Asisten Sang PRESDIR
Pagi ini hujan sedang membasahi bumi, seorang gadis sudah berlari menuju ke sebuah halte.
Dia adalah Meidina Mayangsari, seorang gadis berwajah cantik nan anggun, memiliki tubuh sempurna harus bergegas untuk sampai ke tempat kuliahnya.
Tapi tak di duga, saat dia menunggu bus, malah terkena cipratan air dari sebuah mobil mewah yang lewat.
"Ah... sialan, dasar tak punya otak, gak lihat ada orang berdiri di sini, padahal ini hari penting di kampus," sumpah serapah itu keluar dari mulut gadis cantik itu.
Tak lama bus yang di tunggu pun datang, Mei pun buru-buru naik ke bus, karena dia tak ingin telat.
Sesampainya di kampus gadis itu berlari dengan buru-buru, pasalnya dia juga harus membersihkan wajahnya.
Tapi karena kecerobohannya tak sengaja dia menabrak seorang pria, dan keduanya malah jatuh bersama.
"Maaf tuan aku buru-buru," kata Mei bergegas bangun dan meninggalkan pria itu.
"Dasar gadis ceroboh, bukannya membantu malah pergi, kampus apa ini," sarkas pria itu.
Rektor yang mengetahui hal itu pun bergegas membantu pria itu bangun.
"Maaf tuan besar, mahasiswi di sini memang seperti itu," jawab rektor.
"Baru kali ini aku merasa di permalukan seperti ini," kata pria itu menahan amarahnya.
Sedang Mei sudah sampai di toilet, kebetulan temannya Widya juga berada di sana.
"Wid, boleh pinjem make up gak, aku tadi kena musibah nih, gara-gara hujan," kata Mei setelah mencuci wajahnya.
"Ya sudah ih, pakai bajuku juga boleh, lumayan dari pada pakai baju kotor," kata Widya memberikan bajunya.
"Widya bajumu itu kekecilan dengan ku, bisa-bisa aku di tuduh menggoda pemilik perusahaan besar itu," kata Mei kesal sambil memanyunkan bibirnya.
"Salah sendiri, siapa suruh punya ukuran C, kamu itu bikin iri semua gadis tau," kata Widya pada Mei.
"Sudahlah, aku juga bawa kemeja ganti, aku selesai makeup, terima kasih sayang ku," kata Mei mencium pipi Widya.
"Ya! aku masih normal dasar gadis gila," kata Widya kesal.
Mereka pun mulai berbaris bersama para mahasiswa yang lain untuk mengikuti tes untuk masuk ke perusahaan internasional itu.
Mei memiliki nilai yang baik selama kuliah, dia pun menjadi salah satu mahasiswi unggulan.
Satu persatu di panggil untuk di wawancarai, tapi tak ada satupun yang berhasil menarik pemilik dari perusahaan itu.
Sedang kini giliran Mei, dia datang dengan senyum yang mengembang, dengan baju yang sopan.
Tapi saat dia duduk di depan para penguji, dia sedikit terperangah melihat pria yang tadi di tabraknya.
Pria itu duduk dengan angkuh di antara para penguji, mereka sudah memberikan beberapa pertanyaan padanya, dan dia memiliki jawaban uang memuaskan.
Setelah itu saat akan pergi, tak di duga pria itu berdiri dan langsung menyeret Mei ke area ruangan sebelah.
Disana Mei di dorong hingga tubuh gadis itu menempel di dinding, dan asisten pria itu menjaga pintu agar tak ada siapa pun yang masuk.
"Gadis yang cantik, apa kamu mau menjadi asisten ku, aku akan mengaji mu besar jika mau," kata pria itu menghimpit tubuh Mei hingga tak ada batasan antara mereka.
"Tuan ini pelecehan, tolong lepaskan aku," katanya dengan ketakutan.
Mei merasa begitu terhina karena perlakuan pria itu, melihat gadis di depannya mulai terisak, pria itu pun melepaskan Mei begitu saja.
"Ferdi, buat gadis ini menjadi asisten pribadiku bagaimana pun caranya, selain dirimu hanya dia yang bisa melayani ku, mengerti," kata pria itu tanpa bisa di tolak.
"Tidak, aku tak ingin menjadi asisten mu," kata Mei menangis.
Tapi pria itu seperti tak menghiraukan tangisan maupun teriakan dari Mei, dia meninggalkan gadis itu begitu saja.
Mei pun menuju ke rumahnya setelah kejadian itu, gadis itu memutuskan untuk pulang ke kampungnya.
Tapi sayangnya baru sampai di rumah dia sudah menerima lemparan sebuah piring yang melukai kepalanya.
"Dasar anak tidak berguna, kamu belum sukses kenapa pulang, sudah ku katakan jangan berani pulang sebelum kamu sukses, buat apa kamu kuliah tinggi-tinggi jika jadi pengangguran," bentak sang ayah melihat putrinya itu pulang.
Tanpa bicara, Mei langsung menuju ke kamar miliknya, dia pun mengobati lukanya sambil menahan tangisnya.
dia adalah gadis ceria dan murah senyum, tapi tanpa di ketahui siapapun, dia menyembunyikan luka yang begitu besar di sudut hatinya.
Mei keluar dari kamarnya, dan sudah mendengar cacian dari ayahnya, "jual saja dirimu, buat apa punya anak yang tak bisa menghasilkan uang," kata Rozak.
"Ayah, dia juga putrimu, kenapa kamu menyuruhnya menjual diri," bela ibu Sena.
"Sudah ku katakan, putrimu itu tak berguna, seandainya kamu melahirkan seorang anak laki-laki, mungkin dia sudah membantuku untuk menyekolahkan kedua adiknya, buat apa punya anak tak berguna itu, lebih baik dia jadi pelacur yang sukses, di banding jadi wanita tak berguna," teriak pak Rozak marah.
"Mei ... jangan dengarkan omongan ayah mu ya, dia hanya sedang marah karena panennya gagal lagi," kata Bu Sena membesarkan hati putrinya itu.
"iya Bu, Mei keluar sebentar ya, ingin bertemu seseorang," pamit Mei dengan senyum mengembang.
Bu Sena pun mengangguk memberi izin, baru keluar rumah Mei melihat kedua adiknya yang baru pulang dari bermain.
"Mbak Mei, mbak pulang," kata keduanya senang dan memeluk Mei erat.
"Iya dek, kalian dari mana kenapa cemong seperti ini?" tanya Mei sambil berjongkok di depan kedua adiknya itu.
"Kami dari sawah, kami mencari daun kangkung dan Tutut," jawab Anto.
"Iya mbak, aku juga cari ikan di sungai, dapat banyak," kata Rudi menunjukkan kresek yang dibawanya.
Mei pun menangis tapi buru-buru menghapus air matanya, "mbak jangan nangis ya, kami sayang mbak kok," kata Anto dan Rudi.
"Iya terima kasih ya adik-adik mbak yang ganteng," kata Mei.
"Lihatlah mereka saja bisa membantu keluarga ini, seharusnya kamu tak usah hadir di keluarga ini, percuma kamu hidup dan ada di dunia ini, cuma jadi beban untuk kami," kata pak Rozak pergi begitu saja.
"Mbak itu kebanggaan kami kok, bukan beban," kata Anto yang sudah berusia dua belas tahun.
"Kakak, beban itu apa?" tanya Rudi yang masih berusia tujuh tahun.
"Sudah-sudah kalian masuk saja, ibu sudah menunggu kalian, atau nanti kalian akan kena marah, cepat cepat," kata Mei menyuruh keduanya masuk.
Dia pun berjalan tanpa arah, apa dia harus menerima tawaran pria yang melecehkan dirinya tadi pagi.
Tapi ayahnya benar, keluarga ini butuh uang untuk menghidupi dan menyekolahkan kedua adiknya dan juga pengobatan sang ibu.
Tanpa sadar Mei sudah sampai di rumah Sasa teman sekolahnya, Sasa menjadi istri ketiga dari juragan terkaya di kampungnya.
Kehidupan Sasa juga berubah, dari gadis miskin yang tak punya apa-apa, sekarang menjadi wanita yang kaya di desa.
Itulah kenapa ayahnya sering membahas tentang dia yang memilih kuliah dari pada menikah untuk membantu keuangan keluarga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Tarisya Achmad
Nyimak
2021-11-29
0
Elsa Naila
aq mampir thor
2021-11-13
0
Mulaini
Semangaaattt Mei buktikan ke ayah mu kalau kamu bisa membantu keluarga dan bukan menjadi beban.
2021-11-10
0