Anak Genius Ayah Mengejar Ibu
Tina Refalino, wanita yang tumbuh di keluarga sederhana dan sedang mengemban ilmu di kampus Stanford dari hasil jerih payahnya untuk bisa mendapatkan beasiswa. Ia mengambil jurusan education di usianya berumur 18 tahun. Dia sudah menjalankan dua semester di sana.
Tina saat ini sedang berhubungan dengan Brian Hamilthon dan memiliki sahabat bernama Elizabeth Immanuel Harisson. Dia dikenal sebagai wanita loyal dan sederhana.
Brian dan Tina di kenal sebagai sepasang kekasih yang sangat romantis. Membuat seluruh kampus disekitarnya merasa iri.
Setelah selesai mata kuliah, Brian mengajak Tina pergi ke Cafe Shop dekat kampus.
“Tina!”, panggil Brian sambil berlari menghampiri Tina dan Elizabeth yang sedang berjalan di lorong lalu langsung merangkul pundak milik Tina saat berjalan beriringan dengan Elizabeth.
“Ada apa?”, tanya Tina dalam rangkulannya.
“Yuk, ke Cafe sudah lama kita tidak makan macaron sambil menikmati kopi yang harum”, ajak Brian sambil berjalan.
“Itu ide bagus Tin”, ucap Elizabeth.
“Baiklah, tapi yang bayari kamu ya”, ucap Tina menunjuk Brian. Lalu Brian menganggukkan kepala.
“Eli kamu juga boleh ikut. Mumpung yang bayari Brian”, tawar Tina. Kemudian mereka berjalan beriringan menuju Cafe. Sampainya di Cafe, Tina meminta ijin ke toilet karena kebelet.
“Brian”, panggil Tina. “Aku ke toilet dahulu ya”, ucap Tina langsung berlari ke arah toilet yang telah diangguki oleh Brian.
Sembari Tina masih di toilet, Brian menarik tangan Elizabeth untuk duduk di pojokkan dekat tangga. Terus mereka bermesraan sebelum Tina kembali.
“Sweety, bersabarlah. Ini tidak akan lama, kita bisa bersama kembali setelah memanfaatkan uang jerih payah dia”, ucap Brian.
“Iya, aku juga mengerti kok”, ucap Elizabeth dengan mengusap pipi kiri Brian dan pria itu mencium tangan kiri Elizabeth dengan senyum hangat.
Beberapa lama kemudian Tina kembali dari toilet dan duduk bergabung dengan Brian bersama Elizabeth yang telah melepaskan genggaman tangan mereka.
“Brian, Eli, kok belum pesan?’, tanya Tina yang baru kembali.
“Kami menunggumu, sayang”, ucap Brian dengan mesra.
“Aku akan panggilkan mbak pelayan ke sini”, tawar Elizabeth.
“Mbak, mbak”, panggil Elizabeth. Mbak pelayan datang membawa papan menu untuk dipilih oleh pelanggan.
“Kami memilih tiga porsi macaron, dua kopi capuccino, dan satu kopi latte”, pesan Brian yang ditulis oleh mbak pelayan setelah diskusi memilih menu.
“Silahkan ditunggu”, ucap mbak pelayan dengan sopan dan mengundurkan diri.
“Sayang, besok malam kamu jemput ya. Aku siangnya mau jalan-jalan dengan Elizabeth pergi berbelanja gaun”, ucap Tina sambil merangkul lengan Brian.
“Tentu aku harus jemput kamu. Kan besok malam kamu yang jadi pasanganku”, senyum Brian lalu mengecup kening Tina.
“Thank you”, ucap Tina sambil mencium bibir Brian.
Elizabeth yang berada di tengah kemesraan mereka merasakan hawa cemburu. Namun dia harus menahannya seperti ucapan Brian. Di tengah kemesraan mereka, mbak pelayan datang membawa makanan dan minuman yang mereka pesan. Setelah menaruh semua hidangan, mbak pelayan mempersilahkan.
“Silahkan dinikmati”, ucapnya dengan sopan dan mengundurkan diri.
Brian, Tina, dan Elizabeth menikmati makanan dan minuman sesekali mereka mengobrol, meski di sana Elizabeth menjadi obat nyamuk mereka.
“Sayang coba macaron nya, biar aku suapi ya”, ucap Brian dengan romantis. Tina menerima suapan dari Brian. Sedangkan Elizabeth semakin lama hawa suhu tubuh mendidih. Ia ingin mengakhiri hubungan backstreet (kencan tersembunyi). Elizabeth hanya pasrah hingga akhirnya mengantar Tina pulang duluan.
Elizabeth lalu berpindah dari duduk di jok belakang sekarang duduk di samping Brian. Mereka menikmati kemesraan dengan berciuman di mobil dan di lanjutkan ke dalam hotel untuk melakukan hubungan terlarang.
Keesokan pagi Elizabeth terbangun karena cahaya yang menelisik di sela-sela jendela. Ia merenggangkan otot di tubuhnya dan melihat ke samping Brian sudah tidak ada. Elizabeth lalu membuka ponsel ada pesan chat dari Brian.
“Sweety, aku tinggal duluan, soalnya hari ini ada mata kuliah pagi sekali. Aku tidak tega membangunkanmu karena kelelahan. Sudah aku pesankan makanan. Saat kamu bangun hubungi pelayan membawakan makanan. Sudah aku bayar. Selamat menikmati sarapan pagimu. I love you💜”.
Elizabeth kemudian bergegas ke kamar mandi membersihkan badan lengketnya. Setelah itu sarapan yang di pesan dan menghubungi Tina.
“Hallo, Tina”, panggil Elizabeth
“Hallo”, jawab Tina di seberang sana
“Kita pergi ke swalayan pukul berapa?”, tanya Elizabeth yang sedang memandang pemandangan di luar.
“Pukul 10.00,ya”, jawab Tina yang sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya.
Setelah mengangkat telepon Tina kembali canda tawa dengan ibunya di ruang tamu. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 09.30, Tina bergegas bersiap-siap pergi ke Swalayan tempat pertemuan dia dengan Elizabeth. Butuh waktu lumayan lama akhirnya Tina sampai lalu membayar taxi dan menghampiri Elizabeth yang sudah sampai duluan. Mereka pergi ke pusat gaun, untuk persiapan pesta malam kampus yang diadakan di hotel Half moon bay.
“Tina ini gaunnya cocok buat kamu, warnanya polos dan indah sekali, coba kamu pakai”, saran Elizabeth
Tina lalu mencoba gaun yang disaran oleh Elizabeth. Saat keluar dia terlihat elegan dan cantik. Hingga Elizabeth memujinya.
“Wow, kamu cantik sekali”, Puji Elizabeth
“Thank you”, ucap Tina sambil memutar tubuhnya di cermin.
Lalu dilanjutkan Elizabeth mencoba gaun pesta yang ia pilih. Saat keluar dia sangat cantik dan sexy.
“Wah, kamu terlihat cantik dan sexy, Eli”, puji Tina dengan mulut ditutup ke dua tangan.
Setelah mereka menyelesaikan mencoba gaun. Tina pergi ke kasir membayar dua gaun yang telah mereka coba kemudian di lanjutkan makan dan kembali ke rumah masing-masing.
Malam harinya Tina di jemput Brian dengan memakai gaun yang polos. Mata Brian takjub dengan penampilan dari Tina yang cantik dan elegan.
“Wow, baby kamu sangat cantik malam ini”, puji Brian
“Thank you”, ucap Tina lalu mengecup pipi kanan Brian.
Sedangkan Elizabeth pergi ke pesta sendirian tanpa pasangan yang telah sampai duluan di hotel half moon bay. Ketika Tina dan Brian turun dari mobil dengan bergandeng tangan, banyak orang-orang disekitar dibuat takjub dengan kedatangan dua sejoli yang sering buat iri teman-teman di kampus. Malam ini mereka terlihat serasi bak pangeran dan putri cantik seperti di negeri dongeng.
Mereka mulai berbisik-bisik ketika Brian dan Tina lewat.
“Mereka serasi, bagaikan pangeran dan putri”, ucap salah satu perempuan bergaun hitam dengan rambut digulung ke atas.
“Wahh, bikin iri saja. Tiap hari di kampus mesra sekarang di pesta bagaikan orang dari negeri dongeng tampan dan cantik”, ucap wanita berambut pendek.
Pada saat mereka sedang di puja-puja, Elizabeth yang berada di pojokkan merasa cemburu dan hawa panas menjalar di tubuh. Elizabeth tidak dapat menahannya, Ia langsung pergi ke toilet dengan membuka pintu dengan kasar, “brakk”, orang yang berada di sekitarnya kaget. Orang-orang yang berada di kamar mandi sedang bergosip, memuji Brian dan Tina , mereka lalu pergi saat melihat mata Elizabeth yang menyalang di toilet sendirian. Dia mengusap wajahnya dengan air, “cpluk..,cpluk..,cpluk”,lalu memandang riasan di wajahnya yang sudah mulai tidak karuan.
Selagi Tina sedang mengobrol dengan teman-temannya yang lain, Brian diam-diam menemui Elizabeth yang diikuti oleh Grace sahabat kecil yang telah dicampakkan oleh Tina, hanya demi Brian dan Elizabeth yang baru ia temui dibanding percaya dengannya. Brian mengetuk pintu toilet perempuan.
“Tok..,tok..,tok..,”ketukan tiga kali dari luar namun Elizabet tidak menggubris, malah dia asyik merapikan riasan yang berantakan karena dirinya sendiri.
“Eli! Eli! Eli!”, panggil Brian dengan lirih.
Selesai menata rias Elizabeth keluar dari kamar mandi dan di kejutkan oleh Brian dibalik pintu toilet perempuan.
“Apa yang sedang kau lakukan disini?”, bisik Elizabeth.
“Aku merindukanmu, sweety”, ucap Brian sambil mencium bibirnya.
“Jika ada yang lihat dan mengadu pada Tina bagaimana”, ucap Elizabeth yang tampak khawatir.
“Tidak akan baby”, ucap Brian dan kembali mencium dengan dalam lalu melepaskan ciuman dan menarik Elizabeth untuk meninggalkan pesta dengan naik lift. Tetapi Elizabeth bingung.
“Kau mau membawaku ke mana?”, tanya Elizabet pelan.
“Kita akan menikmati surga dunia baby”, ucap Brian.
Grace yang sedang mengikuti diam-diam melihat mereka naik ke lantai atas yaitu kamar hotel. Ia terus mencari tahu dimana mereka akan melakukan hubungan terlarang.
Grace melihat Brian masuk ke kamar hotel 209 dengan berciuman bersama Elizabet. Lalu ia langsung bergegas ke bawah dimana Tina berada. Grace mencari Tina dengan bertanya teman-temannya satu persatu.
“Hei kau, lihat Tina tidak?”
“Tidak”
“Kamu lihat Tina?”,
“Tidak”
Grace sudah berusaha mencari tapi tidak ada yang melihat Tina. “Ke mana dia pergi”, batinnya dengan tangan kanan di pinggang sambil menoleh ke kanan-kiri. Akhirnya ia menemukan Tina yang sedang bingung mencari Brian.
Grace langsung menghampiri Tina dan menarik tangan Tina. Kemudian Tina kaget dan heran dengan sahabatnya yang sudah putus.
“Ada apa?”, kesal Tina
“Aku mau membuktikan bahwa mata sahabat sejatimu tidak pernah salah. Pokoknya kamu ikut aku”, ucap Grace dengan menarik lengan Tina dan ia meronta dengan menghempaskan tangan Grace yang mencekal lengannya.
“Kenapa sih kamu selalu berprasangka buruk? Mereka itu hanya teman dekat. Apa salahnya mereka selalu dekat. Aku jadi pacarnya saja tenang..”, jeda Tina
“Sudahlah jangan meributkan prasangka burukmu. Lebih baik buang itu pikiran burukmu”, lanjut Tina dengan kesal. Saat akan melangkah meninggalkan Grace, tangan Tina dicekal dan Grace memohon.
“Tina aku mohon, kamu percaya kali ini saja, please”, ucap Grace memohon. Pada akhirnya Tina mengikuti Grace sesuai kata hatinya.
Setelah mendapatkan kunci dari resepsionis dengan bantuan Jack pemilik hotel ini. Ia bisa membongkar kebusukan mereka terhadap Tina.
“Tina, kamu harus tarik nafas dahulu deh. Biar gak terlalu syok”, bisik Grace.
“Cepetan aku mau lihat”, ucap Tina dengan terburu-buru.
Grace membuka dengan kunci, “cklek”, lalu tiba-tiba Tina membuka dengan kasar, “brakk”, ia melihat adegan bermadu kasih. Tina syok dan menangis dalam bekapkan dua tangan, sedangkan Grace mematung melihat adegan yang tidak patut untuk dipandang.
Tina berteriak, “Brian!”, panggilan suara keras dari mulut Tina di belakangnya.
Elizabeth terkejut melihat Tina menangis di depan mereka. Dia menyuruh Brian berhenti. Elizabeth menutupi tubuhnya dan Brian terlonjak dari ranjang. Tina mulai menangis dalam diam lalu menampar pipi kanan Brian, “plakk”.
“Kenapa...kalian tega melakukan...ini?”, tanya Tina sambil menangis.
“Melakukan apa? Aku sudah bosan dengan kebodohanmu. Aku lebih menyukai Elizabeth karena dia wanita yang mau melakukan yang ingin apa yang tidak pernah kau berikan”, ucap Brian tanpa dosa.
“Kalian tega...!, Keterlaluan!...”, teriak serak Tina karena menangis. Tina lalu meninggalkan mereka dengan terus berlari tanpa menghiraukan orang-orang yang sedang menikmati pesta hingga sepanjang jalan yang ia tapaki. Hingga menemukan sebuah gedung diskotik nan megah.
Ia menapaki tempat yang harusnya dia hindari. Namun tidak peduli entah persetan apa, Tina masuk mendengarkan dentuman musik lalu dia duduk disebalah laki-laki dengan jarak satu bangku. Tina memesan minuman keras tiga botol. Setelah diantar ia langsung meminum dengan setengah teguk, “gluk, gluk, gluk”,dan dia merasakan panas di tenggorokan dan pahit dilidah. Namun dia tidak peduli, Tina tetap meminum hingga habis tiga botol. Lalu ia mengumpat segala kebusukan mereka.
“Ka..kalian ja..hat, gak pu..nya ha..ti. Aku doa’ kan kalian masuk ne... neraka!!!”, umpat Tina dengan diakhiri suara histeris. Lalu ia berjalan sempoyongan menggoda beberapa pria disekitarnya hingga pria tua.
“Kau laki...la..ki penuh kotoran.... yang suka menyakiti perempuan.. atau akunya yang bodoh... “, ucap Tina sambil menarik kerah pria yang ditakuti oleh banyak orang karena ia seorang mafia berkuasa di California.
Tina lalu melepaskan kerahnya dan berlari sempoyongan ke laki-laki tua yang perutnya buncit.
“Ka..hik.. Ka...kau mau menemaniku, sayang”, goda Tina.
“Jika kau mau, mari ikut aku”, ucap pria buncit yang kelaparan dengan mencekal lengan Tina.
Pria berkemeja putih menikmati tingkah Tina yang sempoyongan berjalan bertingkah sana sini dengan tersenyum tipis yang tidak terlihat oleh siapa pun. Pria itu bernama Thomas. Ketika Thomas menikmati tingkah bodoh gadis itu tiba-tiba ia tidak suka dengan mata pria tua itu dengan menarik lengan Tina. Lantas Thomas beranjak dari duduknya dan menarik Tina untuk menghentikan tingkah liarnya yang bodoh. Pria tua itu tidak dapat berkutik karena ia tahu siapa itu Thomas jadi dia mengalah jika sayang dengan hidupnya.
Kemudian laki-laki bermata menyalang seperti elang menarik dan membawanya ke hotel “Ayo, kita pergi dari sini”, tarik Thomas dengan kasar dan gadis itu meronta, “Lepasin!”, dengan menghempaskan tangannya dan botol terjatuh, “pyarr”, membuat seluruh pengunjung kaget. Lalu Thomas dan Tina menjadi pusat perhatian membuat Thomas harus terpaksa menggendongnya seperti karung beras dan sedikit pukulan dari Tina juga teriakan minta lepas.
Sesampainya di hotel dekat diskotik, Thomas melempar tubuhnya di ranjang empuk dan Tina sedikit merintih. Lalu ia bangun dengan merancau, “maukah kau tidur bersamaku”. Thomas hanya diam dan pergi meninggalkannya namun tiba-tiba Tina memeluk dengan tangan nakalnya. Membuat Thomas terbangun dari hawa panas di tubuhnya.
“Hai sweety, akan aku kabulkan”, bisik Thomas dan membawa Tina ke tempat tidur lalu mereka berciuman dengan dalam yang nikmat bagi mereka hingga pagi hari.
Sinar mentari menelisik di sela-sela jendela membuat Tina terbangun dari alam bawah sadar dengan merenggangkan otot-otot yang hampir remuk. Ketika menoleh ke kanan, Tina terkejut melihat sosok laki-laki yang tidur di sampingnya. Lalu Tina melihat di balik selimut dengan tubuh tanpa sehelai kain. Kemudian menangis terisak dengan membekap mulutnya. Karena dia sudah mengecewakan kedua orang tuanya yang telah membesarkan dirinya.
Setelah menangis meratapi kehancuran dirinya, Tina diam-diam pergi meninggalkan pria itu di ranjang dengan berjalan tertatih akibat perbuatan semalam dan pulang dengan mengendap-endap agar orang tuanya tidak memergoki. Namun untungnya mereka pergi. Sedangkan Thomas masih terbaring di ranjang
Tina melarikan diri dengan meninggalkan sepucuk surat untuk orang tuanya dari negaranya California untuk mengurung diri agar tidak di ketahui siapa pun jika ia hamil mengandung anak laki-laki dari orang yang tidak dikenalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Supartini
nyimak
2024-02-17
0
Umar
halue bnget smua novel kloe lgi galoe pelarian ke clueb n brkhir di kamar ho
2022-06-21
0
setiaman
menggunting dalam lipatan
2022-04-22
0