Erinka berhadapan lagi dengan pria yang dua kali bermasalah dengannya dibar.
Sebagai musuh, pria itu menggunakan sebuah item sihir yang berupa sarung tangan besi.
"Hahahaha...!!" Ia tertawa lepas setelah berhasil membuat lengan kanan Erinka patah.
Erinka menatap dengan tatapan tajam, "Sialan, apa kau pikir dirimu telah menang?"
"Cih, kau masih sombong juga, gadis kecil..." pria itu melesatkan serangan lanjutan dengan melompat lalu menghantam.
"DYYEESS...!!" Tinju pria itu meleset dan hanya mengenai permukaan tanah lalu menciptakan sebuah cekungan.
Meski Erinka mampu menghindar tapi tetap saja ia terlempar ke belakang karena kuatnya hembusan angin.
"Ugh!!" Erinka berusaha berdiri tegak dengan tangan kiri memegangi tangan kanan yang patah, "Sial, apa aku harus menggunakan kekuatan Phoenix? Tapi masalahnya aku belum menguasainya!! Aku takut malah kehilangan kendali..." pikirnya
"Hahahaha..." lawan Erinka tertawa lepas, "Kau boleh juga masih bertahan, gadis kecil..."
Ragna yang sedang melawan para penyelundup lainnya sangat jengel, "Dia terdesak juga..." ucapnya saat melihat Erinka terberhasil dipojokan oleh lawan.
"Sudah ku duga, kami tak mungkin menang melawan mereka..." gumam Ragna dalam hati dan iapun tengah memikirkan sebuah cara untuk melarikan diri.
Ragna yang memikirkan sebuah rencana akan tetapi ia menemui jalan buntu, "Sial, kurasa tak ada pilihan lain..."
Lelaki hutan itu berteriak dengan mengambil sebuah dinamit, "Cih...!!! Aku muak!! Mari mati bersama...!!!"
Iaupun menyalakan sumbu pada peledak itu lalu melemparkannya pada kotak besar yang seluruh isinya dinamit.
"Apa...!!!" Semua pekerja yang melihatnya langsung panik dan terkejut pada aksi gila dari Ragna dan bahkan Erinka yang sedang melawan bertarung ikut terkejut.
"Apa kau sudah gila, bocah?" Teriak pria yang bertarung melawan Erinka.
"Ya, aku sudah gila..." jawab Ragna dengan tersenyum lebar.
Erinka segera berlari ke arah Ragna dan menarik tangannya, "Dasar bodoh!!"
"Kaulah yang bodoh!!" Keduanya berlari menjauh.
Mereka semua langsung dilanda kepanikan yang luar biasa dan berlarian ke segala arah.
"Semuanya lari!!!"
"Tinggalkan tempat ini!!!"
"Kita akan mati!!!" Teriak para penyelundup itu yang berlarian tak karuan.
Erinka sangat jengkel, "Apa yang kau pikirkan...!!!"
"Aku tak memikirkan apapun...!!!" Teriak Ragna.
"Apa kau juga tak memikirkan nyawa kita?"
"Tentu saja tidak!!"
Keduanya berlari secepat mungkin lalu melompat ke dalam air bersama-sama, "DHHUUAARR...!!!!" Ledakan yang luar biasa hebat terjadi secara beruntun digelapnya malam itu.
Hal itu membuat seluruh penduduk dikota sebelah yang letaknya agak jauh terkejut ketika mendengar suara ledakannya.
Mereka berlarian keluar rumah dan menjadi terbelalak ketika melihat kobaran api ledakan membumbung tinggi dengan cahaya merah menyala digelapnya malam, "Apa yang sebenarnya terjadi?" Mereka yang terkejut bertanya-tanya.
*
Waktu yang semula malam secara perlahan berganti dengan pagi, cahaya rembulan perlahan berganti dengan sinar mentari.
Hari yang barupun datang.
Lalu ledakan besar dimalam hari yang sangat mengejutkan itu membuat pasukan keamanan kota terdekat bergerak menuju ke tempat itu.
Meskipun begitu yang tersisa disana hanyalah sisa-sisa ledakan besar dengan kepulan asap dibeberapa tempat.
Mereka yang tiba disana sangat terlambat karena tak menemukan apa-apa kecuali puing-puing ledakan, semuanya hangus ditelan oleh api ledakan.
Ragna dan Erinka, keduanya sangat beruntung bisa lolos dari ledakan itu.
Mereka mengambang dipermukaan air dengan berpijak pada sebuah puing-puing yang ada diatas permukaan laut.
Erinka masih tak percaya pada aksi gila yang dilakukan temannya itu dan iapun terlihat marah, "Cih, aku tak percaya kau melakukannya!! Kau nyaris membunuhku...!!"
"Jangan berkata seperti itu!! Ini juga salah karena menyerang tanpa pikir panjang..!!" Jawab Ragna yang tak terima disalahkan.
Erinka tetap saja menganggap semuanya adalah kesalahan Ragna, "Semua ini gara-gara dirimu, dalang penyelundupan gagal terungkap dan juga aku jadi gagal dalam misi level A"
"Aku tak mendapatkan uang dan penghargaannya..."
Ragna hanya terdiam dan tak menjawab lagi, iapun tak ingin bermasalah dengan kemarahannya Erinka tetapi ia bergumam dalam hati, "Bodoh ah...!! Yang penting selamat!!"
Karena sudah lolos dari masalah dan selamat secara perlahan mereka berdua berenang menepi ke daratan terdekat yang kebetulan ada sebuah kota.
Sekali lagi keduanya tak punya apapun selain pakaian lusuh, kotor dan compang-camping bagaikan seorang gelandangan yang keduanya kenakan.
"Hah..." keduanya menghela nafas panjang dan terlihat sangat lelah.
Erinka si gadis bangsawan menggerutu, "Sial, apa yang harus kita lakukan? Apa kita akan memasuki kota dengan penampilan seperti ini?"
Ragna menjadi kesal pada gadis bangsawan yang mengajak dirinya keluar dari tengah hutan itu, "Kau benar kita tak mungkin berkeliaran ditengah kota dengan penampilan seperti ini...!!!"
"Kita seperti gelandangan saja!! Aku sangat lapar dan tiada pilihan lain selain menuju ke kota untuk cari makanan...!!"
Erinka yang merupakan bangsawan merasa malu pada penampilannya, "Aku tak akan pergi ke kota dengan pakaian lusuh dan kotor seperti ini...!!"
Ragna makin jengkel, "Ya sudah kalau begitu!! Kita berpisah disini dan aku akan menemukan ingatan masa lalu ku sendirian saja..." ucapnya dengan perlahan berjalan menjauh.
"Eehh...???!!!" Erinka terkejut, "Kau bercanda??"
"Aku serius..." ucap Ragna tetap berjalan menjauh.
"Tapi aku membutuhkanmu!!"
"Aku tak peduli!!"
Erinka tak punya pilihan lain selain mengejar Ragna karena tau betul bahwa lengan kiri akan putus lagi dan pengendalian kekuatan api Phoenix yang ada dalam dirinya akan lepas jika menjauh dari Ragna, "Hey, tunggu aku..."
"Khehehe..." Ragna tertawa dalam hati sambil melirik kebelakang karena berhasil mematahkan keegosian Erinka.
Hari perlahan mulai siang dan kebetulan dikota tersebut sedang diadakan sebuah parade sehingga banyak orang berkerumunan memenuhi trotoar jalanan.
Karena keramaian Ragna dan Erinka jadi malu untuk menampakan diri, mereka malu karena pakaian yang dikenakan kotor terlebih bau tubuh mereka sekarang ini sangat menyengat dan menusuk hidung.
Keduanya bersembunyi digang sempit dan menatap dari jauh, "Duh, sekarang kita harus bagaimana?" Ucap Erinka.
"Dengan pakaian kita yang sekarang maka kita bisa disangka gembel..." Ragna jadi pesimis untuk menampakan diri.
Mereka sedang berfikir untuk mencari makan dan uang tanpa harus menampakan diri akan tetapi setelah berfikir keras keduanya menemukan jalan buntu.
Ya, entah itu keberuntungan atau kesialan menimpa keduanya karena beberapa orang mendekat dari arah belakang, "Hey, ini daerah kami!! Dan pakaian kotor kalian mengganggu pandangan mataku...!!"
"Enyahlah!! Kalian para gembel!!" Mereka yang muncul adalah sekumpulan preman.
Erinka maupun Ragna melirik ke belakang dan tersenyum menyeringai karena menemukan sebuah ide yang sama, "Khehehe...!!!"
"Apanya yang lucu??!!!" Bentak ketua preman tersebut.
"Jbbuak...!!! Jbbuak...!!!" Ragna dan Erinka bertarung menghadapi mereka tanpa ampun.
Keduanya menghajar para preman itu lalu mengambil beberapa pakaian dari mereka serta merampas seluruh uang mereka.
Sekarang Ragna mengenakan kaos merah dengan celana hitam panjang dan Erinka memakai kaos putih tanpa lengan, celana hitam panjang dan sebuah topi diatas kepala.
"Kita lebih buruk dari mereka..." ucap Ragna yang kasihan pada para preman yang terkapar ditanah dalam kondisi telanjang.
"Kau tau, kadang kehidupan kota lebih kejam dari pada dihutan..." ucap Erinka tanpa ada rasa bersalah.
"Yap, sekarang kita bisa jalan-jalan..." ucap Ragna
"Benar sekali!!" Sahut Erinka yang terlihat cantik meski dengan pakaian rampasan.
*****
Kerumunan orang memenuhi jalan kota, mereka terdiri dari para pedagan dan para penduduk yang sedang menikmati keramaian dari parade.
Keduanya berjalan menyusuri jalan kota untuk mencari makan dan melihat-lihat karena telah memiliki uang dari memeras para preman.
"Hmm... aku tak habis pikir? Meski tadi malam terjadi ledakan yang luar biasa tapi orang-orang disini tidak merasakan panik sedikitpun..." ucap Ragna
"Yah, mungkin para penjabat atau otoritas ditempat ini merahasiakan kejadian itu..." ucap Erinka.
"Aku paham!! Jika kejadian itu diketahui publik ku yakin mereka akan panik..." ucap Ragna.
"Tepat sekali!!" Ucap Erinka dengan melihat kesana kemari, "Duh, seandainya semalam aku tidak gagal mengungkap dalang penyelundupan pasti hari ini aku akan terkenal dan punya banyak uang..."
"Jangan mengada-ada!! Kita tak mungkin menang melawan mereka semua karena kita kalah jumlah dan juga kau terlalu gegabah..." ucap Ragna yang masih kesal pada sikap egois dari Erinka, "Ngomong-ngomong berapa jarak tujuan kita sekarang dari tempat ini??"
"Jangan ditanya lagi, tujuan kita masih jauh..."
"Huff... gitu, ya?" Ragna menghembuskan nafas panjang, "Kita harus cari informasi dan ide tentang cara perjalanan kita selanjutnya..."
"Semuanya akan terasa jauh lebih mudah kalau aku tak kehilangan tas punggungku..." gerutu Erinka yang merupakan gadis bangsawan.
Bersambung Ke The Legend Of Ragna Chapter 11 : Naik Kereta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Oi Min
bagus Ragna...... hrs kmu beri pelajaran buat si Erinka
2022-10-04
0
Oi Min
kwe kwi sing ra mikir Erinka. Ragna selalu menolong mu, tp dia jga selalu saja kmu salahkan
2022-10-04
0
Estiyanto Sri Nugroho
Salah ketik nama MC thor...
2022-08-06
1