Dengan bermodalkan sebuah peta, Erinka seorang diri berani memasuki sebuah hutan lebat demi mendapatkan Burung Api, Phoenix.
"Ugh... sial, jika bukan demi mendapatkan kekuatan dari burung api legendaris itu mana mungkin aku sampai ditempat yang jauh ini..." gerutunya saat nyamuk-nyamuk hutan menghisap darahnya.
Iapun bersikeras, bersemangat dalam mencapai tujuannya dan setelah berhari-hari dihutan belantara itu, Erinka kembali melihat peta yang merupakan satu-satunya petunjuk, "Akhirnya aku sampai ditempat tujuan..."
"Sarang burung api Phoenix!!"
Gadis itu sampai disebuah gua yang letaknya di bawah jurang dan untuk sampai ke dalam gua maka ia harus melewati sungai dulu.
Sungai juga arusnya terlihat deras karena bagian atas sungai ada air terjun yang cukup curam, "Duh, sekarang bagaimana aku harus kesana?" Ucapnya dengan berfikir.
Setelah sejenak berfikir, Erinka menemukan sebuah cara untuk menuju ke gua yang letaknya di dasar jurang disebrang sungai.
Ia mengambil sebuah tali yang ada ditas punggungnya dan mengikat ujung tali pada sebuah pohon besal lalu mengikat ujung yang satunya pada pinggangnya sendiri, "Ku harap ini berhasil..." ucapnya dengan menatap gua.
Ya, tali itu digunakan agar tidak hanyut terbawa kuatnya arus sungai.
Setelah mengikat tali Erinka merasa aman untuk bertindak, iapun melompat dari atas jurang dan terjatuh ke dalam sungai, "Bllum... bllum..." dengan susah payah ia berusaha ke tepian.
Dan setelah bersusah payah gadis itu akhirnya berhasil sampai ke mulut gua, "Hah... hah... hah..."
"Akhirnya aku berhasil juga!!" Ucapnya yang senang meski pakaiannya basah kuyup.
Ia kemudian melepaskan tali yang mengikat pinggangnya dan mengikatnya pada sebuah batu. Tali itu akan digunakan lagi untuk memanjat tebing jurang setelah nanti berhasil.
Erinka tak membawa apapun karena basah kuyup akan tetapi ia memberanikan diri memasuki gua meski tempat itu gelap gulita tanpa cahaya.
Ia mengacungkan jari telunjuk ke atas dan berkobarlah api dijarinya itu, "Khihihi...!! Beruntunglah karena aku adalah pengguna sihir api." Ucap Erinka dengan tertawa karena dapat mengatasi situasi yang ada.
Gadis itu perlahan menyusuri gua yang basah dan cukup licin pada permukaan gua.
Lalu didinding gua bebatuan menjadi cukup tajam yang bisa digunakan sebagai pegangan akan tetapi jika tergelincir bisa sangat berbahaya.
"Hmm... apakah ada orang yang pernah kemari sebelumnya, ya?" Ucapnya yang melihat tulang belulang dari tubuh seseorang didalam gua.
Ia tak merasa takut atau panik meski melihat tulang belulang tepat dihadapannya karena tujuannya mendapatkan Burung Api Phoenix jauh lebih kuat dari pada apapun.
"Khihi...!!" Meski seorang diri namun Erinka senyam-senyum mengingat tujuannya bisa tercapai.
Tanah gua yang semula basah sekarang mulai kering bahkan suhu udara menjadi perlahan panas.
Erinka yang semula pakaiannya basah kuyup sekarang menjadi kering, iapun melihat cahaya bersinar terang dan bergegas cepat, "Phoenix...!!" Erinka terkejut saat melihat seekor burung yang terbuat dari elemen api sedang bersarang didalam gua.
"Jadi itu Phoenix, ya?" Gumamnya dalam hati saat melihat api merah menyala dari Burung Api Phoenix, iapun mengamati dengan mengendap-endap agar tak membuat si Phoenix terganggu.
Erinka terdiam dan bergumam dalam hati, "Sekarang apa yang harus kulakukan?" Ucapnya yang sedikit bingung karena ukuran Phoenix jauh lebih besar dari yang ia kira.
Sekarang menangkap dan mendapatkan kontrak dari Phoenix tak semudah apa yang ia bayangkan karena harus bertaruh nyawa.
"Diluar adalah sumber air jadi jika aku bisa memancingnya keluar dan menggunakan air terjun maka aku bisa memperlemah dan saat sudah lemah maka aku bisa mengikat kontrak dengannya..." pikir Erinka.
Ia berjalan mengendap-endap untuk mendekati Sang Phoenix itu akan tetapi Erinka yang kurang waspada karena terlalu bersemangat tersandung sebuah batu, "Bruuk...!!" Iapun jatuh ke tanah, "Aduh... hidungku berdarah!!"
Kelengahan yang menimbulkan suara berisik itu membuat Burung Api Phoenix yang semula tenang kini melirik ke arahnya dengan sorot mata tajam.
"Eehh...??!!" Erinka terkejut dan kebingungan karena tak tau harus melakukan apa.
Semuanya tak berjalan sesuai dengan rencana jadi pada akhirnya Erinka langsung memasang sikap waspada mengingiat Sang Phoenix sudah mengetahui keberadaannya, "Apa boleh buat...!!"
Dalam gua yang gelap menjadi terang benerang karena Sang Phoenix mengepakan sayap sehingga api menyebar ke segala tempat, "WUUSS...!!"
Phoenix melesat dengan serangan cakar akan tetapi Erinka yang sudah waspada mampu menghindar, "Cih...!!" Ia kesal karena cengkraman cakar Phoenix mampu meremukan sebuah batu.
Phoenix kembali menatap Erinka dan mengepakan sayap apinya.
"Kau pikir hanya kau yang memiliki api..." ucap Erinka dengan tatapan tajam, ia meningkatkan energi maupun kefokusan dan secara mendadak lengan kanannya mengeluarkan kobaran api, "Inilah kekuatan sihirku...!!"
Gadis itu berlari ke arah Burung Api Phoenix dan langsung memukul salah satu sayapnya, "Jbbuuak...!!" Burung itu terlempar hingga membentur dinding gua yang tajam sampai tertusuk.
Erinka tak menyia-nyiakan kesempatan itu, iapun mulai mengeluarkan gulungan kontrak untuk mengikat kekuatan dengan makluk itu.
"Eehh...??!!" Erinka terkejut.
Burung Api legendaris itu seketika menjadi abu yang dedebuan apinya menyebar ke segala arah dan membuat ruanganan gua berubah warna menjadi biru, "Ini buruk!!" Gumam Erinka yang menyadari dia melakukan kesalahan, iapun segera bergegas meninggalkan tempat itu.
Iapun berlari secepat mungkin meninggalkan gua, "Burung Api Phoenix memiliki kemampuan spesial yaitu mampu lahir kembali dari kematian dan konon katanya setelah kembali dari kematian Sang Phoenix akan jauh lebih kuat..."
Ya, dan benar saja!! Gadis itu menuju ke mulut gua lalu abu yang berwarna biru mulai membentu kobaran api dan dalam sekejap berubah membentuk wujud Burung Api Phoenix, "Sial...!!" Ucap Erinka dengan melirik ke arah belakang.
"WUUSS...!!" Dengan sekali kepakan sayap burung legendaris itu terbang melesat dengan kobaran api yang meluap-luap, "...!!" Erinka terkejut pada kecepatannya dan bersiap kembali menghadapinya.
"Cruat...!!" Akan tetapi Sang Phoenix sangat cepat dan diluar dugaan mampu memotong lengan kiri milik Erinka dengan cakarnya yang tajam.
"ARRGGHH...!!!" Gadis itu meringis kesakitan dengan memegangi lengan kirinya yang telah putus, pandangan matanya mulai kabur dan iapun terjatuh ditanah, "Sial, dia cepat sekali!! Aku terlalu meremehkannya!!"
"Apa aku akan mati disini??" Pikirannya mulai kalang kabut karena Sang Burung Api Phoenix telah berdiri tegak dihadapannya dan siap melesatkan serangan terakhir.
Dengan kobaran api yang meluap-luap, Sang Phoenix kembali melesat dan berniat mengakhiri semuanya, "Sial...!!" Gumam Erinka yang sudah putus asa akan tetapi disaat detik-detik terakhir sebuah kobaran api hitam mendadak muncul.
Perlahan kobaran api hitam padam dan seseorang lelaki dengan rambut putih berdiri tepat dihadapan Erinka yang hampir tak sadarkan diri, ia memfokuskan api hitam pada kepalan tangan dan memukul Sang Phoenix, "Jbbuuak...!!"
Ya, burung legendaris itu kembali terhepas dan terlihat seorang lelaki yang mendadak muncul itu tersenyum menyeringai.
"Siapa dia?" Ucap Erinka yang perlahan kesadarannya menghilang.
Bersambung Ke The Legend Of Ragna Chapter 3 : Bantu Aku!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
J e a l y n_
phoenix apinya kalah ama sihir api yg begitu
2021-12-21
3