Mei sudah berangkat setelah subuh dari rumahnya, bahkan setelah dia memasak untuk adik-adiknya, dia bergegas pergi dari rumah tanpa menoleh lagi.
Dia kini sudah naik bus menuju kota, air matanya tak bisa di bendung lagi, dia tak berhak marah, ini semua demi keluarganya.
Tak di duga, saat di bus dia bertemu pria menyebalkan dan sok kenal.
"Mau mie lidi, dari pada terus menangis gak jelas, nanti cantiknya luntur loh," kata pria berambut merah dengan tato di seluruh lengannya.
"Maaf, aku tak bisa makan pedas," kata Mei menolak dengan sopan.
"Gak usah takut dengan ku, ini mie gak ada obat biusnya kok," kata pria itu lagi dengan santai.
Mei langsung menatap pria itu tajam, dan memilih melihat keluar jendela dan mendengarkan lagu dari ponselnya dengan mengunakan earphone.
Sesampainya di terminal bus, Mei langsung turun dan mencari ojek untuk mengantarnya ke kosan.
Pria bertato itu tertawa melihat reaksi Mei yang bahkan tak ingin melihatnya sama sekali.
"Gadis yang menawan dan menarik, semoga kita bisa bertemu lagi nanti," gumam pria itu pergi dari terminal itu.
Sesampainya di kosan, dia langsung masuk ke kamarnya, dan memilih beristirahat.
Dia harus membuat mata bengkaknya hilang, sebelum bertemu calon bos yang sudah memberinya uang tidak kecewa.
"Apa aku harus bersiap sesempurna mungkin," gumam Mei sambil terlentang menatap langit-langit kamar itu.
"Kamu sudah pulang, ku pikir kamu akan beberapa hari di desa," kata Widya yang baru pulang dari kencan.
"Cih, kamu tidak pulang semalam, apa kamu tak takut orang tua mu tau?" tanya Mei melihat temannya itu.
"Huh... mereka bahkan tak peduli dengan ku, yang penting aku masih bisa bayar kuliah dan makan, itu sudah cukup, lagi pula aku cuma kerja lembur kok, tanya Mike saja kalau tak percaya," jawab Widya santai.
"Baiklah, apa Mike mencariku karena tak izin libur?" tanya Mei.
"Ya, katanya kamu keterlaluan karena tak memberitahu saat ingin libur, oh ya aku sudah dapat balasan dan aku di terima bekerja di perusahaan internasional itu," kata Widya senang.
"Benarkah?" tanya Mei terkejut.
"Buka e-mail mu non, pasti ada balasan, apalagi kamu itu mahasiswa paling pintar," kata Widya.
Mei langsung buru-buru mengecek ponselnya, dan tak ada balasan dari wawancara kemarin.
Widya pun memeluk sahabatnya itu, "mungkin belum di kirim, atau kamu sedang di seleksi lagi untuk jabatan tinggi," kata Widya
"Maybe, oh ya nanti malam aku mau ke tempat bibi ku ya, mungkin menginap jadi tak perlu menungguku," kata Mei berbohong.
"Baiklah non, tapi jangan lupa kalau pulang bawa makanan ya," kata Widya.
"Baiklah baiklah, aku akan membawakan semua kesukaan mu," kata Mei memeluk Widya.
Akhirnya siang itu keduanya melakukan perawatan wajah bersama.
Mereka berdua bahkan hanya memesan makanan dari aplikasi online.
Malam hari Widya sudah berangkat untuk bekerja di bar, dia sudah siap dengan baju hitam putih.
Sedang Mei masih memoles wajahnya agar cantik dan tak membuat pria yang menunggu dirinya kecewa.
Dia mengunakan gaun yang sudah di atur, bahkan gaun itu begitu seksi dan terbuka, menunjukkan bentuk sempurna tubuhnya.
"Ah baju ini seperti gaun kurang bahan, bahkan dadaku tidak tertutup seluruhnya."
Mei pun mencari mantel panjang miliknya, setelah itu dia pun berangkat dengan mengenakan masker dan kaca mata hitam.
Dia pun sampai di hotel dan turun dari taksi, Mei masuk kedalam lobi dan langsung menghampiri meja resepsionis.
"Mbak kamar satu nol empat dua," kata Mei pada resepsionis dengan perasaan was-was.
"Tunggu sebentar nona, bisa tau nama anda?" tanya resepsionis itu.
"Meidina Mayangsari," Jawab Mei sekilas.
Resepsionis pun menelpon dan meminta seorang staf mengantarnya ke kamar itu.
Sekarang dia sudah berdiri di depan pintu kamar itu, Mei pun menekan bel pintu.
Asisten Ferdi membukakan pintu dan terkejut melihat penampilan Mei, "nona apa kamu tak memakai baju yang sudah di pilihkan tuan?" tanya Ferdi dingin.
"Aku pakai, cuma terlalu terbuka, aku takut malah tak bisa sampai ke sini dengan baju itu ..." lirih Mei.
"Suruh dia masuk, jangan menahannya di pintu, dan kamu bisa pergi Ferdi," perintah David.
"Baik tuan," jawab Ferdi yang langsung keluar dari kamar itu.
Mei pun membuka mantel,masker dan kaca mata hitam yang dia pakai.
Kemudian dia masuk dan melihat seorang pria sedang duduk di sofa sambil menikmati anggur di tangannya.
"Kenapa berdiri di sana, kemarilah biar aku bisa melihat wajahmu," kata David melirik Mei.
Mei pun menurut dan berjalan kearah David, pria itu tersenyum melihat wanita cantik di depannya itu.
"Kau sudah siap, malam ini aku butuh pelayanan Sempurna darimu," kata David dingin.
"Tentu tuan," jawab Mei.
"Duduklah, pertama-tama aku akan menjelaskan apa pekerjaan mu dan gaji mu," kata David berdiri dan mengambil sebuah map dan memberikannya pada Mei.
"Baca, dan pahami, dan setelah menandatangani kontrak itu, mulai minum obat itu, dan kamu bisa mulai bekerja," kata David.
Mei membaca setiap poin yang tertulis di dalam perjanjian itu.
setelah itu Mei menandatangani kontrak itu tanpa bertanya lagi, dan meminum pil kontrasepsi yang sudah di sediakan.
Setelah menunggu beberapa waktu dia sudah mendekati David untuk melakukan tugasnya.
Tapi David tak bergeming sedikitpun melihat Mei yang mendekati dirinya.
David mendorong Mei hingga terbentuk pinggiran meja, "cih tak berguna, ternyata kamu tak bisa memancing gairah ku," sarkas David marah.
pria itu bahkan melempar gelas anggur tepat di samping Mei, "kamu sama saja dengan gadis lainnya tak berguna, lebih baik kau jadi pelacur di diskotik milik ku untuk membayar hutang mu," kata David sambil mencengkram dagu Mei.
David pun ingin pergi, tapi Mei memeluk kaki pria itu, "jangan tuan, aku akan membuat anda bisa bergairah," kata Mei memohon.
"Buktikan," kata David yang langsung duduk di sofa.
Mei pun menari di depan David, kemudian Mei melakukan semua hal yang pernah dia pelajari dari menonton dan cerita dari Widya.
Tak di duga, David pun perlahan menikmati perlakuan yang di berikan oleh Mei.
Kemudian Mei pun naik ke pangkuan David, sekarang David pun bisa menikmati segala yang di lakukan oleh Mei.
"Apa tuan yakin tak ingin menikmati ini semua."
Tanpa basa-basi David langsung mengendong Mei dan mereka pun menikmati kegiatan panas di malam panjang itu,
"sakit!" kata Mei terkejut sambil mencengkram bahu David dengan kuku tajamnya.
David pun makin bersemangat saat tau gadis di pelukannya itu masih masih menjaga kesuciannya.
Akhirnya malam panjang antara David dan Mei pun berlanjut tanpa mengenal lelah, David yang sudah lima tahun menduda, dia merasa senang memiliki mainan baru yang sempurna.
Dia tak mempermasalahkan harus mengeluarkan uang besar untuk Mei sebagai mainannya.
Apalagi David tak memungkiri jika gadis itu begitu hebat, dan yang paling penting gadis itu bisa memancing h*sr*tnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Tarisya Achmad
Semangat Mei buat David bucin
2021-11-29
0
Elsa Naila
kasian mei, yg kuat y
2021-11-13
0
Mulaini
Kasihan juga Mei harus memuaskan hasrat sang duda David.
2021-11-10
0