saat makan siang Mei mengirim pesan pada David, dan dia buru-buru turun.
dia pun segera menyebrang untuk menemui Widya yang ternyata sudah sampai terlebih dahulu.
Widya melambaikan tangan pada Mei, mereka pun langsung berpelukan dengan hangat.
"maaf, apa kamu menunggu lama?".
"tidak kok, aku baru sampai, ah.. bagaimana kabarmu, aku ingin minta maaf tentang aku yang sempat memusuhi mu tanpa tau kebenarannya," kata Widya.
"iya tak masalah kok, lagi pula aku sudah lupa itu, tapi kamu harus mentraktirku makan siang kali ini," jawab Mei.
"tentu nona, apapun untukmu," jawab Widya.
setelah memesan mereka pun menunggu, tapi tak di duga dua pria menghampiri Keduanya.
"maaf, kami telat karena pemilik restoran ini kesulitan dengan mahasiswanya," kata Revan.
"tak masalah Revan, hallo Steve kapan pulang, ayo kemari," ajak Widya.
sedang Mei merasa canggung, karena dia tak mengira Widya mengajak Steve yang pernah menjadi cinta sepihaknya.
"kenapa kamu tak bilang," bisik Mei.
"nanti kamu pasti menolak, apalagi jarang-jarang Steve yang begitu sibuk mau datang," jawab Widya.
"kebetulan lagi senggang, lagi pula Revan terlalu berisik, bagaimana kabar kalian Widya, memei?" tanya Steve.
"ah... itu aku baik, seperti yang terlihat," jawab Mei tergagap.
"aduh si cantik gak usah gagap gitu dong, masak masih suka tembok begini," goda Revan
"diam Revan, ayo kak duduk," kata Mei bertukar tempat ke sebelah Widya.
Steve duduk di samping Mei sedang Revan di sebelah Widya, "aku merasa kita akan mengerjakan tugas dari dosen killer, ingat masa lalu," kata Revan tertawa.
"ah... aku tak mau lagi, itu terlalu menyebalkan harus terus membuat presentasi dengan bahasa Inggris yang sempurna," kata Widya.
"tapi kita beruntung setidaknya ada dua mahasiswa jenius di kelompok kita," jawab Revan.
Widya dan Revan pun tertawa bersama, begitupun Mei dan Steve.
akhirnya makanan datang, Steve secara reflek langsung mengambil brokoli dari piring Mei.
"ah.. terima kasih masih menginggatnya," lirih Mei.
"aku hanya tak ingin melihatmu muntah saja, dan lagi aku tak ingin kamu sakit," jawab Steve datar.
Mei pun tersipu malu, sedang Revan dan Widya saling menonton keromantisan di depan mereka itu.
keempatnya begitu senang berbincang, tapi Mei harus kembali karena jam istirahat nya sudah habis.
"aku kerja dulu ya, maaf aku duluan," pamit Mei
"perlu di antar?" tanya Steve.
"tidak perlu, kantorku ada di depan," jawab Mei sopan.
tapi saat di depan restoran hujan turun, Steve pun langsung meminjam payung dari cafe.
kemudian mengantar Mei menyebrang, setelah sampai di lobi Steve memberikan sapu tangannya untuk mengeringkan wajah Mei.
"dasar ceroboh, kalau begitu aku pamit dulu, aku akan menghubungimu lagi, dan semoga kita akan sering bertemu," kata Steve meninggalkan Mei di lobi.
entah tiba-tiba Mei merasa begitu sedih melihat perhatian dari Steve, dia mungkin sudah membunuh cintanya untuk pria itu.
tapi dia tak mungkin mengharapkan orang yang bahkan tak akan mengakuinya.
tapi dia tak pantas untuk Steve yang begitu sempurna, "maaf, karena aku tak pantas lagi untuk bersama mu, atau hanya sekedar berdiri di sampingmu."
Mei pun bergegas ke ruangannya, tapi saat sampai asisten Ferdi terlihat tak baik-baik saja.
"ada apa kak, apa tuan marah lagi?" tanya Mei.
"entahlah, kamu masuk saja mengantarkan berkas ini," kata asisten Ferdi menyodorkan berkas sambil menghela nafas.
dia pun langsung sadar jika David pasti tidak dalam keadaan baik, ia pun mengambil nafas dalam sebelum masuk.
tapi baru juga masuk ke ruangan David, Mei sudah merasa terancam dengan aura David.
"kemarilah," panggil David.
Mei pun terpaksa menghampiri David, tapi baru juga sampai David langsung berdiri dan mencengkram leher Mei.
"tuan-" kata Mei kesakitan dan tak bisa bernafas.
"sudah ku katakan, jangan berani berhubungan dengan pria di belakangku, tapi kamu malah berani!" bentak David mencekik Mei.
Mei pun memukuli tangan David agar di lepaskan, dia sudah tak bisa bernafas seakan-akan hidupnya akan berakhir hari ini.
David pun melepaskan tangannya, Mei pun terduduk dan kesakitan.
"maafkan aku tuan, mereka hanya teman kuliahku...."
"keluar!" bentak David marah besar.
Mei pun bangkit dan keluar dari ruangan itu, dia terus berusaha tidak menangis tapi tak bisa.
asisten Ferdi tau apa yang terjadi di dalam, Mei memegangi lehernya yang masih begitu nyeri.
"apa perlu ke klinik?" tanya asisten Ferdi khawatir.
"tidak perlu, ini akan baik-baik saja, aku akan minum obat pereda nyeri saja," jawab Mei mencoba kuat.
asisten Ferdi pun masuk ke ruangan David karena masih harus rapat, saat sendiri Mei kembali meratapi nasib yang di pilihnya sendiri.
"kapan semua ini berakhir, aku lelah," lirihnya.
sedang David lewat begitu saja, pria itu bahkan tak melirik Mei sedikit pun.
"Ferdi, aku ingin semua tentang teman dan sahabat dari Mei, sesegera mungkin," kata David.
"baik tuan," jawab asisten Ferdi.
mereka pun sampai di ruang rapat, sedang Mei di toilet dan melihat lehernya merah.
dia pun mengambil kaos rajut dengan leher tinggi agar bisa menyembunyikan bekas itu.
setelah itu tiba-tiba dia merasa lapar padahal masih jam tiga sore, ia pun memeriksa tasnya.
dan menemukan permen asam, dan Mei pun begitu menikmati itu. rapat begitu mencekam.
semua orang bagian desain interior terkena marah saat pekerjaan mereka tak beres.
David bahkan melemparkan hasil dari pekerjaan mereka dengan begitu kasar.
asisten Ferdi pun hanya bisa diam melihat itu, Mei benar-benar bisa mempengaruhi emosi dan pekerjaan untuk semua orang hanya lewat David.
pukul lima sore, semua pekerja sudah pulang begitupun Mei yang memilih pulang dan tak mengambil lembur.
Mei memilih naik ojek online dan menuju ke sebuah supermarket untuk berbelanja kebutuhannya.
baru masuk tanpa sengaja dia bertemu Steve yang juga sedang berbelanja dengan sang mama.
"Mei kamu di sini," panggil Steve.
"hallo kak, iya mau cari kebutuhan bulanan, kakak bareng siapa?" tanya Mei sopan.
"itu sama mama, lagi pilih buah sepertinya," kata Steve menunjuk seorang wanita.
"mama, kesini aku ingin mengenalkan seseorang," panggil Steve.
saat melihat Mei, wanita paruh baya itu begitu senang bahkan langsung memeluk gadis itu.
"selamat sore Tante," kata Mei sopan.
"iya sayang, ah.. Tante begitu senang bisa bertemu dengan mu saat ini," kata mama Steve heboh.
"mama jangan membuat gadis ini takut, dia punya trauma dengan wanita tua sok gaul," kata Steve tertawa.
"diam kamu dasar muka datar," ejek sang mama pada Steve.
Mei pun ikut tertawa mendengar itu, apalagi Steve memang memiliki julukan itu di universitas dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Nuriyah
up lagi thor 😍😍💜❤️❤️💜🤗💜❤️❤️💜😍😍🤗💜❤️💜😍🤗😍
2021-10-01
1
Ꮪིᥰ⃝֟.𝄠༅$@NI
cemburu tuan David....
2021-10-01
0
En
lanjut Thor...
2021-10-01
0