Setelah enam tahun kemudian Tina sedang bermain bersama si malaikat kecil bernama Felix Alexander dan Keenan seorang malaikat pelindung bagi Tina karena waktu hamil sendirian ia yang selalu menjaganya.
“Ayo Felix, lempar bolanya ke momy kamu”, ajak Tina yang tiba-tiba ikut bermain.
“No, mom. Nanti kena wajah momy, terus momy menangis”, ejek Felix
“Berhentilah menggoda momy kamu, Felix”, ucap Keenan.
“Tapi itu betulkan mom”, ejek Felix dengan menjulurkan lidahnya, “blee”.
“Awas ya, momy tangkap”, ancam Tina.
Felix dan Tina kejar-kejaran dengan bersembunyi di tubuh Keenan. Membuat Keenan kewalahan melihat mereka yang saling melempar ejekan.
“Keenan minggirlah, aku ingin sekali-kali memukul bokongnya”, ucap Tina sambil memperlihatkan telapak tangan pada Felix.
“Coba momy kejar aku”, ejek Felix kembali dengan memegang kaos milik Keenan.
“Sudahlah”, ucap Keenan dengan pasrah lalu menggendong Felix dan ia tertawa terbahak-bahak. Kemudian Tina menggelitik tubuh Felix hingga perutnya sakit.
Setelah bermain dan canda tawa, Tina menyuruh mereka untuk membersihkan badan. Sedangkan Tina membuatkan minuman jeruk dan camilan buah-buahan seperti semangka, kiwi, dan apel.
Felix keluar dari kamarnya menuju meja makan dengan menggeser kursinya untuk menikmati camilan dan jus buatan Tina dan tidak lama Felix keluar, disusul oleh Keenan ikut menikmati camilan dan minuman yang dibuat oleh Tina.
“ahhh, segarnya minuman dengan di temani camilan buah-buahan”, ucap Keenan.
“Iya dong uncle, siapa dulu yang menyiapkan hidangan ini”, puji Felix.
Tina menyahut pujian dari Felix, “Iya dong, momynya siapa dulu”, ucap Tina dengan kepedean.
Keenan, Felix, dan Tina saling menertawakan. Setelah itu mereka berkumpul di ruang tengah menonton tv yang sudah di perbaiki oleh Felix sang genius. Felix bangga dengan kepintaran yang dimilikinya. Terkadang Tina meminta bantuan Felix untuk membenahi ponselnya.
Jam makan malam telah tiba, Tina pergi ke dapur memanaskan makanan. Sedangkan Keenan dan Felix asyik menonton film detektif. Mereka berdua memiliki kesamaan sama-sama menyukai film action dan detektif. Seperti karakter Felix suka memecahkan masalah dan ia juga suka pandai berhitung cepat. Tina terkadang sering tidak percaya bahwa anaknya benar-benar seperti ilmuan.
Semua hidangan telah selesai disiapkan. Tina memanggil Keenan dan Felix. Lalu mereka menikmati makan malam bersama dengan di selingi beberapa gurauan.
“Felix! Keenan! Ayo, makan. Makan malamnya sudah siap!”, teriak Tina
“Ya, mom!”, jawab Felix yang langsung menghampiri Tina ke meja makan bersama Keenan.
Kemudian Felix membuka suara setelah menelan makanan yang ia kunyah.
“Mom”, panggil Felix
“Ya, Felix”, ucap Tina
“Aku mau minta izin pergi ke pasar malam bersama aunty Rosy dan Audrey”, ucapnya
“Momy izinkan, sayang”, ucap Tina
“Apa momy mau ikut, juga?”, tanya Felix dengan menawarkan kepadanya.
“Lihat nanti saja, sayang”, ucap Tina.
“Jika kamu ikut mungkin..”, jeda Keenan sambil menggaruk tengkuk tidak gatal, “ mungkin aku bisa menemanimu”, lanjutnya.
“Boleh uncle, malah tambah seru ke pasar malam. Momy pasti akan ikut kok”, ucap Felix dengan senang.
Setelah makan malam selesai Felix sedang membantu kak Laura memecahkan hitungan akuntansi tugas dari sekolahnya. Laura meminta bantuan dari Felix setiap kali ia tidak bisa mengerjakan sendiri dengan lewat jendela kamar Felix. Laura dan Felix diam-diam membuat tangga di area pekarangan milik Laura dan di bantu oleh kakek Mark tetangga kami. Setiap kali Felix membantu, dia meminta upah uang dari Laura, untuk ia kumpulkan buat mendapatkan laptop canggih untuk dia mainkan. Laura juga tidak hanya memberikan Felix upah namun dia juga memberikan lego untuk mengasah otaknya yang cerdas itu.
“Tuk, tuk, tuk”, ketukan dari jendela luar. Felix yang sedang asyik memainkan komputernya terganggu dengan suara ketukan jendela.
“Felix! Felix!!”, panggil Lauren dua kali dengan suara pelan. Felix menghampiri Laura dan membukakan jendela kamarnya. Lalu Laura masuk dengan membawa camilan, laptop, dan buku.
“Felix, biasa..”, ucapnya dengan menaruh buku dan laptop di lantai juga mengeluarkan camilan yang ia bawa.
“Bantulah aku, akan aku berikan upah dua kali lipat. Saat ini aku sedang bermurah hati. Karena daddyku sedang memberikan gajinya kepadaku, sebab semua ini berkat si kecil genius ini”, ucap Laura sambil mencubit dua pipi gembilnya dengan gemas lalu melepaskannya.
Laura memperlihatkan buku tebal cara menghitung angka-angka dalam akuntansi kepada Felix. Lalu ia mencoba memperhatikan dan memahami cara-cara menghitung lewat laptop yang dibawa oleh Laura, yang sejak tadi mengkraus camilan chikinya dan remahan-remahan terjatuh di lantai. Setelah mengerti, Felix mencoba mengaplikasikan kepada Laura agar ia dapat memahami. Meski Laura sedikit bosan namun ia harus berusaha untuk bisa mengerjakan walaupun Felix sedikit kesal dengan Laura, karena beberapa kali penjelasan ia tidak bisa memahami dan pada akhirnya dia mengerti setelah lima kali penjelasan sampai laptopnya hampir kehabisan daya.
Beberapa jam kemudian akhirnya Laura merasa lega, telah menyelesaikan tugas kuliahnya dengan dibantu si anak super. Lalu Laura memberikan upah sesuai janjinya dan Felix menyimpannya di dalam tabung kecil yang diberikan oleh nenek Lily.
“Uhhh.. Leganya. Aku bisa menyelesaikan dengan baik. Thank you, Felix”, ucap Laura.
“Sama-sama kak”, ucap Felix tulus.
“Aku harus kembali ke rumah dahulu, ya Felix. Soalnya aku mau party di hari weekend ini ke diskotik. Bye”, ucap Laura setelah mengemaskan barang-barangnya dan membersihkan remasan makanan di lantai kamar milik Felix.
Setelah berkutat di kamar dengan Laura dua jam lebih, ia keluar mengambil air minum karena haus. Terus Felix ikut bergabung dengan Keenan yang sedang berkutat dengan komputer miliknya. Felix mencoba memanggil setelah ia duduk di sofa single dengan mengambil remotenya.
“ Uncle”, panggil Felix, “Kau sedang apa?”, tanyanya duduk di sofa single sambil menonton siaran tv malam.
“Hei Felix, kamu kok belum tidur?”, tanya Keenan.
“Aku tidak bisa tidur uncle karena malam ini ada film detektif yang dimainkan oleh Thom Cruise meski hanya siaran ulang”, ucap Felix.
“Uncle sedang apa?”, tanya Felix kembali.
“Ini Uncle mencoba memperbaiki komputernya dan keyboard yang rusak”, ucap Keenan.
“Apa ada yang bisa Felix bantuin?”, tanyanya.
Felix mencoba menghampiri Keenan dan melihat kerusakan pada komputer milik Keenan.
“Coba Felix lihat”, ucap Felix dan Keenan sedikit menggeser tempat duduknya.
“Apa kamu bisa?”, tanya Keenan dengan ragu meski dia tahu kecerdasan Felix lebih baik darinya.
“Oh tentu uncle, jangan meragukan aku yang ganteng dan pintar ini”, ucap Felix dengan memuji dirinya sendiri dan Keenan terkekeh dengan pujian untuknya sendiri.
Pada saat ini Felix sedang serius membenarkan komputer milik pamanya yaitu Keenan di ruang tengah. Keenan sebagai pamannya sangat bangga dengan kecerdasannya dalam memperbaiki barang elektronik dengan tangan mungilnya yang lincah itu.
Dia bahkan memiliki daya ingat yang tajam dan pintar menghitung pelajaran matematikanya secara cepat. Dengan kepintaran dalam otaknya itu menurun dari ayahnya yang tidak di ketahui.
Ketika Felix sedang memperbaiki komputer milik Keenan. Kini Tina telah menyelesaikan pekerjaan dan mengobrol dengan Grace. Lalu ia keluar mengambil minum air putih untuk membasahi rasa dahaga. Pada saat sedang lewat, Tina menemukan Felix yang belum tidur dan Keenan yang sedang mengotak atik komputer. Ia kemudian menghampiri mereka yang sedang serius memperbaiki komputernya.
“Felix”, panggil Tina dan Felix menoleh bersamaan dengan Keenan, “sayang, kamu kok belum tidur ini sudah tengah malam”, ucap Tina.
“Sebentar lagi, aku akan menyelesaikan komputer milik uncle dahulu”, ucap Felix yang sedang serius menjajal komputer yang sudah ia perbaiki.
Lalu Tina ikut bergabung setelah mengambil minum.
“I’m sorry Tina, aku telah membuat Felix melewatkan jam tidurnya”, sesal Keenan di samping Felix.
“No uncle, Felix yang menawarkan diri. Jadi, uncle tidak perlu merasa bersalah. Karena Felix juga tidak bisa tidur. Daripada aku dikamar bosan karena berbaring sana-sini tapi mata masih terjaga membuatku menjadi boring lebih baik aku membantu uncle”, ucap Felix yang akhirnya sudah menyelesaikan pekerjaannya dalam membantu Keenan memperbaiki komputernya. Lalu ia mengambil minum dengan nafas lega.
“Thank you boy”, ucap Keenan dengan tulus sambil mengusap kepalanya.
Setiap kali di sejajarkan dengan teman sekelasnya ia tidak dapat tertandingi. Membuat Tina sering khawatir namun bangga. Khawatirnya yaitu menjadi target bagi pengusaha besar ketika belum waktunya. Tina sebagai ibunya akan selalu melindungi anaknya apapun yang terjadi karena dia sudah berlatih taekwondo, pencak silat dan berbagai kegiatan fisik untuk melindungi malaikat kecilnya. Dia sudah bukan lagi wanita yang polos, sekarang ia wanita yang tangguh dan teliti dalam memilah pertemanan dalam hidupnya. Tina sudah tidak mau lagi dibohongi dan dimanfaatkan oleh siapa pun karena sudah berjanji pada dirinya sendiri. Begitu pula dengan Felix, ia juga sudah siap siaga melindungi momynya yang sudah ia pelajari cara bela diri untuk menghempaskan manusia jahat yang berani menyakiti ibunya. Felix sudah memegang sabuk hitam dalam bela diri. Jadi, dia tidak khawatir apapun untuk menjaga momynya.
Keesokan harinya Felix sedang jalan-jalan ke taman dengan Keenan. Mereka menikmati suasana pagi untuk berolahraga. Lalu Felix bertemu Audrey sedang makan hot dog bersama uncle Martin dan Felix menyapanya bersama Keenan.
“Audrey!”, panggil Felix dengan suara keras terus Audrey menoleh ke kanan dan Felix bersama Keenan menghampirinya.
“Hai Felix”, sapa Audrey sambil mengunyah hot dog yang ia beli.
“Hai, kamu tidak ikut berolahraga?”, tanya Felix.
“Tidak, dia katanya hanya ingin jalan-jalan saja lalu makan. Karena dia tidak ingin lelah setelah berolahraga dan harus kembali membersihkan badan”, ucap Martin sambil melirik Audrey yang cuek. Mereka lalu terkekeh setelah mendengarkan cerita dari Martin namun Audrey tidak peduli.
“Oh ya, nanti malam jadi ikut kan, untuk ikut pasar malam?”, tanya Audrey yang sedang menikmati hot dog.
“Ya, aku ikut dan bersama uncle Keenan juga momy ku”, ucap Felix.
“What?!, kamu ajak banyak orang?”, ucap Audrey dengan terkejut.
“Yap, tapi tidak banyak orang namun hanya sekeluarga. Aku dan momynya saja, putri cantik”, ucap Keenan dengan embel-embel memuji Audrey.
Setelah selesai berolahraga bersama Keenan, Audrey, dan Martin, Felix langsung bergegas membersihkan badan begitu juga dengan Keenan. Lalu mereka sarapan pagi bersama.
“Morning mom”, sapa Felix yang telah selesai ritual mandinya.
“Pagi sayang”, sapa Tina sambil menuangkan susu cair ke gelas lalu duduk bergabung dengan Felix sambil menunggu Keenan turun dari kamarnya, “bagaimana dengan olahragamu?”, tanya Tina.
“Olahraga hari ini sangat menyenangkan karena bertemu Audrey juga , jadi ramai mom”, jawab Felix.
“Good morning Tina”, sapa Keenan sambil menggeser kursi terus ikut bergabung dengan ibu dan anak yang sedang mengobrol.
“Morning Keenan”, sapa Tina.
Kemudian mereka menikmati sarapan paginya dengan roti selai dan susu segelas.
“Oh ya, Ana apa kau sudah menyiapkan perjalanan kamu untuk kembali ke California?”, tanya Keenan.
“Ya, sudah. Berkat bantuan Grace juga”, ucap Tina.
“Syukurlah”, ucap Keenan dengan tulus.
Lalu Felix ikut menimbrung pembicaraan dua orang dewasa.
“Apakah benar kita akan ke California secepatnya mom?”, tanya Felix.
“Ya sayang, tapi tidak secepatnya masih menunggu satu atau dua bulan untuk menyelesaikan pengunduran diriku dalam perusahaan dan panggilan bekerja dari perusahaan baru yang momy lamar. So, tidak secepat itu”, jawab Tina dengan tersenyum dan Felix hanya berohria.
“Apa kita jadi ke pasar malam nanti?”, tanya Tina.
“Ya mom, apa momy bisa ikut?”, tanya kembali Felix.
“Ya, momy akan ikut sepertinya seru”, ucap Tina.
“It’s good mom”, ucap Felix.
Di tengah sarapan pagi Felix bersama keluarganya tiba-tiba Audrey datang mengajak Felix untuk berkunjung ke rumahnya bermain playstation.
“Permisi! Felix!!”, teriak Audrey dari luar dengan langsung berlari masuk ke rumah Felix dalam keadaan pintu terbuka menuju ke meja makan.
“Hallo sayang, pagi”, ucap Tina.
“Pagi aunty”, ucap Audrey.
“Apa kamu mau ikut sarapan pagi dengan bersama kami? “, tawar Tina.
“Thank you aunty, aku sudah sarapan dan masih kenyang...”, ucap Audrey sambil mengusap perutnya.
“Iya mom, tadi dia sudah sarapan di taman dengan memakan hot dog bersama uncle Martin. Apalagi dia menghabiskan dua hot dog mom”, ucap Felix sambil melirik Audrey.
“Apaan sih, kamu Felix”, sungut Audrey dengan terkekeh.
“Oh ya, kamu kenapa kesini?”, ucap Felix.
“Aku mau mengajakmu bermain playstation”, ucap Audrey.
“Baiklah”, tanda setuju dari Felix dan meminta izin dengan Tina, “Mom aku pergi ke rumah Audrey dahulu ya?”, ucap Felix
“Baiklah sayang, pergilah”, ucap Tina.
“Thank you mom”, ucap Felix dengan menghabiskan setengah gelas susu yang tersisa.
Kini Felix berada di kamar Audrey menikmati bermain playstation bersama Audrey serta Kevin si tukang makan.
Sedangkan Tina saat ini sedang menyelesaikan tugasnya sebagai karyawan yang bekerja di staylist fashion. Ia sedang berkutat dengan dokumen dan foto-foto para model untuk di terbitkan dalam bentuk majalah.
Pada siang hari Felix berjaga di rumahnya sambil menonton siaran tv di ruang tengah. Ketika Felix sedang menikmati menonton siaran Tv, melihat seorang laki-laki yang rapi dengan setelan jas memiliki wajah perawakan yang sama dengannya. Lalu Felix langsung mencoba mencari info tentang pria itu untuk memastikannya. Setelah menemukan, Felix mencari cara mengajak momynya untuk segerah kembali ke tanah kelahirannya yaitu California setelah Tina kembali ke rumah dan sehabis pulang dari pasar malamnya.
Malam telah tiba, saat ini Felix dengan lainnya menikmati arena permainan seperti naik kincir, kereta, dan banyak lagi permainan lainnya yang di suguhkan. Setelah bermain Felix dan Audrey menemui keluarga mereka untuk ikut bergabung makan jagung bakar di stand warung kecil.
“Apa kalian menikmati semua permainannya?”, tanya Tina untuk Felix dan Audrey.
“Ya aunty, apalagi Felix jago menjatuhkan semua kalengnya lalu Audrey dapat boneka yang kuinginkan”, ucap Audrey sambil memamerkan bonekanya.
“Nak kamu hebat sekali, uncle Xander aja belum tentu bisa”, puji Rossi sambil melirik Xander.
“Sayang, aku juga bisa meski berulang beberapa kali”, ucap Xander dan semua ikut terkekeh.
Sudah tengah malam mereka kembali ke rumah setelah pasar malam mulai sepi. Lalu mereka berbaring di ranjang kamar masing-masing kecuali Felix yang sedang berbicara dan membujuk Tina untuk secepatnya berpindah ke California.
“Tok..,tok..,tok”, ketukan pintu dari luar saat Tina akan membaringkan diri. Lalu ia beranjak membukakan pintu orang yang diluar mengetuk pintu.
“Felix, kenapa kamu tidak beristirahat di kamar? Atau kamu mau berbaring bersama momy?”, tanya Tina bertubi-tubi.
“Apa aku boleh masuk?”, tanya Felix tanpa memperdulikan pertanyaan Tina.
“Ya, tentu Felix”, ucap Tina sambil menutup pintu.
“Ada apa? Sepertinya serius”, ucap Tina.
“Mom, mom...”, ucap Felix.
“Ya Felix”, sambil sedikit menguap.
“Mom, apa kita bisa secepatnya berpindah ke California di tanah kelahiranmu?”, tanya Felix
“Kenapa kamu tiba-tiba ingin cepat-cepat pindah ke sana?”, tanya Tina dengan dahi mengernyit.
“Aku.., aku ingin segera bertemu aunty Grace mom”, ucap Felix
“Apakah cuman itu?”, tanya Tina
“Sebenarnya tidak hanya itu, aku mau menemui pria itu setelah selesai melakukan pencarian dan penyelidikan secara lengkap. Namun aku tidak mau mengungkapkan dahulu pada momy”, batin Felix yang masih diam.
“Felix”, panggil Tina.
“Tidak hanya itu mom, aku juga mau segerah bersekolah disana di bagian ketrampilan robotik”, ucap Felix dengan sepenuhnya tidak berbohong.
Tina menatap bola mata hitam pekat dengan mendalam, setelah itu Tina memutuskan apa yang akan diambil setelah Felix mengungkapkan jawabannya.
“Baiklah, tapi tidak secepat itu. Karena momy harus mengubah semua perencanaan kepindahan kita kembali dan menunggu hasil tes momy di beberapa perusahaan yang momy lamar”, ucap Tina.
“Felix bisa membantumu mom, percayalah dalam jangka waktu singkat momy akan langsung diterima di perusahaan yang momy ajukan lamarannya dan perencanaan kepindahan di California serahkan saja pada Felix”, ucapnya dengan percaya diri
“Tapi Felix...”,
“Please mom...”, mohon Felix dengan wajah memohon.
Kemudian Tina menyanggupi permohonan Felix dengan berbagai macam alibi agar dapat kembali ke California.
“Baiklah..”, ucap Tina setelah melihat wajahnya memohon, membuat Tina tidak tega.
“Thank you mom”, ucap Felix dengan wajah bahagianya sambil mencium bibir momynya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Supartini
keren felix jenius
2024-02-17
0
Naumi Pujiati
Felix umur berapa ya kok sudah pemengang sabuk hitam taekwondo setahuku sabuk hitam taekwondo umur 17than
2022-06-13
0
Atun
hahah 😂😂
2022-06-12
0