loe coba aja minta langsung ke mereka. Siapa tau dikasih,” jawab Budi .
“Ibu sudah selesai makannya?” bisik Budi ketika melihat Poppy sudah berhenti makan.
“Sudah,” jawab Poppy.
“Kita pulang sekarang, ya? Sudah siang nanti Ibu kecapean,” kata Budi sambil bangun dari duduknya.
Poppy menyelempangkan tasnya lalu berdiri.
“Eh…. Pada mau kemana? Bu Poppy kita belum selesai ngobrol,” Taufik protes ketika melihat Budi dan Poppy.
“Kami mau kembali ke hotel dulu, Pak Taufik. Kapan-kapan kita ketemu lagi,” jawab Poppy dengan sopan.
“Gue duluan, ya,” kata Budi sambil menepuk bahu Taufik. Taufik cuma bengong ditinggal Budi dan Poppy.
Budi dan Poppy pamit kepada tuan rumah Pak Setyo.
“Jalan-jalannnya nanti sore saja, ya. Kalau sekarang panas,” kata Budi sambil menghidupkan mobil.
“Ya, nggak apa-apa. Lagipula saya cape mau istirahat,” jawab Poppy sambil memejamkan matanya.
Mobilpun meluncur menuju hotel tempat mereka menginap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
NIAT & MODUS LO KLIATAN BANGET FIK, DN SALAH ORG LO KLO INGIN MAIN2 SAMA WANITA...
2023-03-28
1
Poin
tuh udah kasih jejak. Jangan disapu.
2021-09-29
0
Utari
pak Danu temannya papi dan papanya Poppy?
2021-09-28
0