"Tiada orang lain dihutan ini!! Jadi ku mohon bantu aku mengalahkan Burung Api Phoenix...!!"
"Eehh...!!!" Ragna terkejut pada perubahan sikap Erinka yang semula angkuh dan sombong kini meminta bantuan padanya terlebih permintaannya sangat berat.
"Kenapa aku harus membantumu??" Tanya Ragna yang sikapnya mulai datar meski semula ia agak terkejut, "Tiada untungnya bagiku membahayakan diri melawan makluk legendaris itu..."
Erinka agak kebingungan untuk menjelaskan terlebih meminta bantuan pada orang asing sangat jarang ia lakukan, "Anu... aku akan memberikan sebuah imbalan padamu..." gadis bangsawan angkuh dan biasanya memandang rendah lawan bicaranya mulai mencari-cari alasan terlebih setelah tadi ia seenaknya sendiri memerintahkan Rikie untuk membuatkan makanan.
"Imbalannya apa?"
"Emm..." Erinka kebinggungan menjawab.
"Yap, tapi sayang sekali!! Aku tak tertarik pada imbalan apapun darimu..." ucap Ragna.
"Pokoknya kau harus membantuku!!" Erinka mulai memaksa.
"Kenapa sih kau keras kepala sekali?"
"Itu karena aku harus mendapatkan kekuatan Phoenix!! Ya, benar!! Aku harus mendapatkan kekuatan burung api itu untuk menggapai impianku...!!" Jelas Erinka dengan semangat karena berusaha meyakinkan.
Ragna tak merasa tertarik mendengar alasan Erinka dalam mendapatkan kekuatan, "Setelah mendapatkan kekuatan Phoenix kau ingin mengunakan kekuatannya untuk menggapai impianmu?"
"Benar sekali!!"
"Itu impianmu bukan impianku jadi aku menolak...!! Aku tak peduli!" Ucap Ragna dengan nada datar, iapun tak mempedulikan kata-kata gadis asing yang baru saja ia temui dan lebih fokus memotong daging buruan yang ia dapat.
"Eehh...!!!" Erinka terkejut dengan penolakan Ragna, "Apa kau tak kasihan padaku?"
"Tidak..."
"Tapi aku sangat membutuhkanmu...!!"
"Aku tak peduli!!"
Erinka merengek, "Ku mohon bantu aku dan akan ku berikan beberapa uang...!!"
"Aku yang tinggal dihutan jadi tak butuh uang...!!"
Erinka terus merengek dan memohon akan tetapi Ragna tetap pada pendiriannya yaitu selalu menolak.
"Aku ingin mendapatkan kekuatan Burung Api Phoenix demi impianku!! Kau bisa mempercayai kata-kataku dan aku sama sekali tak membohongi mu!! Aku tak akan menggunakannya untuk kejahatan...!!!"
Ragna menjadi kesal, "Sudah ku bilang, aku tak peduli pada impianmu!! Meski kau berkata jujur aku tetap tak akan membantumu...!!"
"Aku tak mau membahayakan nyawa untuk orang asing sepertimu...!!"
"Burung Api Phoenix itu sangat berbahaya jadi aku tak akan membantumu!!" Teriak Ragna yang mulai emosi.
Erinka yang semula terus menerus merengek untuk meminta tolong mulai putus asa, ia kembali pada sifat angkuhnya, "Ya, sudahlah!! Jika kau tak mau membantuku!! Aku bisa melakukannya sendiri...!!"
"Dasar lelaki hutan yang hidup dipedalaman!! Ku harap kau mati saja!!" Iapun menjadi sangat kesal dan tanpa mempedulikan keadaan langsung berlari keluar gua yang merupakan tempat tinggal Ragna.
"Blluurr...!!" Iapun jatuh begitu saja pada air.
Ragna yang semula sibuk memasak jadi terkejut langsung memeriksa keadaan gadis asing yang baru ditemuinya itu, "Fiuh..." ia jadi lega saat mengetahui Erinka baik-baik saja dan perlahan berenang ketepian, "Dasar gadis bar-bar yang keras kepala..."
Erinka yang sudah berada ditepian sungai menatap ke gua yang merupakan tempat tinggal Ragna dengan penuh rasa kesal, "Dasar!! Lelaki hutan yang menyebalkan!!"
"Padahal aku sudah meminta bantuan dengan cara sopan tapi tetap saja ditolak...!!"
"Ya, jika dia tak mau membantuku tak masalah karena aku bisa melakuka semuanya sendiri...!!" Dengan rasa sedikit emosi gadis bangsawan angkuh itu perlahan berjalan menjauh.
Erinka yang sudah terlanjur emosi berjalan seorang diri menuju ke arah hutan lebat lalu menuju pada sebuah gua yang merupakan sarang Burung Api Phoenix.
Iapun menarik nafas panjang dan menghembuskannya sebelum masuk ke dalam gua, "Hah...!!"
"Aku siap beraksi!!" Ucapnya dengan langkah perlahan menuju gua yang gelap gulita.
Meski merasa sedikit takut dan dibayang-bayangi rasa trauma karena kekalahan kemarin tapi Erinka tetap berusaha memberanikan diri demi kekuatan untuk menggapai impiannya.
Ia didalam gua itu melihat kobaran api biru yang menyala-nyala.
Kobaran api biru itu berasal dari Sang Burung Api Phoenix yang berada disarangnya.
Erinka tak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan kemarin yaitu kalah dari Burung Api Phoenix.
Iapun segera melapisi lengan kanannya dengan kobaran api berwarna merah lalu berlari sekuat tenaga dan melompat tinggi, "HIIAA...!!"
"Akan ku selesaikan ini dengan sekali serang!!" Gadis itu berfikir harus menyelesaikan pertarungan dalam sekali serang mengingat lawannya adalah Burung Api Phoenix yang terkenal berbahaya.
"Jbbuuak...!!" Burung Api Phoenix yang sedang tertidur disarangnya terkena pukulan api dari Erinka.
Makluk itu terlempar dan terlihat salah satu sayapnya patah.
"Inilah kesempatanku...!!" Ucap Erinka yang melihat sasarannya melemah, iapun bergegas merapal mantra sihir untuk mengurung dan menyegel Burung Api Phoenix.
Akan tetapi tak butuh waktu lama bagi Sang Phoenix untuk beregenerasi kembali dan makluk itu segera terbang keluar dari segel penghalang setelah sayapnya pulih.
"Itu tidak adil...!!" Gerutu Erinka yang tau betul dirinya dalam masalah karena gagal dalam melakukan teknik penyegelan.
Burung Api Phoenix itu langsung melesat ke arah Erinka dan menyerang menggunakan cakaran yang tajam.
Beruntung Erinka mampu menghindar dan cakaran makluk itu hanya membekas pada dinding gua, "Fiuh, nyaris saja!! Tapi jika terkena sekali saja maka aku akan terkoyak...!!"
Burung Api Phoenix melesat lagi ke arah Erinka akan tetapi gadis itu kali ini memilih menghadapinya secara langsung, ia memfokuskan energi pada lengan kanan dan memukul, "HIIAA...!!"
"Jbbuuaak...!!" Burung Api Phoenix dan kepalan tinju Erinka saling berbenturan lalu keduanya sama-sama terlempar.
Burung Api Phoenix secara perlahan pulih dengan kemampuan regenerasi akan tetapi Erinka berusaha berdiri tegak dengan memegangi lengan kanannya yang terluka, "Sial..." iapun merasakan rasa sakit.
"Regenerasinya memang luar biasa..." Karena tidak mampu bertarung lagi, Erinka memutuskan untuk kabur akan tetapi dengan sekali kibasan sayap Sang Phoenix melesat.
Kecepatan keduanya sangat berbeda sehingga burung legendaris itu dengan cepat mampu mencengkram tubuh Erinka, "Sialan...!!"
"Aku tak boleh mati disini...!!!!" Gadis itu meronta dan berusaha melepaskan diri.
Erinka tetap berusaha melawan akan tetapi hal itu tak membuatnya bisa lepas dari cengkran Sang Phoenix.
Sang Phoenix berniat mengoyak tubuh Erinka dengan paruhnya akan tetapi mendadak Ragna muncul dan langsung menghantam tubuh burung api itu, "Jbbuuak...!!"
Sang Phoenix terlempar dan Ragna berkata dengan nada mengejek, "Hey, jika kau ingin menggapai impianmu kau tak boleh mati..."
Erinka agak kesal pada kemunculan Ragana, "Bukankah kau tak ingin menolongku? Jadi untuk apa kau kemari?"
Ragna terdiam.
"Jika kau kemari untuk menghentikanku maka pergilah!! Aku tak akan pernah menyerah untuk mendapatkan kekuatan Burung Api Phoenix!!"
"Hah..." Ragna menghela nafas panjang dan berkata dengan datar, "Yah, aku berubah pikiran!! Aku akan membantumu tapi aku tak yakin apakah kita berdua mampu menaklukan Burung Api Phoenix..."
Bersambung Ke The Legend Of Ragna Chapter 5 : Ajakan!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Oi Min
Ragna kek jdi anaknya Rain..... wkwkwkwk..... g bsa move on dri Arashi
2022-10-04
0