Suasana malam itu cukup ramai, mobil dan motor banyak yang berlalu lalang di jalan raya. Tempat-tempat makan ramai di kunjungi pengunjung.
“Ibu mau makan dimana?” tanya Budi memecahkan kesunyian diantara mereka.
Poppy diam tidak menjawab pertanyaan Budi, dia kelihatannya masih marah.
“Maafkan saya,” ucap Budi, pandangannya tetap ke jalan raya.
Poppy menoleh ke arah Budi.
“Maafkan saya yang sudah berbuat lancang kepada Ibu. Saya lakukan itu semua agar Ibu tidak pergi sendiri.”
“Wanita pergi sendiri di malam hari terlalu berbahaya, banyak orang jahat yang mengintai. Apalagi Ibu sedang hamil, menjadi mangsa yang empuk untuk para laki-laki yang mempunyai niat jahat.”
Budi menoleh ke arah Poppy, pandangan mereka bertemu. Poppy tidak mengatakan apapun ia hanya memandangi Budi.
“Ibu mau makan apa?” tanya Budi.
Poppy belum menjawab Budi kembali melihat ke depan.
“Saya mau makan sop kambing Betawi,” jawab Poppy sambil terus memandangi Budi.
“Oke, Ibu sudah tahu tempatnya?” tanya Budi .
“Hmmm saya dan Kang Rangga biasa makan di jalan……”
Budi langsung mengarahkan mobil menuju jalan yang dimaksud oleh Poppy.
Sesampai di jalan…….Budi tidak menemukan restaurant hanya tempat makan ditenda kaki lima yang berjejer di sepanjang jalan itu.
“Sebelah mana penjual sop kambing Betawi?” tanya Budi sambil melirik ke kanan dan ke kiri jalan.
“Tuh, di depan yang ada mobil keluar, " Poppy menunjuk ke arah yang dimaksud.
“Parkir di jalan nggak apa-apa, Bu?” tanya Budi dengan tidak yakin, karena mobil milik Poppy adalah sedan mewah yang harganya fantastik.
“Nggak apa-apa, Pak Budi. Kang Rangga dan Kang Reno juga sering parkir di sini.”
Budi memarkir mobil di pinggir jalan.
“Ayo kita turun,” ajak Poppy sambil menyelempangkan tali tas ke bahu dan hendak keluar dari mobil.
“Tunggu sebentar, Bu,” kata Budi menahan Poppy untuk keluar dari mobil.
“Kenapa?” tanya Poppy bingung.
Budi keluar dari mobil lalu memutar membukakan pintu mobil untuk Poppy.
“Hati-hati, Bu,” kata Budi.
“Terima kasih,” ucap Poppy sambil keluar dari mobil dan berdiri di pinggir mobil menunggu Budi menutup dan mengunci mobil.
Lalu mereka berjalan beriringan menuju tenda penjual sop kambing Betawi. Suasana di tenda pejual sop kambing Betawi agak sepi mungkin karena hari sudah malam.
Jam yang lingkar di tangan Budi sudah menujuk pukul delapan lebih seperempat.
Poppy mendekati penjual sop kambing yang sedang meracik sop,
“Pak sop kambingnya dua campur jangan pakai jeroan, nasinya dua."
“Minumnya apa, Bu?” tanya si penjual.
Poppy menoleh ke belakang mencari Budi, ternyata pegawainya itu benar-benar protective ia masih saja menjaganya berdiri di belakang.
“Pak Budi mau minum apa?” tanya Poppy.
“Teh tawar panas, Bu,” jawab Budi.
“Teh tawar panas 2, Pak,” kata Poppy kepada si penjual.
“Baik, Bu.”
Setelah memesan makanan mereka mencari tempat duduk. Budi memilih tempat yang aman untuk duduk dan kursinya aman untuk diduduki. Setelah menemukan tempat dan kursi yang aman barulah Budi mempersilahkan Poppy untuk duduk.
Para pengunjung menggeleng- geleng kepala melihat Budi sangat selektif memilih tempat dan kursi.
“Bagaimana, kursinya goyang nggak?” tanya Budi dengan wajah yang sedikit tegang.
“Aman, Pak. Jangan khawatir,” jawab Poppy dengan tenang.
“Atau mau duduk di depan Abangnya saja? Itu kursinya dari kayu,” Budi menunjuk kearah si penjual yang sedang meracik bumbu.
“Sudah di sini saja, Pak. Saya tidak apa-apa.”
“Kalau mau jatuh pegang tangan saya, ya!” seru Budi.
“Iya, Pak Budi.”
Akhirnya pesanan merekapun datang, jadi Poppy bisa tenang karena Budi tidak meributkan masalah bangku yang goyang. Mereka bisa menikmati makanan dengan nyaman.
“Selamat malam bapak-ibu dan akang- teteh, ijin kan kami mempersembahkan sebuah lagu untuk menghibur semuanya,”
Terdengar suara petikan gitar yang syahdu
Aku 'tak pernah meminta
Sosok pendamping sempurna
Cukup dia yang selalu
Sabar menemani dalam kekuranganku
Namun Tuhan menghadirkan
Kamu wanita terhebat
Kuat 'tak pernah mengeluh
Bahagiaku selalu bersamamu
Andai ada keajaiban
Ingin 'ku ukirkan
Namamu diatas bintang-bintang angkasa
Agar semua tau
Kau berarti untukku
S'lama-lamanya kamu milikku
Kini telah 'ku buktikan
Kamu pendamping setia
Kuat 'tak pernah mengeluh
Bahagiaku s'lalu bersamamu
Andai ada keajaiban
Ingin 'ku ukirkan
Namamu diatas bintang-bintang angkasa
Agar semua tau
Kau berarti untukku
S'lama-lamanya kamu milikku
Namun 'ku sadari diriku
Takkan mampu selalu
Bahagiakan kamu
Tapi akan 'ku perjuangkan
Untukmu yang terhebat
Kekasih impian
Andai ada keajaiban
(Andai ada keajaiban)
Ingin 'ku ukirkan
Namamu diatas bintang-bintang angkasa
Agar Semua tau
Kau berarti untukku
S'lama-lamanya
S'lama-lamanya kamu milikku
( Kekasih impian by
Natta Reza )
Ternyata mengikuti keinginan bumil tidak hanya cukup sekedar makan sop kambing Betawi.
Sepanjang jalan pulang Poppy meminta Budi untuk berhenti untuk membeli martabak manis, martabak asin, roti bakar, pisang keju,, cakwe, onde-onde dan molen. Budi hanya
menggeleng-geleng kepala melihat
kelakuan Poppy yang tidak mengalihkan pandangannya dari penjual jajanan khas malam hari.
“Kok nggak ada yang jualan rujak, sih?” keluh Poppy.
Budi langsung menoleh kearah Poppy ketika mendengar keluhan Poppy.
WHAT? RUJAK? pekik Budi dalam hati.
Come on, yang benar aja cari rujak malam-malam.
“Tidak ada yang jual rujak malam-malam, Bu,” ujar Budi hati-hati.
“Tidak ada, ya? Padahal saya pengen rujak,” kata Poppy dengan kecewa.
Budi menghela nafas.
“Bagaimana kalau beli rujaknya besok saja?” saran Budi.
“Besok? Pagi-pagi sudah ada?” tanya Poppy.
‘Iya, pagi-pagi sudah ada. Nanti saya antar rujaknya ke rumah,” jawab Budi yang mencoba meyakini Poppy.
“Jangan diantar ke rumah, saya mau lihat sendiri cara membuatnya,” ujar Poppy.
“Oke, nanti saya jemput, kalau tukang rujaknya sudah jualan.”
“Bener, ya ? saya tunggu loh !”
“Siap, Bu bos.”
Keesokan harinya ketika adzan subuh belum
berkumandang Bu Tiara kaget melihat banyak bungkusan makanan diatas meja makan.
“Siapa yang beli makanan sebanyak ini,” bisik bu Tiara .
Terdengar suara pintu kamar terbuka terlihat Pak Aep yang sudah bersiap-siap untuk ke masjid.
“Ayah, ini siapa yang bawa makanan sebanyak ini?” tanya Bu Tiara.
Pak Aep melihat ke atas meja makan,
“Budi mungkin, Mah,” jawab Pak Aep.
Salah satu pintu kamar di atas terbuka, tampak seorang remaja laki-laki keluar dari kamar sambil menguap dan mengangkat kedua tangannya.
“Ayo Farhan cepat wudhu, sebentar lagi adzan. Sekalian bangunin kakakmu,” perintah Ayah.
“Iya, Ayah,”jawab Farhan sambil mengantuk ia mengetuk pintu kamar kakaknya.
“Aa…..bangun kata Ayah. Sudah siang.”
Terdengar suara orang bangun tidur dari dalam kamar,
“Iya.”
Pintu penghubung dengan rumah sebelah terbuka, seorang anak muda yang sudah memakai sarung, baju koko dan kopeyah jalan sambil menyeret kaki lalu duduk di meja
makan dengan kepala telungkup diatas meja makan.
“Kalian tidur jam berapa sih? Udah mau Adzan subuh masih pada ngantuk,” tanya Bu Tiara kepada keponakannya Fadlan.
“Nggak tau, Bi tidur jam berapa. Ngerjain tugas kuliah banyak,” jawab Fadlan sambil tidurdi atas meja.
“Jadi nggak tau juga dong siapa yang bawa makanan segini banyaknya?”
Fadlan langsung bangun dari tidurnya,
“Hah…. Makanan ????Mana, Bi????" Fadlan langsung bangun dari tidur.
“Ini, siapa yang bawa?” Bu Tiara menunjukkan banyak bungkusan di atas meja.
“Dari Bu Poppy, Mah,” jawab Budi yang baru turun dari tangga dan menghampiri meja makan da meneguk segelas air putih.
“Bu Poppy?” Kamu tadi malam ke rumah Bu Poppy?” tanya Bu Tiara dengan penuh
selidik.
“Nggak sengaja, Mah. Waktu …….”
Tiba-tiba terdengar suara adzan subuh.
“Sudah kita ke masjid dulu, ceritanya diteruskan nanti,” ujar Pak Aep sambil berjalan ke masjid diikuti oleh 3 pria muda yang tampan-tampan di belakangnya.
.
.
.
.
.
Hai readers,
Terima kasih masih setia membaca novel author yang kagak jelas.
Maap kalau ngak bisa up banyak-banyak moodnya naik turun, disesuaikan dengan kemampuan yang terbatas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ashqar Safira
Budi sangat melindungi bu boss nya.
2021-09-26
0
Koin
bumil kerjanya makan mulu
2021-09-26
2
Poin
Budi berani loh
2021-09-26
3