Kini Tina sedang mengepak barang untuk dibawa kembali ke California dan dibantu oleh Keenan dalam mengurus beberapa barang yang dibawa olehnya agar tidak terlalu kebanyakan.
Sedangkan Felix pergi berkunjung ke rumah Audrey untuk mengembalikan beberapa DVD playstation dan buku-buku yang ia pinjam. Juga tidak lupa Felix memberikan hadiah kenangan untuk Audrey dan Kelvin.
“Permisi! Aunty, aku ke sini mau bertemu dengan Audrey untuk mengembalikan barang yang aku pinjam darinya”, ucap Felix dengan sopan.
“Ya, ayo silahkan masuk. Audrey di kamarnya”, ucap Rossi.
Setelah dipersilakan masuk oleh Rossi, Felix bergegas melesat ke kamar Audrey dengan mengetuk pintu, “tok..,tok..,tok..”, Lalu Audrey membukakan pintu dan menyuruh Felix masuk.
“Ada apa?”, tanya Audrey sambil kembali bermain video game di laptop.
“Aku mau mengembalikan barang-barang yang aku pinjam”, ucap Felix.
“Jadi, kamu akan pergi menetap ke California?”, tanya Audrey
“Ya, aku bersama momy akan menetap di sana”, ucap Felix duduk di pinggir ranjang milik Audrey yang bercorak blue.
Saat sedang mengobrol tiba-tiba Kelvin dan Laura datang dengan membuka pintu terlalu keras.
“Brakk”, Laura langsung menghampiri Felix, “ hei anak genius, kamu mau meninggalkan kami, yang sudah seperti saudara bagimu”, ucap Laura dengan diangguki oleh Felix.
“Oh my god, Felix aku akan kesusahan setelah kepergian kamu”, ucap Laura kembali dengan memeluk tubuh kecil Felix.
“Kami akan kehilangan kamu”, lirih Kelvin teman Felix sejak bayi
“Aku juga akan kesepian tidak ada kamu, Felix ajaib”, ucap Laura dengan menangis bersama Kelvin memeluk tubuh Felix.
“Kalian tidak perlu khawatir seperti ini kan”, ucap Felix dengan menyengir.
“hu..hu..aku akan merindukanmu Felix”, ucap Laura yang diangguki oleh Kelvin.
“Lebih baik, lepasin aku. Karena pelukan kalian terlalu erat”, ucap Felix. Lalu mereka berdua melepaskan pelukkannya.
“Kak Laura benar-benar merindukan Felix atau kecerdasannya”, ucap Audrey dengan meralat kalimat yang diungkapkan Laura.
“Aku merindukan kecerdasannya dan Felix”, sangkal Laura.
“Dasar, terlihat kebohongannya”, gumam Audrey melihat drama dari kakak dan adiknya.
“Felix, katanya kamu mau memberikan aku hadiah perpisahan”, ucap Audrey
“Oh iya, aku punya DVD playstation terbaru buat kamu dan Kelvin. Aku sudah memainkannya beberapa kali. Jadi, hadiah perpisahannya DVD yang terbaru”, ucap Felix sambil memberikan kepada Audrey dan Kelvin.
“Buatku..”, ucap Laura yang juga menginginkan hadiah perpisahan.
“Aku juga membawakan hadiah perpisahan untukmu Kak Lauren”, ucap Felix mengambilkan buku di dalam balik jaket untuk Laura. Namun Laurent sedikit tidak senang, “ kenapa kamu memberiku buku catatan? Malah bukan sesuatu yang menyenangkan seperti punya adikku”, ucap Laura.
“Itu bisa untuk kongsi, kak”, ucap Audrey menimbrung obrolan. Lalu Laura melototi Audrey dengan sikapnya yang tidak disukai oleh dirinya.
“Itu suatu saat akan membantumu kak”, ucap Felix
Malamnya uncle Keenan membuat pesta perpisahan untuk Felix dan Tina dengan mengundang beberapa tetangga dekatnya juga teman-teman Felix.
Ketika Keenan sedang memanggang daging tiba-tiba Tina datang menghampirinya.
“Keenan, Thank you”, ucap tulus dari bibir Tina yang tiba-tiba mengungkapkan rasa terimakasih kepadanya.
“ Terima kasih atas semua waktu, bantuan, dan masih banyak lagi yang kau berikan kepada kami”, ucap kembali Tina.
“Ya, sama-sama Tina. Aku mengadakan ini juga membuat momen untuk mereka saat bersama agar tak terlupakan. Jadi, kamu tidak perlu terbebani”, ucap Keenan dengan tulus.
“Apa aku boleh memelukmu, Tina?”, tanya Keenan yang selesai memanggang.
“Tentu..”,ucap Tina lalu memeluk tubuh Keenan yang sudah merentangkan tangannya dan Felix berada diujung melihat momynya berpelukkan bersama Keenan meskipun sedikit tidak suka tetapi ia telah menjaganya juga momynya. Jadi, kali ini Felix mengalah untuk terakhir kalinya.
“Felix, ayo kita berfoto”, ajak kakek Mark dan Audrey. Mereka semua berfoto bersama dengan senyum cerianya dan mengakhiri pesta perpisahan.
Esok harinya Felix bersama dengan Tina bersalaman dan berpelukan untuk terakhir kali.
“Sayang jaga kesehatanmu”, ucap kakek Mark
“Aku akan sedih, tidak melihat tetangga yang menyenangkan lagi”, ucap Rossi dengan meneteskan air mata
“Aku akan kehilanganmu Felix, hu hu hu”, peluk Laura dengan erat dan diikuti oleh lainnya.
Kemudian setelah itu mereka berangkat ke bandara menuju ke California diantar oleh Keenan dengan melambaikan tangan untuk semua tetangga terdekatnya sebagai salam perpisahan.
Sedangkan Grace yang berada di California baru bangun tidur dengan kalap kabut karena ia lupa bahwa hari ini dia harus menjemput sahabat kecilnya dan Felix. Grace langsung melesat ke kamar mandi membersihkan badan secepat kilat dan berbagai ritual paginya di apartemen. Lalu langsung bergegas menuju bandara dengan memesan taxi online dengan membawa papan nama yang sudah ia siapkan di malam harinya.
“Buset, aku telat. Semoga saja jalanan tidak macet. Jadi, sampai disana Tina belum ada”, ucapnya dengan berlarian ke sana sini karena bangun kesiangan dan melihat jam dinding menunjukkan pukul 10.00. Ia langsung melesat turun dan melangkah ke mobil taxi yang telah tiba tanpa menunggu lama.
Saat ini Tina sedang memberikan pelukan kepada Keenan sebagai salam perpisahan begitu dengan Felix.
“Thanks, Keenan”, ucap Tina yang diangguki Keenan dalam pelukan. Kemudian bergantian dengan Felix, “Thank you uncle”, ucapnya.
“Iya, boy sama-sama”, ucap Keenan dengan menyejajarkan tubuhnya sambil mengusap kepalanya.
“Sepertinya pesawat akan segerah landas, ayo Felix”, ajak Tina dengan menggandeng Felix.
“Bye Keenan”, ucap Tina dengan melambaikan tangan.
“Bye uncle”, ucap Felix dengan keras dan melambaikan tangan untuk Keenan.
Mereka berdua memasuki pesawat lalu duduk sesuai no pesawat kemudian pesawat itu lepas landas. Kini Tina dan Felix sedang dalam perjalanan menuju California. Saat ini Tina masih gugup, karena semenjak dia meninggalkan California, ia menjadi terngiang pada dirinya terhadap orang tuanya sebab ia telah mengecewakan orang terdekatnya menjadi kecewa. Tina tidak sanggup membayangkan jika nanti orang tuanya mulai menegetahui bahwa ia melahirkan anak tanpa suami. Membuat ia ketakutan, pikiran yang sedang menghantui sekejap menghilang setelah mendengar panggilan dari anaknya.
“Momy! Momy! Momy!”, panggil Felix tiga kali kemudian ia tersadar dari pikiran kalut yang berkecamuk dalam otaknya.
“Kita akan lepas landas mom, jadi kita bersiap-siap untuk turun dari pesawat ini”, ucap Felix.
“Baiklah, momy mengerti”, ucap Tina.
Akhirnya mereka tiba ke California yang telah lama Tina tinggalkan karena masa lalu yang pahit. Saat telah memasuki arena bandara, Tina menoleh ke kanan-kiri mencari seorang wanita yang akan menjemputnya. Setelah mengedarkan pandangan, Tina menemukan temannya berbaju kasual dan mengangkat papan di pembatas masuk dengan tulisan, “Tina dan Felix”, lalu Tina menghampiri dengan berlari sambil menggadeng tangan Felix.
“Tina!”, teriak Grace di ujung sana dengan melambaikan tangannya.
“Grace”, teriak Tina lalu mereka berpelukan.
“Aku merindukanmu, sayang”, ucap Grace.
“Aku juga”, ucap Tina.
Kemudian mereka melepaskan pelukan rasa rindu dan beralih menanyakan kabar Felix.
“Hei Felix, bagaimana kabar kamu?”, tanya Grace dengan mensejajarkan tububnya sambil mengusap kepalanya.
“Aku baik aunty”, ucap Grace.
“Tina katanya kamu akan datang tiga bulan lagi. Kenapa begitu cepat?”, ucap Grace dengan bertanya.
“Iya, ini karena Felix. Ia ingin segera masuk sekolah bagian robotik karena dia bilang tidak sabar menunggu di sekolah yang ia impikan”, ucap Tina.
“aigoo, si kecil yang ajaib. Kamu sungguh beruntung Tina, dia mendapatkan genetik yang luar biasa dari pria itu”, ucap Grace sambil mencubit dua pipi milik Felix dengan gemas.
Ketika Grace berucap mengenai pria yang menidurinya di club one night stand, ia mengalihkan pembicaraan yang lain.
“Oh ya, ayo segera pergi aku sudah sangat lelah”, ajak Tina.
“Baiklah nyonya, saya akan antarkan anda sampai tujuan”, gurau Grace seperti layaknya seorang pengantar untuk tuannya. Membuath Tina dan Grace terkekeh.
Mereka mulai perjalanan menuju apartemen miliknya yang sudah ia sewa sejak jauh hari agar ketika tiba di California Tina sudah memiliki penginapan bersama Felix untuk tempat beristirahat.
Beberapa lama kemudian mereka telah sampai dan mengambil koper dari joke belakang yang dibantu oleh sopir taxi untuk menurunkan barang-barang bawaan. Setelah sampai ruang apartemen yang tidak terlalu kecil ataupun besar cukup untuk sebagai tempat istirahat Tina dan Felix. Selesai menaruh barang bawaan Grace dan Felix beristirahat di ruang tamu sedangkan Tina berkutat ke dapur membuat minuman es chocolate. Lalu diberikan kepada Felix dan Grace.
Grace meminumnya, “gluk..,gluk..,gluk.., ahh..,”, ia menghabiskan setengah gelas besar dengan lega. “Sungguh nikmatnya minuman ini setelah selesai bekerja”, ucap Grace
“Grace, apakah momy menanyakan keberadaanku?”, tanya Tina dengan menunduk.
“Ya, dia sering menanyakan kamu berada dimana? Dia juga sedih semenjak kepergian kamu. Menurutku, kamu coba mengobrol dan mengatakan sejujurnya mereka pasti akan menerima keadaan kamu. Kasihan mereka, Tin”, ucap Grace.
“Iya, tapi ini belum waktunya”, ucap Tina dengan nada sedih.
Felix yang berada di samping dua wanita dewasa diam-diam sedang menguping dengan berpura-pura main game di ponsel. Ia mendengarkan seksama apa yang diobrolin oleh mereka. Lalu ia berpamitan dengan momynya untuk masuk ke dalam dengan alibi merebahkan tubuh.
“Mom, aku ke kamar dahulu, soalnya aku lelah ingin istirahat”, ucap Felix yang langsung diangguki oleh Tina.
“Selamat istirahat felix”, ucap Grace.
“Ya, aunty”, ucap Felix sambil berlalu berjalan ke kamar. Sampainya di kamar Felix mulai membuka laptop lalu mencari pencarian data tentang keluarga momy nya. Tangan mungil sangat lincah dalam menggerakkan keyboard dengan sepuluh jari. Setelah menemukan, Felix mencari cara agar Tina dan kedua orangtuanya bersatu kembali.
Malamnya Felix dan Tina melakukan kesibukan sendiri setelah menyelesaikan makan malamnya. Tina sedang bergelut dengan pikirannya sedangkan Felix sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya di London. Setelah itu Felix beristirahat hingga pagi hari.
Pagi nan cerah Tina sedang sibuk menyiapkan sarapan sebelum mengantar Felix ke sekolah dan bekerja. Felix keluar dari kamarnya lalu menyapa Tina.
“Morning mom”, sapa Felix
“Morning”, ucap Tina sambil membawa dua gelas susu yang ia tuangkan ke dalam gelas.
Mereka sarapan dengan suasana hening hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring. Setelah selesai sarapan Tina mengantar Felix terlebih dahulu baru ia berangkat bekerja.
Kini Tina sedang berada di pelataran perusahaan besar yang terkenal dan terbesar di California. Sebelum masuk Tina melakukan do’a agar di beri kelancaran dalam wawancara maupun pekerjaan yang sedang ia geluti.
“Wahh, besar banget. Apa aku bisa langsung bekerja. Semoga saja aku bisa. Semangat Tina, semangat”, gerutu Tina untuk menghilangkan kegugupannya sambil berlalu berjalan menuju ruang hrd.
Setelah sampai di ruang hrd Tina menenangkan rasa kegugupannya dan menetralkan ekspresi khawatir. Lalu ia mengetuk dengan jantung masih berdetak dengan cepat. “tok..,tok..,tok..,”, ketukan pintu dari luar terdengar oleh Mrs. Fiona. Kemudian menyuruhnya masuk, “ masuklah!”, suara keras dari ruang hrd.
“Permisi Mrs., maaf mengganggu” ucap Tina dengan gugup.
Mrs. Fiona mempersilahkan Tina masuk dan duduk di depannya dengan mulai menginterview Tina. Setelah Interview selesai Mrs.Fiona menyerahkan kartu nickname dan mengantarkan Tina ke ruang bosnya.
Tina mengikuti Mrs.Fiona naik lift menuju lantai 7 untuk bertemu dengan CEO. Mrs. Fiona mengetuk pintu, “Tok..!tok..!tok!”.
Thomas yang sedang diributkan dengan beberapa dokumen menyuruh orang yang mengetuk pintu untuk masuk.
“Masuk!”, perintah Thomas.
“Maaf Mr, saya membawa pegawai baru untuk di interview kembali” kata Mrs.Fiona.
Thomas yang masih sibuk berkutat hanya menganggukkan kepala tanpa melihat orangnya kemudian Mrs.Fiona mempersilahkan Tina untuk duduk dan pergi meninggalkan pegawai baru yang baru saja magang.
Setelah 30 menit Tina menunggu sang CEO selesai berkutat akhirnya Tina bertatapan dengan wajah milik sang bos yang membuatnya terkejut saat melihat siapa yang akan menjadi bosnya. Mereka bertemu kembali dengan tidak sengaja di sebuah perusahaan milik Thomas setelah enam tahun berlalu. Tina sangat shock lalu menetralkan ekspresi wajahnya.
“Hallo sweety” sapa Thomas dengan wajah dinginnya.
“Bagaimana kabarmu Lion? Enam tahun lalu kamu cukup gila dalam berhubungan sekarang kamu terkejut”, ucap Thomas dengan berjalan duduk di Sofa.
Tina yang terkejut dengan pikiran kosongnya langsung menyadarkan diri untuk meninggalkan ruang kerja Thomas. Ketika akan kabur lengan Tina di cekal dan di tarik kemudian tubuh Tina terhuyung dan menabrak dada bidang Thomas.
“Hai sweety, kau mau pergi ke mana?” bisik Thomas dengan sedikit menggigit telinga Tina.
Tina hanya diam dan melenguh karena gigitan Thomas.
“Sweety apa kamu bisu?” tanya Thomas.
“Lepasin saya tuan” kata Tina dengan gugup.
Thomas malah semakin erat memegang pinggangnya seolah tidak ingin melepaskan kembali dan kehilangannya.
“Kalau begitu mari ikut saya” kata Thomas dengan menarik lengannya dan membawa ke kamar yang ada di sebelah ruang kerjanya.
Tina mulai memberontak meminta untuk di lepaskan namun Thomas tidak pedulikan. Thomas membawa Tina ke kamar dekat ruang kerja miliknya. Thomas mulai menciumi bibirnya dengan mendalam membuatnya sedikit melenguh. Sedangkan Tina terus meronta namun sayang dia tidak terlalu kuat menyingkirkan Thomas. Thomas terus menikmatinya yang ia rindukan selama enam tahun hingga sore hari.
Setelah kejadian pagi hari itu membuat Tina kesal ketika kembali ke rumah dengan ekspresi wajah yang tidak bisa di baca. Namun Felix akan mencari tahu sendiri kenapa wajah momynya sampai kusut.
“Pasti momy bertemu dengan daddy”, batin Felix yang sudah mengetahui sejak awal. Jika dia bekerja di tempat Thomas Stefanus.
Malamnya Felix belum tidur karena sedang merencanakan bagaimana dapat bertemu dengan Thomas ayahnya untuk menyatukan dengan ibunya agar mereka kembali dan membentuk menjadi keluarga kecil yang selama ini Felix impikan. Apalagi dia juga menginginkan adik perempuan untuk diajaknya main.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Evita Mala
cerita seru tp trlalu cepat
2022-03-12
0