Sebelum kecelakaan terjadi kepada Tina, ia harus dilarikan ke rumah sakit dan kandungan dalam rahimnya keguguran.
Hari ini Tina dihadapkan berbagai permasalah dari orang terdekat Thomas. Hingga ia pusing menghadapi orang yang selalu mengumpat dan memarahinya karena kedekatan bersama Thomas.
Ada sebuah ketukan dari luar apartemen, “tok, tok, tok”, lalu Tina membukakan pintu, “cklek”.
Tina terkejut siapa yang datang? Ternyata yang datang adalah ibunya Thomas Herlena. Sebelum Tina mempersilahkan masuk, Herlena menyelonong masuk tanpa permisi dan duduk di sofa.
“Aunty mau minum apa?”, tawar Tina
“Tidak perlu, kamu duduklah!”, perintah Herlena dengan ekspresi judesnya.
“Aunty ada keperluan apa?”, tanya Tina dan duduk diseberang sofa tunggal.
“Aku disini memperingatimu untuk menjauh dari Thomas. Tetapi sepertinya telinga kamu kesumpal kotoran apa? Kamu terus membangkang. Jika kamu tidak mau menjauh jangan salahkan saya apabila aku mengambil Felix”, ancam Herlena lalu beranjak dari tempat duduknya tanpa berpamitan dan keluar dari apartemen Tina. Saat keluar ia melihat cucunya dengan tatapan kagum lalu menetralkan ekspresi lagi agar tidak terlihat kekaguman terhadap cucunya.
“Dia sama persis dengan Thomas”, batin Herlena dan berlalu pergi.
Sesampainya masuk ke dalam mobil Herlena meminta kaki tangannya untuk menyelidiki tentang anak Thomas dari rahim Tina.
“Dani selidiki wanita itu dan anaknya lalu infokan kepada saya jangan pada suamiku”, perintah Herlena.
“Baik nyonya”, ucap Dani dengan melajukan mobil kecepatan sedang.
Setelah kepergian Herlena, Thomas datang menjemput Tina dan Felix untuk pergi ke kebun binatang.
“Sweety, boy, kalian sudah siap ke kebun binatang”, ucap Thomas
“Ya”, ucap Felix
Mereka pergi jalan-jalan ke kebun binatang atas permintaan Felix namun hati Tina dan pikirannya saat ini tengah gundah karena ancaman dari Herlena.
Thomas yang melirik ke samping pengemudi, melihat Tina sedang gulisah menjadikan Thomas merasa khawatir lalu Thomas bertanya.
“Sweety, are you ok?”, sambil mengusap kepalanya.
Tina terkejut, “oh..e.., iya aku tidak apa-apa Thomas”, ucap Tina dengan memberikan senyuman hangat.
“Momy yakin, karena sejak tadi Felix melihat momy melamun. Apa jangan-jangan, nenek tadi yang membuat momy seperti ini”, ucap Felix di belakang jok penumpang.
“Nenek?”, tanya Thomas melirik ke kaca spion dengan alis berkerut.
“Iya dad, nenek, momy-nya daddy. Aku bertemu dengannya saat sampai di tengah pintu. Setelah berselang beberapa menit daddy datang dan nenek itu telah pergi melesat”, ucap Felix.
“Apakah itu benar sweety?”, tanya Thomas dengan nada khawatir.
“Iya , momy kamu datang, tapi tenang saja dia tidak ngapa-ngapain aku kok”, ucap Tina
“Syukurlah, jika momy datang kembali hubungi aku. Mengerti”, ucap Thomas dan Tina mengangguk.
Beberapa lama kemudian mereka telah sampai di kebun binatang. Mereka menikmati beberapa hewan yang di suguhkan dan berfoto selfi untuk sebagai kenangan. Thomas merasa puas hari ini ia dapat meluangkan waktu bersama Felix dan Tina. Kebahagiaan ini bagi Thomas sungguh lengkap.
Sementara Herlena murka setelah mendapatkan informasi jika Thomas jalan-jalan ke kebun binatang bersama wanita yang dibenci Herlena.
“Jangan salahkan aku jika tidak memperingatimu”, gumam Herlena dengan ekspresi jahatnya.
Pada malam hari di apartemen ada segerombolan orang berjas hitam di depan pintu Tina. Lalu Tina terkejut saat membukakan pintu. Salah satu pengawal memukul Tina dari tengkuknya untuk membuatnya pingsan dan menggendongnya masuk. Salah satu pengawal mengambil Felix yang sedang terlelap tidur dalam gendongan. Kemudian Felix terbangun memanggil momy-nya, “momy! momy! momy!”, membuat Tina sadarkan diri.
Tina meminta anaknya di kembalikan namun tidak di gubris oleh laki-laki berjas hitam itu dengan mendorongnya hingga ia jatuh kebelakang. Tina berlari sambil menangis dengan mengetuk pintu samping mobil dan memanggil anaknya, “Felix! Felix! Felix..”, tetapi dia hanya mendapatkan tubunya tersungkur karena jatuh. Felux yang di dalam mobil merasa kasihan kepada momynya. Lalu Felix memutar otaknya untuk melarikan diri dari para cecunguk dalam mobil ini.
Ketika Tina berlanjut berlari menyusul Felix tiba-tiba dari arah belakang menabrak tubuh Tina hingga terpental, “brugh”, dan berguling di depan bagasi. Ia terkapar di jalanan dan pengemudi itu melarikan diri.
Di ruang kerja Thomas mendapatkan panggilan jika Tina kecelakaan dan ia terkejut lalu menghubungi sopirnya kemudian langsung melesat ke rumah sakit. Thomas berlari ke lorong ICU dimana Tina sedang menjalani operasi karena kecelakaan.
Thomas tidak bisa duduk karena khawatir dengan keadaan Tina saat ini di dalam ruang ICU. Thomas saat ini hatinya hancur dan khawatir keadaan Tina. Dia terus memijat kepalanya karena lelah akibat keserakahan orang-orang terdekat Thomas maupun Tina.
"Tina maafkan aku yang tidak bisa menjagamu. Aku akan mencari semua dalang yang telah membuatmu seperti ini", gumam Thomas.
"Ketika melihat kamu seperti ini, aku takut akan kehilangan kamu kembali. Tuhan tolonglah istriku untuk dapat melewati kritis ini", lirih Thomas dan mengusap wajah dengan kasar.
Dokter keluar menemui Thomas dan mengatakan janin dalam rahimnya harus dibersihkan agar tidak membahayakan ibu yang saat ini sedang kritis dan Thomas menyetujuinya. Yang terpenting bagi Thomas adalah keselamatan Tina.
"Apa?", terkejut Thomas
"Iya, tuan, istri anda hamil dan mengalami keguguran sehingga saya di sini meminta persetujuan untuk membersihkan sisa dari keguguran untuk dibersihkan", ucap dokter.
"Baiklah, lakukan apa saja yang terpenting istri saya selamat", ucap Thomas dengan terduduk lemas.
"Jadi selama ini kami tidak mengetahui jika janin itu telah terbentuk. Oh Tuhan maafkan dosa kami terutama saya yang tidak bisa menjaga mereka", batin thomas dengan tatapan kosong. Thomas masih menunggu dokter keluar dari ruang unit gawat darurat dan hasil operasi.
Satu setengah jama kemudian dokter itu keluar dan melepaskan masker lalu Thomas menghampiri.
"Bagaimana keadaannya sekarang?", tanya Thomas penuh kekhawatiran.
"Operasinya lancar, tetapi kami harus memantau kesehatan setelah ia bangun dari kritis. Sebab benturan dikepalanya begitu keras. Jadi, kami harus memeriksanya kembali lebih dalam", ucap dokter itu.
"Makasih dok", ucap Thomas.
Lalu Tina dipindahkan di ruang rawat pasien seperti yang diperintahkan oleh Thomas. Kini Thomas menatap wajah cantik Tina dengan memohon maaf dan mengucapkan mantra agar ia segerah bangun.
"Tina maafkan aku, aku tidak bisa menjaga kamu dan janin kita. Jika kamu terbangun pasti syok dan marah. Tetapi apapun yang kamu lakukan untuk melimpahkan emosimu ke aku akan kuterima mulai dari bentakan, pukulan namun kamu jangan meninggalkan aku. Aku berjanji akan terus melindungi kamu. Akan aku kerahkan semua pengawalku demi keselamatan kamu", gumam Thomas.
Thomas terus menatap tanpa henti hingga ia tertidur di pinggir ranjang tanpa terasa karena kelelahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Supartini
ya dedek ya gak ketolong felix
2024-02-18
0
Shuhairi Nafsir
cerita nya banyak yang tergantong. bikin keliru Dan jadi nga faham. apa cerita nya kedua orang tua nya Tina. mana skill sebagai ahli bela diri sebagai nya. dikatakan hamil dimana gejala gejala kehamilan. cerita nya kayak cerita kartun aje
2022-06-10
0
Atun
Mohon maaf 🙏atas kekurangan dalam cerita yg sya bwt😬
Sya msh bau kencur.
Sya msih perlu bimbingan, kritikan.
Terima kasih para reader yg sdh menyempatkan membaca crita sya.
Sya akan trus brusaha kras dan lebih keras utk memperbaiki tulisan sya.
Sya hrap para reader trus memberikan support utk novel lainnya.
Jka nnti ad d rasa prlu di kritik silakan
Sya akan brusaha bkrj kras memperbaiki semua alur & tulisannya.
Trims🙏🙏
2022-04-22
1