Tina Refalino, wanita yang tumbuh di keluarga sederhana dan sedang mengemban ilmu di kampus Stanford dari hasil jerih payahnya untuk bisa mendapatkan beasiswa. Ia mengambil jurusan education di usianya berumur 18 tahun. Dia sudah menjalankan dua semester di sana.
Tina saat ini sedang berhubungan dengan Brian Hamilthon dan memiliki sahabat bernama Elizabeth Immanuel Harisson. Dia dikenal sebagai wanita loyal dan sederhana.
Brian dan Tina di kenal sebagai sepasang kekasih yang sangat romantis. Membuat seluruh kampus disekitarnya merasa iri.
Setelah selesai mata kuliah, Brian mengajak Tina pergi ke Cafe Shop dekat kampus.
“Tina!”, panggil Brian sambil berlari menghampiri Tina dan Elizabeth yang sedang berjalan di lorong lalu langsung merangkul pundak milik Tina saat berjalan beriringan dengan Elizabeth.
“Ada apa?”, tanya Tina dalam rangkulannya.
“Yuk, ke Cafe sudah lama kita tidak makan macaron sambil menikmati kopi yang harum”, ajak Brian sambil berjalan.
“Itu ide bagus Tin”, ucap Elizabeth.
“Baiklah, tapi yang bayari kamu ya”, ucap Tina menunjuk Brian. Lalu Brian menganggukkan kepala.
“Eli kamu juga boleh ikut. Mumpung yang bayari Brian”, tawar Tina. Kemudian mereka berjalan beriringan menuju Cafe. Sampainya di Cafe, Tina meminta ijin ke toilet karena kebelet.
“Brian”, panggil Tina. “Aku ke toilet dahulu ya”, ucap Tina langsung berlari ke arah toilet yang telah diangguki oleh Brian.
Sembari Tina masih di toilet, Brian menarik tangan Elizabeth untuk duduk di pojokkan dekat tangga. Terus mereka bermesraan sebelum Tina kembali.
“Sweety, bersabarlah. Ini tidak akan lama, kita bisa bersama kembali setelah memanfaatkan uang jerih payah dia”, ucap Brian.
“Iya, aku juga mengerti kok”, ucap Elizabeth dengan mengusap pipi kiri Brian dan pria itu mencium tangan kiri Elizabeth dengan senyum hangat.
Beberapa lama kemudian Tina kembali dari toilet dan duduk bergabung dengan Brian bersama Elizabeth yang telah melepaskan genggaman tangan mereka.
“Brian, Eli, kok belum pesan?’, tanya Tina yang baru kembali.
“Kami menunggumu, sayang”, ucap Brian dengan mesra.
“Aku akan panggilkan mbak pelayan ke sini”, tawar Elizabeth.
“Mbak, mbak”, panggil Elizabeth. Mbak pelayan datang membawa papan menu untuk dipilih oleh pelanggan.
“Kami memilih tiga porsi macaron, dua kopi capuccino, dan satu kopi latte”, pesan Brian yang ditulis oleh mbak pelayan setelah diskusi memilih menu.
“Silahkan ditunggu”, ucap mbak pelayan dengan sopan dan mengundurkan diri.
“Sayang, besok malam kamu jemput ya. Aku siangnya mau jalan-jalan dengan Elizabeth pergi berbelanja gaun”, ucap Tina sambil merangkul lengan Brian.
“Tentu aku harus jemput kamu. Kan besok malam kamu yang jadi pasanganku”, senyum Brian lalu mengecup kening Tina.
“Thank you”, ucap Tina sambil mencium bibir Brian.
Elizabeth yang berada di tengah kemesraan mereka merasakan hawa cemburu. Namun dia harus menahannya seperti ucapan Brian. Di tengah kemesraan mereka, mbak pelayan datang membawa makanan dan minuman yang mereka pesan. Setelah menaruh semua hidangan, mbak pelayan mempersilahkan.
“Silahkan dinikmati”, ucapnya dengan sopan dan mengundurkan diri.
Brian, Tina, dan Elizabeth menikmati makanan dan minuman sesekali mereka mengobrol, meski di sana Elizabeth menjadi obat nyamuk mereka.
“Sayang coba macaron nya, biar aku suapi ya”, ucap Brian dengan romantis. Tina menerima suapan dari Brian. Sedangkan Elizabeth semakin lama hawa suhu tubuh mendidih. Ia ingin mengakhiri hubungan backstreet (kencan tersembunyi). Elizabeth hanya pasrah hingga akhirnya mengantar Tina pulang duluan.
Elizabeth lalu berpindah dari duduk di jok belakang sekarang duduk di samping Brian. Mereka menikmati kemesraan dengan berciuman di mobil dan di lanjutkan ke dalam hotel untuk melakukan hubungan terlarang.
Keesokan pagi Elizabeth terbangun karena cahaya yang menelisik di sela-sela jendela. Ia merenggangkan otot di tubuhnya dan melihat ke samping Brian sudah tidak ada. Elizabeth lalu membuka ponsel ada pesan chat dari Brian.
“Sweety, aku tinggal duluan, soalnya hari ini ada mata kuliah pagi sekali. Aku tidak tega membangunkanmu karena kelelahan. Sudah aku pesankan makanan. Saat kamu bangun hubungi pelayan membawakan makanan. Sudah aku bayar. Selamat menikmati sarapan pagimu. I love you💜”.
Elizabeth kemudian bergegas ke kamar mandi membersihkan badan lengketnya. Setelah itu sarapan yang di pesan dan menghubungi Tina.
“Hallo, Tina”, panggil Elizabeth
“Hallo”, jawab Tina di seberang sana
“Kita pergi ke swalayan pukul berapa?”, tanya Elizabeth yang sedang memandang pemandangan di luar.
“Pukul 10.00,ya”, jawab Tina yang sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya.
Setelah mengangkat telepon Tina kembali canda tawa dengan ibunya di ruang tamu. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 09.30, Tina bergegas bersiap-siap pergi ke Swalayan tempat pertemuan dia dengan Elizabeth. Butuh waktu lumayan lama akhirnya Tina sampai lalu membayar taxi dan menghampiri Elizabeth yang sudah sampai duluan. Mereka pergi ke pusat gaun, untuk persiapan pesta malam kampus yang diadakan di hotel Half moon bay.
“Tina ini gaunnya cocok buat kamu, warnanya polos dan indah sekali, coba kamu pakai”, saran Elizabeth
Tina lalu mencoba gaun yang disaran oleh Elizabeth. Saat keluar dia terlihat elegan dan cantik. Hingga Elizabeth memujinya.
“Wow, kamu cantik sekali”, Puji Elizabeth
“Thank you”, ucap Tina sambil memutar tubuhnya di cermin.
Lalu dilanjutkan Elizabeth mencoba gaun pesta yang ia pilih. Saat keluar dia sangat cantik dan sexy.
“Wah, kamu terlihat cantik dan sexy, Eli”, puji Tina dengan mulut ditutup ke dua tangan.
Setelah mereka menyelesaikan mencoba gaun. Tina pergi ke kasir membayar dua gaun yang telah mereka coba kemudian di lanjutkan makan dan kembali ke rumah masing-masing.
Malam harinya Tina di jemput Brian dengan memakai gaun yang polos. Mata Brian takjub dengan penampilan dari Tina yang cantik dan elegan.
“Wow, baby kamu sangat cantik malam ini”, puji Brian
“Thank you”, ucap Tina lalu mengecup pipi kanan Brian.
Sedangkan Elizabeth pergi ke pesta sendirian tanpa pasangan yang telah sampai duluan di hotel half moon bay. Ketika Tina dan Brian turun dari mobil dengan bergandeng tangan, banyak orang-orang disekitar dibuat takjub dengan kedatangan dua sejoli yang sering buat iri teman-teman di kampus. Malam ini mereka terlihat serasi bak pangeran dan putri cantik seperti di negeri dongeng.
Mereka mulai berbisik-bisik ketika Brian dan Tina lewat.
“Mereka serasi, bagaikan pangeran dan putri”, ucap salah satu perempuan bergaun hitam dengan rambut digulung ke atas.
“Wahh, bikin iri saja. Tiap hari di kampus mesra sekarang di pesta bagaikan orang dari negeri dongeng tampan dan cantik”, ucap wanita berambut pendek.
Pada saat mereka sedang di puja-puja, Elizabeth yang berada di pojokkan merasa cemburu dan hawa panas menjalar di tubuh. Elizabeth tidak dapat menahannya, Ia langsung pergi ke toilet dengan membuka pintu dengan kasar, “brakk”, orang yang berada di sekitarnya kaget. Orang-orang yang berada di kamar mandi sedang bergosip, memuji Brian dan Tina , mereka lalu pergi saat melihat mata Elizabeth yang menyalang di toilet sendirian. Dia mengusap wajahnya dengan air, “cpluk..,cpluk..,cpluk”,lalu memandang riasan di wajahnya yang sudah mulai tidak karuan.
Selagi Tina sedang mengobrol dengan teman-temannya yang lain, Brian diam-diam menemui Elizabeth yang diikuti oleh Grace sahabat kecil yang telah dicampakkan oleh Tina, hanya demi Brian dan Elizabeth yang baru ia temui dibanding percaya dengannya. Brian mengetuk pintu toilet perempuan.
“Tok..,tok..,tok..,”ketukan tiga kali dari luar namun Elizabet tidak menggubris, malah dia asyik merapikan riasan yang berantakan karena dirinya sendiri.
“Eli! Eli! Eli!”, panggil Brian dengan lirih.
Selesai menata rias Elizabeth keluar dari kamar mandi dan di kejutkan oleh Brian dibalik pintu toilet perempuan.
“Apa yang sedang kau lakukan disini?”, bisik Elizabeth.
“Aku merindukanmu, sweety”, ucap Brian sambil mencium bibirnya.
“Jika ada yang lihat dan mengadu pada Tina bagaimana”, ucap Elizabeth yang tampak khawatir.
“Tidak akan baby”, ucap Brian dan kembali mencium dengan dalam lalu melepaskan ciuman dan menarik Elizabeth untuk meninggalkan pesta dengan naik lift. Tetapi Elizabeth bingung.
“Kau mau membawaku ke mana?”, tanya Elizabet pelan.
“Kita akan menikmati surga dunia baby”, ucap Brian.
Grace yang sedang mengikuti diam-diam melihat mereka naik ke lantai atas yaitu kamar hotel. Ia terus mencari tahu dimana mereka akan melakukan hubungan terlarang.
Grace melihat Brian masuk ke kamar hotel 209 dengan berciuman bersama Elizabet. Lalu ia langsung bergegas ke bawah dimana Tina berada. Grace mencari Tina dengan bertanya teman-temannya satu persatu.
“Hei kau, lihat Tina tidak?”
“Tidak”
“Kamu lihat Tina?”,
“Tidak”
Grace sudah berusaha mencari tapi tidak ada yang melihat Tina. “Ke mana dia pergi”, batinnya dengan tangan kanan di pinggang sambil menoleh ke kanan-kiri. Akhirnya ia menemukan Tina yang sedang bingung mencari Brian.
Grace langsung menghampiri Tina dan menarik tangan Tina. Kemudian Tina kaget dan heran dengan sahabatnya yang sudah putus.
“Ada apa?”, kesal Tina
“Aku mau membuktikan bahwa mata sahabat sejatimu tidak pernah salah. Pokoknya kamu ikut aku”, ucap Grace dengan menarik lengan Tina dan ia meronta dengan menghempaskan tangan Grace yang mencekal lengannya.
“Kenapa sih kamu selalu berprasangka buruk? Mereka itu hanya teman dekat. Apa salahnya mereka selalu dekat. Aku jadi pacarnya saja tenang..”, jeda Tina
“Sudahlah jangan meributkan prasangka burukmu. Lebih baik buang itu pikiran burukmu”, lanjut Tina dengan kesal. Saat akan melangkah meninggalkan Grace, tangan Tina dicekal dan Grace memohon.
“Tina aku mohon, kamu percaya kali ini saja, please”, ucap Grace memohon. Pada akhirnya Tina mengikuti Grace sesuai kata hatinya.
Setelah mendapatkan kunci dari resepsionis dengan bantuan Jack pemilik hotel ini. Ia bisa membongkar kebusukan mereka terhadap Tina.
“Tina, kamu harus tarik nafas dahulu deh. Biar gak terlalu syok”, bisik Grace.
“Cepetan aku mau lihat”, ucap Tina dengan terburu-buru.
Grace membuka dengan kunci, “cklek”, lalu tiba-tiba Tina membuka dengan kasar, “brakk”, ia melihat adegan bermadu kasih. Tina syok dan menangis dalam bekapkan dua tangan, sedangkan Grace mematung melihat adegan yang tidak patut untuk dipandang.
Tina berteriak, “Brian!”, panggilan suara keras dari mulut Tina di belakangnya.
Elizabeth terkejut melihat Tina menangis di depan mereka. Dia menyuruh Brian berhenti. Elizabeth menutupi tubuhnya dan Brian terlonjak dari ranjang. Tina mulai menangis dalam diam lalu menampar pipi kanan Brian, “plakk”.
“Kenapa...kalian tega melakukan...ini?”, tanya Tina sambil menangis.
“Melakukan apa? Aku sudah bosan dengan kebodohanmu. Aku lebih menyukai Elizabeth karena dia wanita yang mau melakukan yang ingin apa yang tidak pernah kau berikan”, ucap Brian tanpa dosa.
“Kalian tega...!, Keterlaluan!...”, teriak serak Tina karena menangis. Tina lalu meninggalkan mereka dengan terus berlari tanpa menghiraukan orang-orang yang sedang menikmati pesta hingga sepanjang jalan yang ia tapaki. Hingga menemukan sebuah gedung diskotik nan megah.
Ia menapaki tempat yang harusnya dia hindari. Namun tidak peduli entah persetan apa, Tina masuk mendengarkan dentuman musik lalu dia duduk disebalah laki-laki dengan jarak satu bangku. Tina memesan minuman keras tiga botol. Setelah diantar ia langsung meminum dengan setengah teguk, “gluk, gluk, gluk”,dan dia merasakan panas di tenggorokan dan pahit dilidah. Namun dia tidak peduli, Tina tetap meminum hingga habis tiga botol. Lalu ia mengumpat segala kebusukan mereka.
“Ka..kalian ja..hat, gak pu..nya ha..ti. Aku doa’ kan kalian masuk ne... neraka!!!”, umpat Tina dengan diakhiri suara histeris. Lalu ia berjalan sempoyongan menggoda beberapa pria disekitarnya hingga pria tua.
“Kau laki...la..ki penuh kotoran.... yang suka menyakiti perempuan.. atau akunya yang bodoh... “, ucap Tina sambil menarik kerah pria yang ditakuti oleh banyak orang karena ia seorang mafia berkuasa di California.
Tina lalu melepaskan kerahnya dan berlari sempoyongan ke laki-laki tua yang perutnya buncit.
“Ka..hik.. Ka...kau mau menemaniku, sayang”, goda Tina.
“Jika kau mau, mari ikut aku”, ucap pria buncit yang kelaparan dengan mencekal lengan Tina.
Pria berkemeja putih menikmati tingkah Tina yang sempoyongan berjalan bertingkah sana sini dengan tersenyum tipis yang tidak terlihat oleh siapa pun. Pria itu bernama Thomas. Ketika Thomas menikmati tingkah bodoh gadis itu tiba-tiba ia tidak suka dengan mata pria tua itu dengan menarik lengan Tina. Lantas Thomas beranjak dari duduknya dan menarik Tina untuk menghentikan tingkah liarnya yang bodoh. Pria tua itu tidak dapat berkutik karena ia tahu siapa itu Thomas jadi dia mengalah jika sayang dengan hidupnya.
Kemudian laki-laki bermata menyalang seperti elang menarik dan membawanya ke hotel “Ayo, kita pergi dari sini”, tarik Thomas dengan kasar dan gadis itu meronta, “Lepasin!”, dengan menghempaskan tangannya dan botol terjatuh, “pyarr”, membuat seluruh pengunjung kaget. Lalu Thomas dan Tina menjadi pusat perhatian membuat Thomas harus terpaksa menggendongnya seperti karung beras dan sedikit pukulan dari Tina juga teriakan minta lepas.
Sesampainya di hotel dekat diskotik, Thomas melempar tubuhnya di ranjang empuk dan Tina sedikit merintih. Lalu ia bangun dengan merancau, “maukah kau tidur bersamaku”. Thomas hanya diam dan pergi meninggalkannya namun tiba-tiba Tina memeluk dengan tangan nakalnya. Membuat Thomas terbangun dari hawa panas di tubuhnya.
“Hai sweety, akan aku kabulkan”, bisik Thomas dan membawa Tina ke tempat tidur lalu mereka berciuman dengan dalam yang nikmat bagi mereka hingga pagi hari.
Sinar mentari menelisik di sela-sela jendela membuat Tina terbangun dari alam bawah sadar dengan merenggangkan otot-otot yang hampir remuk. Ketika menoleh ke kanan, Tina terkejut melihat sosok laki-laki yang tidur di sampingnya. Lalu Tina melihat di balik selimut dengan tubuh tanpa sehelai kain. Kemudian menangis terisak dengan membekap mulutnya. Karena dia sudah mengecewakan kedua orang tuanya yang telah membesarkan dirinya.
Setelah menangis meratapi kehancuran dirinya, Tina diam-diam pergi meninggalkan pria itu di ranjang dengan berjalan tertatih akibat perbuatan semalam dan pulang dengan mengendap-endap agar orang tuanya tidak memergoki. Namun untungnya mereka pergi. Sedangkan Thomas masih terbaring di ranjang
Tina melarikan diri dengan meninggalkan sepucuk surat untuk orang tuanya dari negaranya California untuk mengurung diri agar tidak di ketahui siapa pun jika ia hamil mengandung anak laki-laki dari orang yang tidak dikenalnya.
Setelah enam tahun kemudian Tina sedang bermain bersama si malaikat kecil bernama Felix Alexander dan Keenan seorang malaikat pelindung bagi Tina karena waktu hamil sendirian ia yang selalu menjaganya.
“Ayo Felix, lempar bolanya ke momy kamu”, ajak Tina yang tiba-tiba ikut bermain.
“No, mom. Nanti kena wajah momy, terus momy menangis”, ejek Felix
“Berhentilah menggoda momy kamu, Felix”, ucap Keenan.
“Tapi itu betulkan mom”, ejek Felix dengan menjulurkan lidahnya, “blee”.
“Awas ya, momy tangkap”, ancam Tina.
Felix dan Tina kejar-kejaran dengan bersembunyi di tubuh Keenan. Membuat Keenan kewalahan melihat mereka yang saling melempar ejekan.
“Keenan minggirlah, aku ingin sekali-kali memukul bokongnya”, ucap Tina sambil memperlihatkan telapak tangan pada Felix.
“Coba momy kejar aku”, ejek Felix kembali dengan memegang kaos milik Keenan.
“Sudahlah”, ucap Keenan dengan pasrah lalu menggendong Felix dan ia tertawa terbahak-bahak. Kemudian Tina menggelitik tubuh Felix hingga perutnya sakit.
Setelah bermain dan canda tawa, Tina menyuruh mereka untuk membersihkan badan. Sedangkan Tina membuatkan minuman jeruk dan camilan buah-buahan seperti semangka, kiwi, dan apel.
Felix keluar dari kamarnya menuju meja makan dengan menggeser kursinya untuk menikmati camilan dan jus buatan Tina dan tidak lama Felix keluar, disusul oleh Keenan ikut menikmati camilan dan minuman yang dibuat oleh Tina.
“ahhh, segarnya minuman dengan di temani camilan buah-buahan”, ucap Keenan.
“Iya dong uncle, siapa dulu yang menyiapkan hidangan ini”, puji Felix.
Tina menyahut pujian dari Felix, “Iya dong, momynya siapa dulu”, ucap Tina dengan kepedean.
Keenan, Felix, dan Tina saling menertawakan. Setelah itu mereka berkumpul di ruang tengah menonton tv yang sudah di perbaiki oleh Felix sang genius. Felix bangga dengan kepintaran yang dimilikinya. Terkadang Tina meminta bantuan Felix untuk membenahi ponselnya.
Jam makan malam telah tiba, Tina pergi ke dapur memanaskan makanan. Sedangkan Keenan dan Felix asyik menonton film detektif. Mereka berdua memiliki kesamaan sama-sama menyukai film action dan detektif. Seperti karakter Felix suka memecahkan masalah dan ia juga suka pandai berhitung cepat. Tina terkadang sering tidak percaya bahwa anaknya benar-benar seperti ilmuan.
Semua hidangan telah selesai disiapkan. Tina memanggil Keenan dan Felix. Lalu mereka menikmati makan malam bersama dengan di selingi beberapa gurauan.
“Felix! Keenan! Ayo, makan. Makan malamnya sudah siap!”, teriak Tina
“Ya, mom!”, jawab Felix yang langsung menghampiri Tina ke meja makan bersama Keenan.
Kemudian Felix membuka suara setelah menelan makanan yang ia kunyah.
“Mom”, panggil Felix
“Ya, Felix”, ucap Tina
“Aku mau minta izin pergi ke pasar malam bersama aunty Rosy dan Audrey”, ucapnya
“Momy izinkan, sayang”, ucap Tina
“Apa momy mau ikut, juga?”, tanya Felix dengan menawarkan kepadanya.
“Lihat nanti saja, sayang”, ucap Tina.
“Jika kamu ikut mungkin..”, jeda Keenan sambil menggaruk tengkuk tidak gatal, “ mungkin aku bisa menemanimu”, lanjutnya.
“Boleh uncle, malah tambah seru ke pasar malam. Momy pasti akan ikut kok”, ucap Felix dengan senang.
Setelah makan malam selesai Felix sedang membantu kak Laura memecahkan hitungan akuntansi tugas dari sekolahnya. Laura meminta bantuan dari Felix setiap kali ia tidak bisa mengerjakan sendiri dengan lewat jendela kamar Felix. Laura dan Felix diam-diam membuat tangga di area pekarangan milik Laura dan di bantu oleh kakek Mark tetangga kami. Setiap kali Felix membantu, dia meminta upah uang dari Laura, untuk ia kumpulkan buat mendapatkan laptop canggih untuk dia mainkan. Laura juga tidak hanya memberikan Felix upah namun dia juga memberikan lego untuk mengasah otaknya yang cerdas itu.
“Tuk, tuk, tuk”, ketukan dari jendela luar. Felix yang sedang asyik memainkan komputernya terganggu dengan suara ketukan jendela.
“Felix! Felix!!”, panggil Lauren dua kali dengan suara pelan. Felix menghampiri Laura dan membukakan jendela kamarnya. Lalu Laura masuk dengan membawa camilan, laptop, dan buku.
“Felix, biasa..”, ucapnya dengan menaruh buku dan laptop di lantai juga mengeluarkan camilan yang ia bawa.
“Bantulah aku, akan aku berikan upah dua kali lipat. Saat ini aku sedang bermurah hati. Karena daddyku sedang memberikan gajinya kepadaku, sebab semua ini berkat si kecil genius ini”, ucap Laura sambil mencubit dua pipi gembilnya dengan gemas lalu melepaskannya.
Laura memperlihatkan buku tebal cara menghitung angka-angka dalam akuntansi kepada Felix. Lalu ia mencoba memperhatikan dan memahami cara-cara menghitung lewat laptop yang dibawa oleh Laura, yang sejak tadi mengkraus camilan chikinya dan remahan-remahan terjatuh di lantai. Setelah mengerti, Felix mencoba mengaplikasikan kepada Laura agar ia dapat memahami. Meski Laura sedikit bosan namun ia harus berusaha untuk bisa mengerjakan walaupun Felix sedikit kesal dengan Laura, karena beberapa kali penjelasan ia tidak bisa memahami dan pada akhirnya dia mengerti setelah lima kali penjelasan sampai laptopnya hampir kehabisan daya.
Beberapa jam kemudian akhirnya Laura merasa lega, telah menyelesaikan tugas kuliahnya dengan dibantu si anak super. Lalu Laura memberikan upah sesuai janjinya dan Felix menyimpannya di dalam tabung kecil yang diberikan oleh nenek Lily.
“Uhhh.. Leganya. Aku bisa menyelesaikan dengan baik. Thank you, Felix”, ucap Laura.
“Sama-sama kak”, ucap Felix tulus.
“Aku harus kembali ke rumah dahulu, ya Felix. Soalnya aku mau party di hari weekend ini ke diskotik. Bye”, ucap Laura setelah mengemaskan barang-barangnya dan membersihkan remasan makanan di lantai kamar milik Felix.
Setelah berkutat di kamar dengan Laura dua jam lebih, ia keluar mengambil air minum karena haus. Terus Felix ikut bergabung dengan Keenan yang sedang berkutat dengan komputer miliknya. Felix mencoba memanggil setelah ia duduk di sofa single dengan mengambil remotenya.
“ Uncle”, panggil Felix, “Kau sedang apa?”, tanyanya duduk di sofa single sambil menonton siaran tv malam.
“Hei Felix, kamu kok belum tidur?”, tanya Keenan.
“Aku tidak bisa tidur uncle karena malam ini ada film detektif yang dimainkan oleh Thom Cruise meski hanya siaran ulang”, ucap Felix.
“Uncle sedang apa?”, tanya Felix kembali.
“Ini Uncle mencoba memperbaiki komputernya dan keyboard yang rusak”, ucap Keenan.
“Apa ada yang bisa Felix bantuin?”, tanyanya.
Felix mencoba menghampiri Keenan dan melihat kerusakan pada komputer milik Keenan.
“Coba Felix lihat”, ucap Felix dan Keenan sedikit menggeser tempat duduknya.
“Apa kamu bisa?”, tanya Keenan dengan ragu meski dia tahu kecerdasan Felix lebih baik darinya.
“Oh tentu uncle, jangan meragukan aku yang ganteng dan pintar ini”, ucap Felix dengan memuji dirinya sendiri dan Keenan terkekeh dengan pujian untuknya sendiri.
Pada saat ini Felix sedang serius membenarkan komputer milik pamanya yaitu Keenan di ruang tengah. Keenan sebagai pamannya sangat bangga dengan kecerdasannya dalam memperbaiki barang elektronik dengan tangan mungilnya yang lincah itu.
Dia bahkan memiliki daya ingat yang tajam dan pintar menghitung pelajaran matematikanya secara cepat. Dengan kepintaran dalam otaknya itu menurun dari ayahnya yang tidak di ketahui.
Ketika Felix sedang memperbaiki komputer milik Keenan. Kini Tina telah menyelesaikan pekerjaan dan mengobrol dengan Grace. Lalu ia keluar mengambil minum air putih untuk membasahi rasa dahaga. Pada saat sedang lewat, Tina menemukan Felix yang belum tidur dan Keenan yang sedang mengotak atik komputer. Ia kemudian menghampiri mereka yang sedang serius memperbaiki komputernya.
“Felix”, panggil Tina dan Felix menoleh bersamaan dengan Keenan, “sayang, kamu kok belum tidur ini sudah tengah malam”, ucap Tina.
“Sebentar lagi, aku akan menyelesaikan komputer milik uncle dahulu”, ucap Felix yang sedang serius menjajal komputer yang sudah ia perbaiki.
Lalu Tina ikut bergabung setelah mengambil minum.
“I’m sorry Tina, aku telah membuat Felix melewatkan jam tidurnya”, sesal Keenan di samping Felix.
“No uncle, Felix yang menawarkan diri. Jadi, uncle tidak perlu merasa bersalah. Karena Felix juga tidak bisa tidur. Daripada aku dikamar bosan karena berbaring sana-sini tapi mata masih terjaga membuatku menjadi boring lebih baik aku membantu uncle”, ucap Felix yang akhirnya sudah menyelesaikan pekerjaannya dalam membantu Keenan memperbaiki komputernya. Lalu ia mengambil minum dengan nafas lega.
“Thank you boy”, ucap Keenan dengan tulus sambil mengusap kepalanya.
Setiap kali di sejajarkan dengan teman sekelasnya ia tidak dapat tertandingi. Membuat Tina sering khawatir namun bangga. Khawatirnya yaitu menjadi target bagi pengusaha besar ketika belum waktunya. Tina sebagai ibunya akan selalu melindungi anaknya apapun yang terjadi karena dia sudah berlatih taekwondo, pencak silat dan berbagai kegiatan fisik untuk melindungi malaikat kecilnya. Dia sudah bukan lagi wanita yang polos, sekarang ia wanita yang tangguh dan teliti dalam memilah pertemanan dalam hidupnya. Tina sudah tidak mau lagi dibohongi dan dimanfaatkan oleh siapa pun karena sudah berjanji pada dirinya sendiri. Begitu pula dengan Felix, ia juga sudah siap siaga melindungi momynya yang sudah ia pelajari cara bela diri untuk menghempaskan manusia jahat yang berani menyakiti ibunya. Felix sudah memegang sabuk hitam dalam bela diri. Jadi, dia tidak khawatir apapun untuk menjaga momynya.
Keesokan harinya Felix sedang jalan-jalan ke taman dengan Keenan. Mereka menikmati suasana pagi untuk berolahraga. Lalu Felix bertemu Audrey sedang makan hot dog bersama uncle Martin dan Felix menyapanya bersama Keenan.
“Audrey!”, panggil Felix dengan suara keras terus Audrey menoleh ke kanan dan Felix bersama Keenan menghampirinya.
“Hai Felix”, sapa Audrey sambil mengunyah hot dog yang ia beli.
“Hai, kamu tidak ikut berolahraga?”, tanya Felix.
“Tidak, dia katanya hanya ingin jalan-jalan saja lalu makan. Karena dia tidak ingin lelah setelah berolahraga dan harus kembali membersihkan badan”, ucap Martin sambil melirik Audrey yang cuek. Mereka lalu terkekeh setelah mendengarkan cerita dari Martin namun Audrey tidak peduli.
“Oh ya, nanti malam jadi ikut kan, untuk ikut pasar malam?”, tanya Audrey yang sedang menikmati hot dog.
“Ya, aku ikut dan bersama uncle Keenan juga momy ku”, ucap Felix.
“What?!, kamu ajak banyak orang?”, ucap Audrey dengan terkejut.
“Yap, tapi tidak banyak orang namun hanya sekeluarga. Aku dan momynya saja, putri cantik”, ucap Keenan dengan embel-embel memuji Audrey.
Setelah selesai berolahraga bersama Keenan, Audrey, dan Martin, Felix langsung bergegas membersihkan badan begitu juga dengan Keenan. Lalu mereka sarapan pagi bersama.
“Morning mom”, sapa Felix yang telah selesai ritual mandinya.
“Pagi sayang”, sapa Tina sambil menuangkan susu cair ke gelas lalu duduk bergabung dengan Felix sambil menunggu Keenan turun dari kamarnya, “bagaimana dengan olahragamu?”, tanya Tina.
“Olahraga hari ini sangat menyenangkan karena bertemu Audrey juga , jadi ramai mom”, jawab Felix.
“Good morning Tina”, sapa Keenan sambil menggeser kursi terus ikut bergabung dengan ibu dan anak yang sedang mengobrol.
“Morning Keenan”, sapa Tina.
Kemudian mereka menikmati sarapan paginya dengan roti selai dan susu segelas.
“Oh ya, Ana apa kau sudah menyiapkan perjalanan kamu untuk kembali ke California?”, tanya Keenan.
“Ya, sudah. Berkat bantuan Grace juga”, ucap Tina.
“Syukurlah”, ucap Keenan dengan tulus.
Lalu Felix ikut menimbrung pembicaraan dua orang dewasa.
“Apakah benar kita akan ke California secepatnya mom?”, tanya Felix.
“Ya sayang, tapi tidak secepatnya masih menunggu satu atau dua bulan untuk menyelesaikan pengunduran diriku dalam perusahaan dan panggilan bekerja dari perusahaan baru yang momy lamar. So, tidak secepat itu”, jawab Tina dengan tersenyum dan Felix hanya berohria.
“Apa kita jadi ke pasar malam nanti?”, tanya Tina.
“Ya mom, apa momy bisa ikut?”, tanya kembali Felix.
“Ya, momy akan ikut sepertinya seru”, ucap Tina.
“It’s good mom”, ucap Felix.
Di tengah sarapan pagi Felix bersama keluarganya tiba-tiba Audrey datang mengajak Felix untuk berkunjung ke rumahnya bermain playstation.
“Permisi! Felix!!”, teriak Audrey dari luar dengan langsung berlari masuk ke rumah Felix dalam keadaan pintu terbuka menuju ke meja makan.
“Hallo sayang, pagi”, ucap Tina.
“Pagi aunty”, ucap Audrey.
“Apa kamu mau ikut sarapan pagi dengan bersama kami? “, tawar Tina.
“Thank you aunty, aku sudah sarapan dan masih kenyang...”, ucap Audrey sambil mengusap perutnya.
“Iya mom, tadi dia sudah sarapan di taman dengan memakan hot dog bersama uncle Martin. Apalagi dia menghabiskan dua hot dog mom”, ucap Felix sambil melirik Audrey.
“Apaan sih, kamu Felix”, sungut Audrey dengan terkekeh.
“Oh ya, kamu kenapa kesini?”, ucap Felix.
“Aku mau mengajakmu bermain playstation”, ucap Audrey.
“Baiklah”, tanda setuju dari Felix dan meminta izin dengan Tina, “Mom aku pergi ke rumah Audrey dahulu ya?”, ucap Felix
“Baiklah sayang, pergilah”, ucap Tina.
“Thank you mom”, ucap Felix dengan menghabiskan setengah gelas susu yang tersisa.
Kini Felix berada di kamar Audrey menikmati bermain playstation bersama Audrey serta Kevin si tukang makan.
Sedangkan Tina saat ini sedang menyelesaikan tugasnya sebagai karyawan yang bekerja di staylist fashion. Ia sedang berkutat dengan dokumen dan foto-foto para model untuk di terbitkan dalam bentuk majalah.
Pada siang hari Felix berjaga di rumahnya sambil menonton siaran tv di ruang tengah. Ketika Felix sedang menikmati menonton siaran Tv, melihat seorang laki-laki yang rapi dengan setelan jas memiliki wajah perawakan yang sama dengannya. Lalu Felix langsung mencoba mencari info tentang pria itu untuk memastikannya. Setelah menemukan, Felix mencari cara mengajak momynya untuk segerah kembali ke tanah kelahirannya yaitu California setelah Tina kembali ke rumah dan sehabis pulang dari pasar malamnya.
Malam telah tiba, saat ini Felix dengan lainnya menikmati arena permainan seperti naik kincir, kereta, dan banyak lagi permainan lainnya yang di suguhkan. Setelah bermain Felix dan Audrey menemui keluarga mereka untuk ikut bergabung makan jagung bakar di stand warung kecil.
“Apa kalian menikmati semua permainannya?”, tanya Tina untuk Felix dan Audrey.
“Ya aunty, apalagi Felix jago menjatuhkan semua kalengnya lalu Audrey dapat boneka yang kuinginkan”, ucap Audrey sambil memamerkan bonekanya.
“Nak kamu hebat sekali, uncle Xander aja belum tentu bisa”, puji Rossi sambil melirik Xander.
“Sayang, aku juga bisa meski berulang beberapa kali”, ucap Xander dan semua ikut terkekeh.
Sudah tengah malam mereka kembali ke rumah setelah pasar malam mulai sepi. Lalu mereka berbaring di ranjang kamar masing-masing kecuali Felix yang sedang berbicara dan membujuk Tina untuk secepatnya berpindah ke California.
“Tok..,tok..,tok”, ketukan pintu dari luar saat Tina akan membaringkan diri. Lalu ia beranjak membukakan pintu orang yang diluar mengetuk pintu.
“Felix, kenapa kamu tidak beristirahat di kamar? Atau kamu mau berbaring bersama momy?”, tanya Tina bertubi-tubi.
“Apa aku boleh masuk?”, tanya Felix tanpa memperdulikan pertanyaan Tina.
“Ya, tentu Felix”, ucap Tina sambil menutup pintu.
“Ada apa? Sepertinya serius”, ucap Tina.
“Mom, mom...”, ucap Felix.
“Ya Felix”, sambil sedikit menguap.
“Mom, apa kita bisa secepatnya berpindah ke California di tanah kelahiranmu?”, tanya Felix
“Kenapa kamu tiba-tiba ingin cepat-cepat pindah ke sana?”, tanya Tina dengan dahi mengernyit.
“Aku.., aku ingin segera bertemu aunty Grace mom”, ucap Felix
“Apakah cuman itu?”, tanya Tina
“Sebenarnya tidak hanya itu, aku mau menemui pria itu setelah selesai melakukan pencarian dan penyelidikan secara lengkap. Namun aku tidak mau mengungkapkan dahulu pada momy”, batin Felix yang masih diam.
“Felix”, panggil Tina.
“Tidak hanya itu mom, aku juga mau segerah bersekolah disana di bagian ketrampilan robotik”, ucap Felix dengan sepenuhnya tidak berbohong.
Tina menatap bola mata hitam pekat dengan mendalam, setelah itu Tina memutuskan apa yang akan diambil setelah Felix mengungkapkan jawabannya.
“Baiklah, tapi tidak secepat itu. Karena momy harus mengubah semua perencanaan kepindahan kita kembali dan menunggu hasil tes momy di beberapa perusahaan yang momy lamar”, ucap Tina.
“Felix bisa membantumu mom, percayalah dalam jangka waktu singkat momy akan langsung diterima di perusahaan yang momy ajukan lamarannya dan perencanaan kepindahan di California serahkan saja pada Felix”, ucapnya dengan percaya diri
“Tapi Felix...”,
“Please mom...”, mohon Felix dengan wajah memohon.
Kemudian Tina menyanggupi permohonan Felix dengan berbagai macam alibi agar dapat kembali ke California.
“Baiklah..”, ucap Tina setelah melihat wajahnya memohon, membuat Tina tidak tega.
“Thank you mom”, ucap Felix dengan wajah bahagianya sambil mencium bibir momynya.
Kini Tina sedang mengepak barang untuk dibawa kembali ke California dan dibantu oleh Keenan dalam mengurus beberapa barang yang dibawa olehnya agar tidak terlalu kebanyakan.
Sedangkan Felix pergi berkunjung ke rumah Audrey untuk mengembalikan beberapa DVD playstation dan buku-buku yang ia pinjam. Juga tidak lupa Felix memberikan hadiah kenangan untuk Audrey dan Kelvin.
“Permisi! Aunty, aku ke sini mau bertemu dengan Audrey untuk mengembalikan barang yang aku pinjam darinya”, ucap Felix dengan sopan.
“Ya, ayo silahkan masuk. Audrey di kamarnya”, ucap Rossi.
Setelah dipersilakan masuk oleh Rossi, Felix bergegas melesat ke kamar Audrey dengan mengetuk pintu, “tok..,tok..,tok..”, Lalu Audrey membukakan pintu dan menyuruh Felix masuk.
“Ada apa?”, tanya Audrey sambil kembali bermain video game di laptop.
“Aku mau mengembalikan barang-barang yang aku pinjam”, ucap Felix.
“Jadi, kamu akan pergi menetap ke California?”, tanya Audrey
“Ya, aku bersama momy akan menetap di sana”, ucap Felix duduk di pinggir ranjang milik Audrey yang bercorak blue.
Saat sedang mengobrol tiba-tiba Kelvin dan Laura datang dengan membuka pintu terlalu keras.
“Brakk”, Laura langsung menghampiri Felix, “ hei anak genius, kamu mau meninggalkan kami, yang sudah seperti saudara bagimu”, ucap Laura dengan diangguki oleh Felix.
“Oh my god, Felix aku akan kesusahan setelah kepergian kamu”, ucap Laura kembali dengan memeluk tubuh kecil Felix.
“Kami akan kehilangan kamu”, lirih Kelvin teman Felix sejak bayi
“Aku juga akan kesepian tidak ada kamu, Felix ajaib”, ucap Laura dengan menangis bersama Kelvin memeluk tubuh Felix.
“Kalian tidak perlu khawatir seperti ini kan”, ucap Felix dengan menyengir.
“hu..hu..aku akan merindukanmu Felix”, ucap Laura yang diangguki oleh Kelvin.
“Lebih baik, lepasin aku. Karena pelukan kalian terlalu erat”, ucap Felix. Lalu mereka berdua melepaskan pelukkannya.
“Kak Laura benar-benar merindukan Felix atau kecerdasannya”, ucap Audrey dengan meralat kalimat yang diungkapkan Laura.
“Aku merindukan kecerdasannya dan Felix”, sangkal Laura.
“Dasar, terlihat kebohongannya”, gumam Audrey melihat drama dari kakak dan adiknya.
“Felix, katanya kamu mau memberikan aku hadiah perpisahan”, ucap Audrey
“Oh iya, aku punya DVD playstation terbaru buat kamu dan Kelvin. Aku sudah memainkannya beberapa kali. Jadi, hadiah perpisahannya DVD yang terbaru”, ucap Felix sambil memberikan kepada Audrey dan Kelvin.
“Buatku..”, ucap Laura yang juga menginginkan hadiah perpisahan.
“Aku juga membawakan hadiah perpisahan untukmu Kak Lauren”, ucap Felix mengambilkan buku di dalam balik jaket untuk Laura. Namun Laurent sedikit tidak senang, “ kenapa kamu memberiku buku catatan? Malah bukan sesuatu yang menyenangkan seperti punya adikku”, ucap Laura.
“Itu bisa untuk kongsi, kak”, ucap Audrey menimbrung obrolan. Lalu Laura melototi Audrey dengan sikapnya yang tidak disukai oleh dirinya.
“Itu suatu saat akan membantumu kak”, ucap Felix
Malamnya uncle Keenan membuat pesta perpisahan untuk Felix dan Tina dengan mengundang beberapa tetangga dekatnya juga teman-teman Felix.
Ketika Keenan sedang memanggang daging tiba-tiba Tina datang menghampirinya.
“Keenan, Thank you”, ucap tulus dari bibir Tina yang tiba-tiba mengungkapkan rasa terimakasih kepadanya.
“ Terima kasih atas semua waktu, bantuan, dan masih banyak lagi yang kau berikan kepada kami”, ucap kembali Tina.
“Ya, sama-sama Tina. Aku mengadakan ini juga membuat momen untuk mereka saat bersama agar tak terlupakan. Jadi, kamu tidak perlu terbebani”, ucap Keenan dengan tulus.
“Apa aku boleh memelukmu, Tina?”, tanya Keenan yang selesai memanggang.
“Tentu..”,ucap Tina lalu memeluk tubuh Keenan yang sudah merentangkan tangannya dan Felix berada diujung melihat momynya berpelukkan bersama Keenan meskipun sedikit tidak suka tetapi ia telah menjaganya juga momynya. Jadi, kali ini Felix mengalah untuk terakhir kalinya.
“Felix, ayo kita berfoto”, ajak kakek Mark dan Audrey. Mereka semua berfoto bersama dengan senyum cerianya dan mengakhiri pesta perpisahan.
Esok harinya Felix bersama dengan Tina bersalaman dan berpelukan untuk terakhir kali.
“Sayang jaga kesehatanmu”, ucap kakek Mark
“Aku akan sedih, tidak melihat tetangga yang menyenangkan lagi”, ucap Rossi dengan meneteskan air mata
“Aku akan kehilanganmu Felix, hu hu hu”, peluk Laura dengan erat dan diikuti oleh lainnya.
Kemudian setelah itu mereka berangkat ke bandara menuju ke California diantar oleh Keenan dengan melambaikan tangan untuk semua tetangga terdekatnya sebagai salam perpisahan.
Sedangkan Grace yang berada di California baru bangun tidur dengan kalap kabut karena ia lupa bahwa hari ini dia harus menjemput sahabat kecilnya dan Felix. Grace langsung melesat ke kamar mandi membersihkan badan secepat kilat dan berbagai ritual paginya di apartemen. Lalu langsung bergegas menuju bandara dengan memesan taxi online dengan membawa papan nama yang sudah ia siapkan di malam harinya.
“Buset, aku telat. Semoga saja jalanan tidak macet. Jadi, sampai disana Tina belum ada”, ucapnya dengan berlarian ke sana sini karena bangun kesiangan dan melihat jam dinding menunjukkan pukul 10.00. Ia langsung melesat turun dan melangkah ke mobil taxi yang telah tiba tanpa menunggu lama.
Saat ini Tina sedang memberikan pelukan kepada Keenan sebagai salam perpisahan begitu dengan Felix.
“Thanks, Keenan”, ucap Tina yang diangguki Keenan dalam pelukan. Kemudian bergantian dengan Felix, “Thank you uncle”, ucapnya.
“Iya, boy sama-sama”, ucap Keenan dengan menyejajarkan tubuhnya sambil mengusap kepalanya.
“Sepertinya pesawat akan segerah landas, ayo Felix”, ajak Tina dengan menggandeng Felix.
“Bye Keenan”, ucap Tina dengan melambaikan tangan.
“Bye uncle”, ucap Felix dengan keras dan melambaikan tangan untuk Keenan.
Mereka berdua memasuki pesawat lalu duduk sesuai no pesawat kemudian pesawat itu lepas landas. Kini Tina dan Felix sedang dalam perjalanan menuju California. Saat ini Tina masih gugup, karena semenjak dia meninggalkan California, ia menjadi terngiang pada dirinya terhadap orang tuanya sebab ia telah mengecewakan orang terdekatnya menjadi kecewa. Tina tidak sanggup membayangkan jika nanti orang tuanya mulai menegetahui bahwa ia melahirkan anak tanpa suami. Membuat ia ketakutan, pikiran yang sedang menghantui sekejap menghilang setelah mendengar panggilan dari anaknya.
“Momy! Momy! Momy!”, panggil Felix tiga kali kemudian ia tersadar dari pikiran kalut yang berkecamuk dalam otaknya.
“Kita akan lepas landas mom, jadi kita bersiap-siap untuk turun dari pesawat ini”, ucap Felix.
“Baiklah, momy mengerti”, ucap Tina.
Akhirnya mereka tiba ke California yang telah lama Tina tinggalkan karena masa lalu yang pahit. Saat telah memasuki arena bandara, Tina menoleh ke kanan-kiri mencari seorang wanita yang akan menjemputnya. Setelah mengedarkan pandangan, Tina menemukan temannya berbaju kasual dan mengangkat papan di pembatas masuk dengan tulisan, “Tina dan Felix”, lalu Tina menghampiri dengan berlari sambil menggadeng tangan Felix.
“Tina!”, teriak Grace di ujung sana dengan melambaikan tangannya.
“Grace”, teriak Tina lalu mereka berpelukan.
“Aku merindukanmu, sayang”, ucap Grace.
“Aku juga”, ucap Tina.
Kemudian mereka melepaskan pelukan rasa rindu dan beralih menanyakan kabar Felix.
“Hei Felix, bagaimana kabar kamu?”, tanya Grace dengan mensejajarkan tububnya sambil mengusap kepalanya.
“Aku baik aunty”, ucap Grace.
“Tina katanya kamu akan datang tiga bulan lagi. Kenapa begitu cepat?”, ucap Grace dengan bertanya.
“Iya, ini karena Felix. Ia ingin segera masuk sekolah bagian robotik karena dia bilang tidak sabar menunggu di sekolah yang ia impikan”, ucap Tina.
“aigoo, si kecil yang ajaib. Kamu sungguh beruntung Tina, dia mendapatkan genetik yang luar biasa dari pria itu”, ucap Grace sambil mencubit dua pipi milik Felix dengan gemas.
Ketika Grace berucap mengenai pria yang menidurinya di club one night stand, ia mengalihkan pembicaraan yang lain.
“Oh ya, ayo segera pergi aku sudah sangat lelah”, ajak Tina.
“Baiklah nyonya, saya akan antarkan anda sampai tujuan”, gurau Grace seperti layaknya seorang pengantar untuk tuannya. Membuath Tina dan Grace terkekeh.
Mereka mulai perjalanan menuju apartemen miliknya yang sudah ia sewa sejak jauh hari agar ketika tiba di California Tina sudah memiliki penginapan bersama Felix untuk tempat beristirahat.
Beberapa lama kemudian mereka telah sampai dan mengambil koper dari joke belakang yang dibantu oleh sopir taxi untuk menurunkan barang-barang bawaan. Setelah sampai ruang apartemen yang tidak terlalu kecil ataupun besar cukup untuk sebagai tempat istirahat Tina dan Felix. Selesai menaruh barang bawaan Grace dan Felix beristirahat di ruang tamu sedangkan Tina berkutat ke dapur membuat minuman es chocolate. Lalu diberikan kepada Felix dan Grace.
Grace meminumnya, “gluk..,gluk..,gluk.., ahh..,”, ia menghabiskan setengah gelas besar dengan lega. “Sungguh nikmatnya minuman ini setelah selesai bekerja”, ucap Grace
“Grace, apakah momy menanyakan keberadaanku?”, tanya Tina dengan menunduk.
“Ya, dia sering menanyakan kamu berada dimana? Dia juga sedih semenjak kepergian kamu. Menurutku, kamu coba mengobrol dan mengatakan sejujurnya mereka pasti akan menerima keadaan kamu. Kasihan mereka, Tin”, ucap Grace.
“Iya, tapi ini belum waktunya”, ucap Tina dengan nada sedih.
Felix yang berada di samping dua wanita dewasa diam-diam sedang menguping dengan berpura-pura main game di ponsel. Ia mendengarkan seksama apa yang diobrolin oleh mereka. Lalu ia berpamitan dengan momynya untuk masuk ke dalam dengan alibi merebahkan tubuh.
“Mom, aku ke kamar dahulu, soalnya aku lelah ingin istirahat”, ucap Felix yang langsung diangguki oleh Tina.
“Selamat istirahat felix”, ucap Grace.
“Ya, aunty”, ucap Felix sambil berlalu berjalan ke kamar. Sampainya di kamar Felix mulai membuka laptop lalu mencari pencarian data tentang keluarga momy nya. Tangan mungil sangat lincah dalam menggerakkan keyboard dengan sepuluh jari. Setelah menemukan, Felix mencari cara agar Tina dan kedua orangtuanya bersatu kembali.
Malamnya Felix dan Tina melakukan kesibukan sendiri setelah menyelesaikan makan malamnya. Tina sedang bergelut dengan pikirannya sedangkan Felix sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya di London. Setelah itu Felix beristirahat hingga pagi hari.
Pagi nan cerah Tina sedang sibuk menyiapkan sarapan sebelum mengantar Felix ke sekolah dan bekerja. Felix keluar dari kamarnya lalu menyapa Tina.
“Morning mom”, sapa Felix
“Morning”, ucap Tina sambil membawa dua gelas susu yang ia tuangkan ke dalam gelas.
Mereka sarapan dengan suasana hening hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring. Setelah selesai sarapan Tina mengantar Felix terlebih dahulu baru ia berangkat bekerja.
Kini Tina sedang berada di pelataran perusahaan besar yang terkenal dan terbesar di California. Sebelum masuk Tina melakukan do’a agar di beri kelancaran dalam wawancara maupun pekerjaan yang sedang ia geluti.
“Wahh, besar banget. Apa aku bisa langsung bekerja. Semoga saja aku bisa. Semangat Tina, semangat”, gerutu Tina untuk menghilangkan kegugupannya sambil berlalu berjalan menuju ruang hrd.
Setelah sampai di ruang hrd Tina menenangkan rasa kegugupannya dan menetralkan ekspresi khawatir. Lalu ia mengetuk dengan jantung masih berdetak dengan cepat. “tok..,tok..,tok..,”, ketukan pintu dari luar terdengar oleh Mrs. Fiona. Kemudian menyuruhnya masuk, “ masuklah!”, suara keras dari ruang hrd.
“Permisi Mrs., maaf mengganggu” ucap Tina dengan gugup.
Mrs. Fiona mempersilahkan Tina masuk dan duduk di depannya dengan mulai menginterview Tina. Setelah Interview selesai Mrs.Fiona menyerahkan kartu nickname dan mengantarkan Tina ke ruang bosnya.
Tina mengikuti Mrs.Fiona naik lift menuju lantai 7 untuk bertemu dengan CEO. Mrs. Fiona mengetuk pintu, “Tok..!tok..!tok!”.
Thomas yang sedang diributkan dengan beberapa dokumen menyuruh orang yang mengetuk pintu untuk masuk.
“Masuk!”, perintah Thomas.
“Maaf Mr, saya membawa pegawai baru untuk di interview kembali” kata Mrs.Fiona.
Thomas yang masih sibuk berkutat hanya menganggukkan kepala tanpa melihat orangnya kemudian Mrs.Fiona mempersilahkan Tina untuk duduk dan pergi meninggalkan pegawai baru yang baru saja magang.
Setelah 30 menit Tina menunggu sang CEO selesai berkutat akhirnya Tina bertatapan dengan wajah milik sang bos yang membuatnya terkejut saat melihat siapa yang akan menjadi bosnya. Mereka bertemu kembali dengan tidak sengaja di sebuah perusahaan milik Thomas setelah enam tahun berlalu. Tina sangat shock lalu menetralkan ekspresi wajahnya.
“Hallo sweety” sapa Thomas dengan wajah dinginnya.
“Bagaimana kabarmu Lion? Enam tahun lalu kamu cukup gila dalam berhubungan sekarang kamu terkejut”, ucap Thomas dengan berjalan duduk di Sofa.
Tina yang terkejut dengan pikiran kosongnya langsung menyadarkan diri untuk meninggalkan ruang kerja Thomas. Ketika akan kabur lengan Tina di cekal dan di tarik kemudian tubuh Tina terhuyung dan menabrak dada bidang Thomas.
“Hai sweety, kau mau pergi ke mana?” bisik Thomas dengan sedikit menggigit telinga Tina.
Tina hanya diam dan melenguh karena gigitan Thomas.
“Sweety apa kamu bisu?” tanya Thomas.
“Lepasin saya tuan” kata Tina dengan gugup.
Thomas malah semakin erat memegang pinggangnya seolah tidak ingin melepaskan kembali dan kehilangannya.
“Kalau begitu mari ikut saya” kata Thomas dengan menarik lengannya dan membawa ke kamar yang ada di sebelah ruang kerjanya.
Tina mulai memberontak meminta untuk di lepaskan namun Thomas tidak pedulikan. Thomas membawa Tina ke kamar dekat ruang kerja miliknya. Thomas mulai menciumi bibirnya dengan mendalam membuatnya sedikit melenguh. Sedangkan Tina terus meronta namun sayang dia tidak terlalu kuat menyingkirkan Thomas. Thomas terus menikmatinya yang ia rindukan selama enam tahun hingga sore hari.
Setelah kejadian pagi hari itu membuat Tina kesal ketika kembali ke rumah dengan ekspresi wajah yang tidak bisa di baca. Namun Felix akan mencari tahu sendiri kenapa wajah momynya sampai kusut.
“Pasti momy bertemu dengan daddy”, batin Felix yang sudah mengetahui sejak awal. Jika dia bekerja di tempat Thomas Stefanus.
Malamnya Felix belum tidur karena sedang merencanakan bagaimana dapat bertemu dengan Thomas ayahnya untuk menyatukan dengan ibunya agar mereka kembali dan membentuk menjadi keluarga kecil yang selama ini Felix impikan. Apalagi dia juga menginginkan adik perempuan untuk diajaknya main.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!