The Legend Of Ragna
Kisah besar ini dimulai dari bagian selatan Benua Slavaka tepatnya disebuah kota kecil bernama Aldias.
Kota Aldias adalah sebuah kota yang sangat indah karena berbatasan langsung dengan hutan dan laut.
Angin semilir menerpa sebuah kapal layar yang tengah berlabuh ditepian dermaga dan dengan langkah perlahan seorang gadis turun dari kapal itu.
Gadis itu hanya mengenakan baju putih tanpa lengan dan ia juga mengenakan celana pendek ketat yang membuat lekuk tubuh bagian bawah hampir terlihat jelas, ia juga mengenakan tas berukuran besar dipunggung.
Begitu turun dari atas kapal ia langsung menjadi sorotan dan tatapan mata dari para orang-orang disepanjang jalan yang dilaluinya.
Baik itu pemuda atau orang tua menatapnya dengan penuh ***** bejat akan tetapi para wanita terlihat iri pada penampilannya itu.
"Fiuh...!! Setelah melakukan perjalanan jauh akhirnya aku sampai juga" Gerutu gadis itu yang lalu melihat sebuah peta yang dikeluarkan dari saku celana, "Hmm... lokasinya berada cukup jauh karena ada dihutan jadi aku harus mengumpul perbekalan yang cukup sebelum berpergian..."
Gadis itu kemudian menaruh kembali peta tersebut ke saku celana, "Panasnya kota ini..." ia mengibas-ibaskan bajunya yang longgar itu dan menatap langit tanpa mempedulikan dirinya menjadi pusat perhatian.
"Yah, apa boleh buat..." ia mengenakan sebuah topi koboi dan berjalan perlahan dengan santai meski menarik perhatian
"Kurasa aku harus mencari minuman dulu..." ucapnya dengan mengusap keringat yang mengalir dipipinya.
Gadis itu merupakan salah satu bangsawan dari sebuah kerajaan yang ada dibenua Slavaka, ia bernama Erinka.
Erinka jauh-jauh berpergian ke kota terpencil Aldias dengan tujuan mendapatkan kekuatan burung api Phoenix yang melegenda agar ia diakui oleh orang-orang dikerajaan terutama orang-orang kalangan para bangsawan.
Erinka adalah seorang penyihir dengan elemen api jadi ia beranggapan jika mendapatkan burung api Phoenix maka kekuatannya akan meningkat.
*****
Aldias merupakan kota yang cerah, indah dan memiliki udara sejuk karena letaknya berada ditengah-tengah hijaunya hutan dan birunya lautan.
Kota itu juga merupakan tempat yang ramai karena memiliki sebuah dermaga dan tentu saja merupakan tempat keluar masuknya barang.
Para pedagang lalu lalang dikota itu dan mereka terlihat sibuk bongkar maupun muat barang pada kapal-kapal yang sedang berlabuh.
Dikota juga sangat berisik karena orang-orang dari berbagai tempat berkumpul untuk berdagang atau sekadar mencari kebutuhan.
Erinka yang berkeringat berjalan dengan wajah penuh semangat meski membawa tas punggung yang terlihat berat, "Jadi dimana aku bisa menemukan persediaan makanan, ya?" Ucapnya yang sampai didaerah pertokoan
"Hmm... kurasa aku memilih tempat itu!!" Ucapnya setelah berfikir sejenak dan ia mulai melangkahkan kaki lagi, "Dan kurasa aku bisa mendapatkan beberapa informasi disana..."
Erinka memilih sebuah bar yang merupakan tempat berjudi, minum-minuman atau menghabiskan uang dengan para gadis-gadis manis penghibur pengunjung kota.
Bukan tanpa alasan, Erinka memilih sebuah bar karena disana tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai tempat terutama dari golongan petualangan dan para pemburu yang mungkin membuatnya mendapatkan informasi.
"Hah..." Erinka menghembuskan nafas sebelum masuk kedalam tempat itu, iapun menghirup bau alkohol yang menyengat dan merasa agak tak nyaman.
Dengan langkah perlahan ia berjalan ke arah pelayan bar dan terlihat tempat itu sangat ramai saat Erinka masuk kesana, iapun menjadi pusat perhatian karena berpakaian cukup minim dan pakaiannya terlihat menyolok perhatian orang.
Meskipun begitu Erinka tak mempedulikan tatapan orang-orang yang menatap dirinya dengan ***** bejat, ia malah menganggap mereka yang ada di bar itu sebagai sekumpulan manusia rendahan yang bahkan tak pantas untuk dilirik.
"Bisakah aku membeli beberapa botol bir? Beberapa kebutuhan?"
Pelayan itu tertegun pada pesona dan penampilan Erinka terlebih pada rambut merah panjang miliknya, "A-da!! Kau bisa membelinya disini!!" Ucapnya dengan nada gagap karena tersadar dari lamunan.
"Baguslah, berikan aku empat botol!!" Erinka hanya tersenyum, iapun duduk pada salah satu meja yang kosong.
Pelayan itu mengambilkan barang yang dipesan Erinka dan tak berselang waktu lama empat botol bir berserta beberapa makanan diletakan di meja, "Berapa harganya?" Tanya Erinka.
"Anu..." si pelayan itu menghitung apa yang dipesan tapi secara mendadak seorang pria berbadan besar yang nampaknya seorang pemburu mendekat.
"Hahahaha...!! Gadis kecil kau membeli banyak sekali bir, apakah kau ingin meminumnya bersamaku??"
Erinka dengan tatapan kesal berusaha mengabaikan tetapi pria itu malah menggoda, "Ya, jika kau mau meminumnya denganku maka aku bisa membayarnya untukmu?"
"Kurasa dia tak mau denganmu!!"
"Benar, kau jelek!!"
"Mandilah sana dulu!!" Sahut rekan-rekan pria itu dengan tertawa yang berada dimeja lainnya.
"Cih...!!" Erinka sedikit jengkel dan moodnya mendadak jadi buruk, "Jangan ganggu aku!!" Ucapnya dengan suara pelan.
"Hah?? Apa yang kau katakan, gadis kecil?" Pria itu malah meremehkan.
Erinka mengambil satu botol bir yang dipesan, "Cthaarr...!!" Ia tanpa ragu menghantamkan botol itu pada wajah pria yang tengah menggodanya.
Pria itu basah kuyup dan geram, "Sialan!! Beraninya kau melakukannya padaku!! Ini sebuah penghinaan!!"
Semua yang ada di bar terkejut dan terdiam akan tetapi Erinka malah menyeringai dan mengambil sebotol lagi kemudian memukulkannya pada wajah pria itu, "Cthaarr..."
Botol kaca bir itupun hancur berkeping-keping dan bahkan pria tersebut dibuat terlempar.
Meskipun begitu tanpa rasa takut dan penuh rasa sombong, Erinka berkata dengan tegas, "Tiada alasan untuk takut padamu..." ia menunjukan sebuah gulungan yang berstempel kerajaan dari dalam tas punggungnya.
Spontan semua orang terdiam, apalagi untuk orang yang sebelumnya menggoda Erinka, ia merasa takut akan tetapi ketakutan mereka bukan pada Erinka melainkan takut berurusan dengan pihak kerajaan"Sialan!! Jika bukan tempat umum kau mungkin sudah ku habisi, gadis tengik..." ia merasa kesal karena ditolak dengan cara dipermalukan lalu diancam atas nama kerajaan.
Erinka menyeringai serasa memenangkan perdebatan dan dengan begitu pria yang menggodanya pergi
"Berapa Tuan, harga empat birnya dan kebutuhan yang ku pesan?" Tanya Erinka pada pelayan bar itu.
"Tidak usah!! Untukmu gratis saja..." pelayan bar merasa ketakutan pada perbuatan Erinka apalagi setelah mengetahui ia berasal dari kerajaan.
Erinka mengambil bir yang tersisa dan meletakan satu keping emas diatas meja, "Terima kasih..." ia kemudian meninggalkan tempat itu dan mengurunkan niatnya untuk mencari informasi tentang keberadaan burung api Phoenix.
*****
Setelahnya karena dirasa persediaan makanan belum cukup maka Erinka pergi ke toko lain untuk mencari,"Capek juga tapi aku siap melakukan perjalanan..." ucapnya dengan ekspresi gembira setelah segala kebutuhan dan perlengkapan telah ia dapatkan.
"Meski tak mendapatkan informasi tentang tempat tujuan akan tetapi aku beruntung memiliki sebuah peta..." ucap Erinkan dengan melangkahkan kaki meninggalkan kota dan bergerak menuju hutan belantara.
Erinka berjalan keluar kota dan dengan langkah kecilnya ia bergerak dalam hutan lebat yang letaknya disamping kota
Petualangan gadis angkuh itupun baru saja dimulai
Bersambung Ke The Legend Of Ragna Chapter 2 : Lelaki Berambut Putih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Oi Min
coba baca ini dulu mak....... soalnya Arashi blm up lagi. dan semoga cerita nya g kalah bagus dri Arashi ye......
2022-10-04
0
Ahmaed Junaidi
I'm back
gw simpen dulu dah
2021-11-03
4
『~Tempest~』
protagonis nya siapa? s
2021-10-15
1