Hari ini Budi cukup sibuk mulai dari rapat mengenai evaluasi kinerja karyawan sampai pencapaian target profit maksimal. Bagaimanapun juga Pak Rahardian mempekerjakan Budi untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Sebetulnya Budi tidak harus terjun langsung, semuanya sudah ada bagiannya masing-masing. Budi hanya menunggu laporan dari bawahannya. Tentu saja dengan bukti yang kongkrit bukan sekedar hitam diatas putih.
Nit nit nit nit…..
Suara intercom di ruangan Budi.
“Iya Irma.”
“Telefon dari Pak Edward Indrayana line satu.”
“Sambungkan.”
“Baik, Pak.”
“Assalamualaikum. Selamat siang, Pak Edward. Ada yang bisa saya bantu?”
“Siang Pak Budi. Saya sekedar menyapa Pak Budi. Sudah lama saya tidak menghubungi Pak Budi. Bagaimana kabar Pak Budi?”
“Alhamdullilah saya sehat, Pak.”
“Bagaimana dengan keadaan Rangga’s Hotel & Resto? Saya dengar Pak Budi sekarang jadi GM ?”
“Wah, cepat sekali bapak mendengar saya menjadi GM. Itu cuma formalitas saja, Pak. Tetap saja segala keputusan ada di tangan Bu Poppy. Saya hanya staf biasa.”
“Ha..ha…ha…ha…dari dulu Pak Budi suka sekali merendah. Saya sudah lama tidak bertemu dengan Pak Budi. Kapan Pak Budi ada waktu bertemu dengan saya? Malam in bisa? Kita ngobrol santai. “
Ngobrol santai? Sejak kapan Pak Edward mengajaknya obrolan santai? Kata Budi dalam hati.
Sewaktu Pak Rangga masih ada Pak Edward selalu berusaha untuk menarik Budi untuk bekerja di hotel miliknya dan menjodohkan Budi dengan anak perempuannya yang bernama Charisa.
Charisa seorang perempuan muda yang cantik dan pintar. Namun cantik dan pintar tidak bisa membuat Budi jatuh hati. Entah mengapa perasaan Budi mengatakan jika Charisa tidak bisa di jadikan istri. Entah darimana Budi
berpikiran seperti itu. Padahal ia tidak pernah mencoba menyelidiki Charisa.
“Bisa, Pak. Tapi hanya dari jam tujuh sampai jam delapan.”
“Loh kenapa hanya bisa sampai jam delapan.”
“Jam delapan keatas waktunya saya istirahat. Kalau jam malam tidak dibatasi nanti saya terlalu capai.”
“Oke saya tunggu di restaurant ……. Di hotel ……. Jam setengah tujuh, " kata Pak Edward.
"Baik pak saya Insya Alloh saya akan datang.”
“Saya tunggu Pak Budi. Selamat siang.”
“Waalaikumsalam selamat siang Pak Edward.”
Budi menutup telefonnya sambil menghela nafas. Malam ini sepertinya akan menjadi malam yang berat baginya. Ia berdoa semoga Pak Edward tidak memaksakan kehendaknya lagi.
Menjelang sore hari Budi menelepon mamanya dan mengatakan jika ia akan pulang telat karena ada undangan makan malam.
“Makan malam dengan siapa?” tanya Bu Tiara.
“Dengan Pak Edward, Mah.”
“Pak Edward yang menawarkan gaji tinggi jika kamu mau bekerja di hotel miliknya?’
“Iya.”
“Mau ngapain dia mengajakmu makan malam?”
“Budi juga nggak tau, Mah.”
“Ya, sudah pesan Mama hati-hati dan jaga diri. Jangan pulang terlalu malam. Sepertinya Pak Edward belum menyerah untuk menjadikanmu sebagai menantunya. Mama doakan yang terbaik untuk Budi.”
“Ya, ma. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh.”
Budi mematikan ponselnya, bersiap-siap sholat di mushola. Biasanya jika Budi lembur ia sholat berjamaah dengan para karyawan Rangga’s Hotel & Resto, bahkan para pengunjung resto ikut berjamaah.
Mushola resto terlihar ramai. Mungkin karena besok hari Sabtu, banyak yang makan malam di resto baik bersama dengan keluarga ataupun bersama dengan teman-teman. Kebanyakan dari mereka baru pulang dari kantor, nampak dari pakaian mereka yang menggunakan pakaian kerja. Sebelum mereka mulai makan nampak mereka secara bergiliran untuk sholat di masjid. Hmm sepertinya mushola harus diperbesar lagi. Nanti jika Bu Poppy datang berkunjung harus dibicarakan mengenai musholah.
Adzan magrib telah berkumandang, Budi cepat-cepat mengambil wudhu, ia tidak ingin tertinggal sholat berjamaah. Nampak salah seorang pengunjung menjadi imam, semua orang sudah bersiap-siap untuk sholat.
Setelah sholat magrib Budi pergi menemui Pak Edward. Sepanjang jalan Budi tak berhenti berdoa minta untuk dilindungi dan diberikan yang terbaik. Sesampainya di hotel …… Budi langsung menuju ke restaurant …… Pak Edward tidak datang sendiri ia datang bersama putrinya Charisa. Budi menghela nafas. Pak Edward pasti ada maunya.
“Selamat malam, Pak,” sapa Budi.
“Ah, selamat malam Pak Budi. Akhirnya Pak Budi datang juga,” kata Pak Edward sambil menyalami tangan Budi dan menepuk-nepuk bahunya.
“Kamu masih ingat anak saya Charisa?”
“Tentu saja, Pak,” jawab Budi.
“Nona Charisa apa kabar?” sapa Budi sambil mengulurkan tangannya.
“Baik, Mas Budi,” jawab Charisa sambil menyalami tangan Budi dan hendak memeluk Budi.
Dengan reflek Budi menjaga jarak dengan Charisa. Charisapun malu menerima penolakan dari Budi.
“Maaf nona, kita bukan mahrom,” kata Budi.
“Sabar Charisa, nanti juga Pak Budi akan segera menjadikan kamu mahromnya,” kata Pak Edward.
“Bukankah begitu, Pak Budi?”
Budi hanya diam tidak mengatakan apapun.
“Silahkan duduk PaK Budi.”
Lalu mereka duduk dan pelayan memberikan daftar menu. Budi memilih menu special dari restaurant tersebut. Barangkali bisa dijadikan rekomendasi untuk tambahan menu di Rangga’s Resto.
Mereka menikmati makam malam sambil membicarakan perkembangan bisnis di Indonesia. Charisa ternyata seorang bisnis woman yang handal. Pengetahuannya di bidang bisnis tidak bisa diremehkan. Tapi Pak Edward tetap saja Pak Edward menginginkan Budi menjadi suami Charisa. Pak Edward ingin Budi yang meneruskan semua usahanya.
Berat kalau sudah begini, kata Budi dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara panggilan masuk dari ponsel Budi. Terpampang nama Poppy dilayar ponselnya.
“Maaf Pak, saya harus menerima telepon dulu,” kata Budi meminta ijin.
“Silahkan Pak Budi.”
Lalu Budi agak menjauh dari meja Pak Edward agar pembicaraannya tidak didengar oleh Pak Edward.
“Assalamualaikum, Bu”.
“Waalaikumsalam, Pak Budi. Pak Budi lagi dimana? Apa masih di kantor?”
“Tidak, Bu. Saya sedang makan malam dengan Pak Edward.”
“Pak Edward? Pak Edward siapa?”
“Nantilah saya ceritakan.”
“Ibu ada perlu apa?”
“Pak Budi saya lapar. Ingin makan sea food. Tapi Bang Reno belum pulang dari tempat prakteknya. Pak Budi bisa tidak nemenin saya makan sea food?”
“Bisa, Bu. Nanti saya bilang dulu Ke Pak Edward karena harus menghantar Ibu.”
“Nggak enak sama Pak Edward. Nanti saja kalau sudah selesai makan malamnya.”
“Nggak apa-apa, Bu. Lebih cepat saya pergi dari sini lebih baik.”
“Iiihhh kok begitu sih ngomongnya? Emang Pak Edward orang yang mengerikan, ya?”
“Memangnya ibu mau menahan lapar?”
“Ya, nggak mau Pak Budi.”
“Makanya saya ke rumah Ibu sekarang. Sudah dulu, ya. Assalamualaikum.”
“Waalakumsalam.”
Budi menutup telefonnya dan kembali ke tempat duduknya.
“Maaf kalau tadi pembicaraan kita terganggu,” kata Budi.
“Tidak apa-apa Pak Budi.”
Mereka melanjutkan pembicaraan mereka. Sebagai Owner hotel & resto Pak Edward memuji sepak terjang Budi. Kata Pak Edward sungguh beruntung jika seorang pengusaha mempunyai pekerja seperti Budi yang rajin dan mencintai pekerjaannya. Tidak sia-sia jika Pak Rahadian memilih Budi untuk dijadikan GM.
Tepat jam delapan Budi pamit pulang. Sebetulnya Budi sudah telat tiga puluh menut dari waktu yang iya janjikan ke Poppy. Dari tadi Budi berusaha pamit, tapi sepertinya Pak Edward berusaha menahan Budi untuk berlama-lama berbicara dengannya.
Akhirnya pas pukul delapan Budi memberanikan diri untuk pamit pulang. Karena ia terbayang selalu wajah bumil yang kelaparan.
“Kapan-kapan kita makan bareng lagi. Saya senang berdiskusi dengan anak muda yang punya semangat kerja,” kata Pak Edward.
“Insya Alloh, Pak kalau saya sedang tidak sibuk,” jawab Budi.
“Ha ha ha ha, Pak GM sekarang sibuk sekali.”
“Saya permisi dulu Pak Edward – Nona Charisa. Assalamualaikum.”
Budi pergi meninggalkan Pak Edward dan Charisa.
“Bener-bener calon menantu idaman. Tapi sungguh sulit mendapatkan menantu seperti dia,” kata Pak Edward sambil memperhatikan Budi dari belakang dan semakin menjauh.
.
.
.
.
Hai hai hai,
Masih setia dengan novel saya?
Terima kasih bagi yang masih setia.
Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen yang sebanyak-banyaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ashqar Safira
Charisa cantik, kenapa Budi ngak mau sama Charisa?
2021-09-26
0
Koin
wah, ada juga orang kaya yang mau menjadikan Budi sebagai menantu.
2021-09-26
1
Aldrick Lucia
kenapa Budi ngak mau sama Charisa?
2021-09-26
3