Poppy berjalan menuju ruangan Budi.
Ia melihat seorang perempuan muda sedang memegang berkas dengan menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya sedang menggaruk kepala menggunakan balpoin.
Terlihat dahi perempuan itu mengerut ketika
membaca berkas di tangan kirinya.
“Selamat siang,” sapa Poppy kepada Irma.
Irma yang sedang asyik membaca berkas sambil mengaruk –garuk
kepala, tersentak kaget melihat Poppy.
Cepat-cepat Irma bangkit dari kursi,
“Siang, ada yang bisa saya bantu, Bu?”
“Pak Budi ada?”
“Ibu siapa,ya? Apakah sudah ada janji dengan Pak Budi?” Irma balik bertanya.
“Kenalkan saya Poppy. Saya belum buat janji dengan Pak Budi.”
“Oh….silahkan ibu duduk. Saya tanya dulu ke Pak Budi.”
Poppy duduk di kursi yang ada di depan meja Irma. Sementara
Irma mengetuk pintu ruangan Budi.
“Masuk,” terdengar suara Budi dari dalam.
Irma masuk ke dalam ruangan Budi.
“Pak, di depan ada tamu mencari bapak,” kata Irma pelan-pelan.
Budi mengalihkan pandangannya ke Irma,
“Siapa?”
“Poppy, syantik loh Pak. Pacar Bapak, ya?” Irma tersenyum lebar sambil menaik turunkan alis.
“Poppy? Itu bukan pacar saya. Dia owner hotel & resto ini. Istri alm Pak Rangga. Masa kamu tidak tahu bos sendiri? Ngegosip terus
sih.”
Budi keluar dari ruangannya menemui Poppy.
“Selamat siang, Bu.”
“Siang, Pak Budi.”
“Silahkan masuk, Bu.”
Budi membuka lebar pintu ruangannya, dan tangan kanannya diayunkan ke samping mempersilahkan Poppy untuk masuk lebih dahulu ke dalam ruangannya.
Setelah Poppy masuk, Budi menutup pintunya. Poppy memperhatikan ruang kerja Budi tidak terlalu luas, tapi cukup rapih.
Budi menarik kursi yang berada di seberang kursi kerjanya dan mempersilahkan Poppy untuk duduk,
“Silahkan duduk, Bu.”
“Terima kasih.”
Poppy duduk di kursi yang sudah dipersiapkan oleh Budi, setelah Poppy duduk dengan nyaman Budi memulai menanyakan tujuan Poppy mendatangi ruangannya,
“Ada yang bisa saya bantu, Bu? “
“Pak Budi, apakah Pak Budi sedang sibuk?” tanya Poppy.
“Tidak, Bu. Saya selalu punya waktu luang untuk Ibu.” jawab Budi dengan mantap.
“Bisa temani saya makan siang? Ada banyak hal yang ingin ketahui dari hotel & resto ini. Saya ingin tahu mengenai perkembangan hotel & resto ini. Seperti Pak Budi ketahui suami saya tidak pernah melibatkan saya dalam urusan hotel & resto ini. Saya tidak tau apa-apa mengenai hotel & resto ini.”
“Baik, Bu. Tapi setelah sholat dzuhur, ya. Sebentar lagi adzan dzuhur.”
“Iya, tidak apa-apa. Saya juga mau sholat dulu. Lagi pula kita makan siang di resto sini saja. Saya mau mencicipi makanannya sambil lihat-lihat suasananya,” ujar Poppy.
“Itu ide bagus, jadi Ibu bisa tahu kekurangan dari Rangga’s resto,” Budi menanggapinya dengan antusias.
“Baiklah, bisa kita berangkat sekarang? Kita tunggu adzan di mushola,”usul Poppy.
“Baik, Bu.”
Budi langsung mengambil ponsel, agenda dan pulpennya.
Dan mereka berjalan bersama-sama keluar ruangan. Irma yang melihat pintu ruangan
Budi terbuka, langsung menghampiri.
“Irma, saya mau keluar makan siang dengan Bu Poppy. Kemungkinan saya lama makan siangnya. Tolong kamu hendel semuanya," kata Budi.
“Baik, Pak."
“Inget jangan ngegosip melulu, jangan keseringan meninggalkan tempat,” ujar Budi.
“Siap, Pak.”
Tangan Irma memberikan hormat.
“Saya makan siang di resto bawah,” sahut Budi.
“Tidak di luar Pak?” tanya Irma penasaran.
“Tidak, Bu Poppy mau mencicipi makanan di resto sendiri.”
“Mari, Bu. Sudah waktu sholat,” ajak Budi.
Lalu mereka melangkah meninggalkan kantor menuju ke Mushola.
Mushola nampak sepi, hanya terlihat karyawan yang sholat secara bergantian.
Setelah menunjuk tempat wudhu untuk wanita ke Poppy, Budi langsung wudhu dan sholat.
Selesai sholat mereka langsung menuju ke resto. Siang ini resto nampak tidak
terlalu penuh, masih banyak meja yang kosong. Poppy memilih meja yang berada di teras belakang. Suasana teras belakang cukup tenang dengan pemandangan taman
cukup luas ditanami tanaman hias dan popohonan yang rindang, menjadikan suasana
menjadi asri.
Poppy dan Budi memilih menu.
“Pak Budi, pernah makan di sini?” tanya Poppy.
Budi yang sedang memilih menu mengalihkan pandangannya ke Poppy.
“Pernah Bu. Bapak sering menjamu tamu di sini.”
Mendengar jawaban Budi, Poppy mengerutkan dahinya.
“Selalu di sini? Ngak pernah menjamu tamu di luar?” tanya Poppy kaget.
“Ya, tidak selalu di sini. Kadang –kadang di luar.”
“Oh…..”
Mereka melanjutkan memilih menu.
“Kelihatannya menunya enak-enak semuanya. Bisa-bisa saya pesan semuanya,”ujar Poppy.
Budi hanya melirik ke arah Poppy sambil tersenyum.
“Bagaimana kalau mencobanya dengan dicicil satu persatu. Hari ini Ibu pesan apa, besok pesan yang lain. Kalau ibu pesan semuanya, nanti tidak akan habis,” saran Budi.
“Begitu, ya? Berarti setiap hari saya harus ke kantor, dong,” ujar Poppy.
“Tidak harus tiap hari, Bu. Nanti Bu kecapean.”
“Begitu, ya? Kita lihat nanti saja.”
Mereka melanjutkan memesan makanannya. Setelah memesan Poppy memperhatikan Susana di sekelilingnya.
“Pa Budi, apa resto sering sepi seperti ini?”
Budi mengalihkan pandangannya ke sekitarnya.
“Tidak bisa di prediksi, Bu. Kapan ramai dan sepinya,” jawab Budi.
“Hmmm, begitu, ya.”
“Kalau, teras yang sebelah sana, itu biasanya digunakan untuk acara keluarga. Bahkan sering digunakan untuk tempat akad nikah.”
Budi menunjukan kearah teras kosong di samping mereka, yang menyambung dengan hotel.
“Oh, ya? Banyak yang reservation? “tanya Poppy penasaran.
“Hampir setiap weekend full booking,” jawab Budi yakin.
“Waow, saya tidak tahu hal ini,” ujar Poppy kaget.
Tidak lama kemudian pesanan mereka datang. Mereka menikmati makan siang dengan tenang. Terlihat Poppy sangat menikmati makanannya. Setelah selesai makan sambil menunggu desert datang mereka kembali berbincang-bincang,
“Sepertinya untuk tahlil 40 hari Kang Rangga makanannya pesan dari resto. Kira-kira bisa tidak Pak Budi?”
“Bisa, Bu.”
“Apa, tidak mengganggu operasional resto?” tanya Poppy ragu.
“Tidak, Bu. Kita sudah terbisa jika ada yang booking untuk acara keluarga, “ jawab Budi dengan yakin.
“Pak Budi atur saja. Jumlah porsinya nanti tanya dulu ke mama dan menunya saya mau pilih sendiri.”
“Akan saya siapkan."
Tak lama kemudian pesanan desert mereka datang. Mereka kembali tenang menikmati desert masing-masing. Tiba-tiba….
“Ini Pak, Owner dan GM hotel & resto ini.”
Budi dan Poppy yang sedang menikmati desert kaget dengan kedatangan pegawai resto dan seorang pengunjung resto.
“Pak Budi, Bapak ini mau tanya-tanya mengenai sewa tempat untuk acara pernikahan anaknya,” kata pelayan resto.
Budi menyambut bapak itu dengan ramah.
“Silahkan duduk, Pak.”
“Ada yang bisa saya bantu?”
Poppy memperhatikan cara Budi melayani konsumen. Ia menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh bapak itu. Budi menjawab pertanyaan dengan sopan, sabar dan santun. Perkataannya juga penuh dengan kehati-hatian sehingga tidak menyinggung perasaan konsumen.
Hmmm tidak salah jika Papih menjadikan Budi sebagai General Manager. Tapi kasihan juga jika dia harus memegang semuanya. Selama jabatan manager masih kosong dan asisten untuk GM masih kosong, maka mau tidak mau Budi harus bekerja keras menjadi jembatan dengan konsumen, pegawai dan owner. Semoga saja orang yang menduduki kursi menager dan asisten GM sama-sama kompeten seperti Budi sehingga bisa terjalin kerjasama yang baik yang dapat membawa kemajuan bagi perusahaan.
Semoga saja semuanya berjalan dengan baik. Aamiin, bisik
Poppy dalam hati.
.
.
.
.
.
Hai readers,.....
masih setia dengan novel Deche?
Terima kasih yang masih setia.
Jangan lupa komentar dan like nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
setia yo..
cha yo..😘😍😘😍
2022-06-13
1
.Nurhayati
lanjutkan...
2022-04-10
1
Ashqar Safira
kerjaan Poppy cuma ngajak Budi makan.
2021-09-26
0