sore hari, Mei berjalan-jalan bersama dengan dua adiknya untuk mencari cemilan.
setelah mendapatkan apa yang diinginkan, keduanya berkeliling hingga melihat penjual ubi Cilembu.
"wah ubi, kalian berdua mau gak?" tawar Mei pada Anto dan Rudi.
"mau kak, baunya enak banget," kata Anto senang.
mereka pun berhenti dan membeli beberapa dan memakannya di tempat.
mereka juga membeli air es tebu, Anto dan Rudi begitu senang menghabiskan waktu sore bersama kakak perempuannya.
"mbak. nanti kalau mau pulang kita beli peralatan sekolah ya, habis buku gambar dan beberapa keperluan sekolahku habis," kata Rudi.
"memang kamu ikut ekstrakulikuler apa? sepertinya suka sekali menggambar?" tanya Mei penasaran.
"aku ikut kelas tambahan lukis, dan lagi aku ingin jadi arsitek atau desainer saat besar nanti," jawab Rudi.
"kamu memang terbaik, nanti kita beli semua yang kalian butuhkan," kata Mei.
"yey... terima kasih mbak," jawab keduanya senang.
mereka pun tertawa bersama, setelah itu menuju ke daerah pasar untuk membeli keperluan kedua adiknya itu.
Mei meminta Rudi membeli beberapa pack buku gambar besar, pensil warna, cat air bahkan berbagai jenis kuas.
sebagai persediaan untuk mendukung Rudi, sedang untuk Anto,Mei membelikan beberapa kebutuhan seorang siswa SD.
tak lupa mereka juga membeli tas, sepatu baru, saat selesai mereka pun memutuskan pulang.
tapi mereka berhenti dan membeli sate untuk kedua orang tuanya, tapi Mei juga ingat dengan David dan asisten Ferdi di villa.
"dek, nanti kita ke villa dulu ya, ngantar sate buat bos mbak."
"oke mbak, lagi pula bapak bilang kami harus nurut sama mbak kok," jawab Rudi.
"baiklah," jawab Mei tersenyum sambil mengacak rambut Rudi.
Mei menunggu sambil menikmati ubi yang tadi di beli, akhirnya sate yang di tunggu matang.
Mei meminta Abang sate memisahkan jadi beberapa, kemudian Mei memberikan uang kemudian pergi menuju ke villa.
tapi Mei kaget melihat asisten Ferdi dan pak Qin di luar villa bersama dengan asisten Arman dan Bastian.
"Mei kamu kenapa kemari?" kaget Ferdi.
"mau mengantar sate untuk semua orang, tapi kenapa kalian di luar, jangan bilang ...."
pak Qin pun melihat raut kesedihan di wajah Mei, "apa kamu juga dapat?" tanya pak Khan asisten pribadi Arman.
"tentu pak, ini silahkan," kata Mei memberikan bingkisan.
"nona tak masuk dulu," tawar pak Qin.
"tidak usah pak, ini sudah hampir malam, lagi pula aku tak ingin menganggu tuan," kata Mei sambil mencoba tersenyum manis.
asisten Ferdi terdiam, dia sering melihat ekspresi itu, ekspresi sedih yang di tutupi dengan senyuman.
tapi dia tak bisa menghentikan Mei yang sudah pergi bersama kedua adiknya.
sedang di dalam rumah, Arman dan Bastian sedang menikmati waktu sore mereka dengan para wanita panggilan khusus.
sedang David hanya berdiam tanpa mau di sentuh oleh wanita yang di Carikan oleh pak Ali asisten Bastian.
"tuan, apa anda tak tertarik untuk merasakan servis dariku?" goda wanita di depan David.
"diam atau aku akan membuatmu menyesal selamanya," jawab David datar.
bukan dia tak ingin bermain, tapi tubuhnya tak merasa bergairah dan seakan kehilangan ***** s*x nya.
tubuh David benar-benar tak tertarik dengan wanita selain Mei, tapi sayangnya dia tak bisa memanggil Mei datang.
David pun memutuskan untuk tidur saja dari pada kesal melihat wanita itu terus menggodanya.
sedang Mei pulang dengan pikiran yang berkecamuk, sesampainya di rumah dia membawa masuk semua belanjaan.
setelah itu dia masuk kedalam kamar, dia terduduk di lantai sambil meneteskan air mata.
entah kenapa dia merasa sakit membayangkan bagaimana David menghabiskan malam bersama para wanita lain.
"apa waktuku sudah dekat, apa aku bisa melanjutkan hidup setelah tersingkir, aku binggung ...."
berbanding terbalik dengan Mei, pak Rozak tak mengira jika sekarang putri yang di anggapnya tak berguna.
sekarang menjadi penopang keluarga mereka, bahkan sekarang pak Rozak bisa membeli beberapa sawah di desa.
meski begitu pak Rozak belum merasa puas, karena dia ingin membuka tambak udang dan sekarang sedang menabung.
karena itu juga demi kebaikan kedua putra nya saat besar nanti yang bisa melanjutkan usaha miliknya.
pak Qin masih diam begitupun asisten Ferdi yang binggung harus bereaksi seperti apa.
"kenapa kalian begitu diam?" tanya pak Ali.
"apa ada yang salah?" tanya pak Khan.
"tidak ada, kami hanya binggung harus lapor bagaimana nanti, karena nona Mei pergi dari sini," kata pak Qin
"tenang pak Qin, kita katakan yang sebenarnya saja, tuan pasti mengerti," jawab asisten Ferdi.
tak lama lima orang gadis itu sudah pergi di antar oleh dua pengawal Bastian.
keempatnya pun masuk dan menyiapkan makan malam, David turun dan terlihat segar karna jarang merasakan tidur sore seperti tadi.
"wah kalian menyiapkan sate, beli dimana?" tanya David.
"maaf tuan, tadi sore nona Mei datang mengantarnya, dan kami tak mau menganggu anda bertiga, jadi kami tak mengatakannya," jawab pak Qin.
David terdiam dan langsung berlari ke kamar untuk mengambil ponselnya, ternyata tak ada pesan dari gadis itu.
David pun langsung menghubungi Mei segera, tak lama telponnya di angkat.
"hallo. kenapa kamu menangis?" tanya David melihat asistennya itu melalui sambungan video.
"apa sih tuan. aku sedang nonton Drakor, jadi menangis dan tontonan ku terputus karena telpon anda," jawab Mei sambil mengerucutkan bibirnya.
"ah maafkan aku, aku khawatir karena jamu tak menghubungi ku sama sekali, dan lagi tadi kamu tak mencariku saat di villa."
"aku cuma ngantar sate doang kok,lagi pula aku yakin anda sedang istirahat, ya sudah aku mau lanjut nontonnya," kata Mei mencoba mengubah topik.
"jangan menghindar, kamu tau benar kalau hanya kamu yang bisa membuatku semangat di ranjang," kata David sebelum mematikan sambungan video itu.
Mei memegangi dadanya, tiba-tiba jantungnya berdetak begitu kencang.
"jangan jatuh cinta Mei, ingat status mu ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Elsa Naila
kasian y mei
2021-11-15
0
Ꮪིᥰ⃝֟.𝄠༅$@NI
manjat ya tebing kembar yah...
2021-09-30
0