"Bukankah kau tak peduli jadi untuk apa kau disini?? Bukankah kau tak ingin menolongku...!!"
Ragna menjawab dengan nada datar, "Yah, aku berubah pikiran!! Aku akan membantumu tapi aku tak yakin apakah kita berdua mampu menaklukan Burung Api Phoenix..."
Erinka yang masih kesal malah menolak, "Aku tak butuh bantuanmu..."
"Hey, ayolah!!"
"Aku tetap menolak meski kau merengek padaku!! Ini urusanku..."
"Cih, jangan keras kepala seperti itu dong!!" Ucap Ragna yang mengamati dengan sesama kondisi Erinka yang mengalami luka cukup serius pada lengan bagian kanan.
"Pergi saja kau, lelaki hutan payah!! Kau yang telah menolak permintaan wanita tak pantas diberi kesempatan lagi!!"
"Cih, siapa sih yang menciptakan konsep seperti itu? Singkirkan egomu dan berdoalah semoga keberuntuan berada dipihak kita agar kita bisa menumbangkan Sang Phoenix..."
"Karena meski berkerja sama sekalipun kemenangan belum tentu dipihak kita..." ucap Ragna dengan sorot mata tajam penuh keseriusan.
Erinka terdiam sejenak dan perlahan berdiri tegak.
Keduanya berdiri berdampingan menatap Burung Api Phoenix yang perlahan bangkit, "Kwwaak...!!" Makluk itu mengeluarkan suara yang memekikkan telinga, ia terlihat marah karena kedamaian diusik oleh Erinka dan Ragna.
"Waspada...!!!" Teriak Ragna yang melihat Burung Api Phoenix melesat ke arah mereka.
"Aku sudah tau!!" Teriak Erinka dan keduanya berpisah ke samping kanan dan kiri untuk membingungkan Sang Phoenix.
Ragna berteriak dengan lantang, "Kau sembunyi saja..."
"Hah?? Apa maksudmu?? Tentu saja aku tak mau!!" Teriak Erinka yang berada dikejauhan.
"Cih, kau tak mengerti!! Sembunyilah dan menunggu kesempatan datang biarkan akulah yang akan membuka celah untukmu...!!!" Jelas Ragna dengan berteriak.
Erinka sebenarnya semula tak setuju akan rencana Ragna tetapi ia yang sedang terluka tiada pilihan lain selain mempercayakan penaklukan Sang Phoenix pada lelaki yang baru dikenalnya itu.
Gadis bangsawan angkuh itu bersembunyi dibalik batu sementara Ragna memancing Sang Burung Api Phoenix, "Kemari burung puyuh, sialan...!!!" Teriaknya dengan melemparkan sebuah batu.
Meski tak mengerti akan kata-kata Ragna tapi Sang Phoenix seolah-olah menganggapnya sebagai sebuah ancaman, iapun dengan sekali kepakan sayap melesat dan menyerang dengan cakaran-cakaran tajam.
Serangan Sang Phoenix sangat cepat dan brutal tetapi Ragna yang lincah mampu menghindar dengan melompat ke samping kanan.
"Aku yang hidup ditengah-tengah hutan memiliki insting yang tajam karena sering berhadapan dengan binatang buas..."
"Jadi menghindari serang seperti ini bukan masalah yang besar untukku!! Dan pertarungan didalam gua membuat pergerakan Sang Phoenix berkurang, aku sangat diuntungkan..." gumam Ragna dalam hati yang terus menerus menghindar dengan gerakan-gerakan lincahnya.
Erinka yang bersembunyi dibalik sebuah batu dan mengamati memulai merapal mantra sihir penyegelan, "Mantra penyegelannya cukup rumit dan memakan banyak waktu jadi sambil menunggu kesempatan tiba aku akan mulai merapal mantra penyegelan..."
Keduanya saling berkerja sama untuk menaklukan Sang Phoenix, Ragna sebagai umpan dan Erinka sebagai eksekutor akhir yang mempunyai tugas menyegel.
Ragna yang terus menerus menghindar mulai kelelahan tetapi Sang Burung Api Phoenix belum menunjukan tanda-tanda menghentikan serangannya, "Sial...!!"
"Jika terus seperti ini maka aku akan mati..." pikir Rikie yang memberanikan diri berlari ke arah Sang Phoenix dan tanpa pikir panjang memukulnya, "Jbbuuak...!!!"
Burung Api Phoenix itu terlempar dan tubuhnya menembus batu gua yang tajam tapi dengan kemampuan regenerasi ia mulai memulihkan diri.
"Regenerasinya luar biasa..." gumam Ragna yang berlari medekat lalu melesatkan serangan lanjutan dengan menendang bagian leher, "Jbbuuak...!!"
Sang Phoenix terkapar ditanah, Ragna berteriak dengan lantang, "Sekarang saatnya...!!"
"Aku mengerti!!" Teriak Erinka yang berlari dari belakang, iapung meletakan telapak tangan kanannya yang berbalutkan api pada kepala sang Phoenix dan dengan cepat sebuah segel menyebar pada tubuh makluk itu.
"WUUSS..." Dengan kibasan sayapnya, sang Phoenix meronta-ronta dan menghempaskan Erinka, iapun berniat melarikan diri.
Ragna meningkatkan energi dan kegelapan muncul dari kedua kakinya, "Tak akan ku biarkan kau pergi!!!" Lengan-lengan kegelapan muncul dari permukaan tanah lalu mengikat sang Phoenix.
Erinka segera bangkit, "Terima kasih, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan..." ia melompat lalu meletakan telapak tangan kanan pada kepala sang Phoenix lagi.
"HIIAA...!!" Lengan kanan Erinka mengeluarkan kobaran api dan juga muncul sebuah segel, "Kau akan menjadi milikku...!!!"
Sang Phoenix tak menyerah, ia meronta akan tetapi Ragna membantu Erinka dengan mengunci pergerakan burung api legendaris itu, "HIIAA...!!!" Keduanya sama-sama berjuang sekuat tenaga dan perlahan api biru maupun tubuh Sang Burung Api Phoenix itu tersegel pada lengan kanan Erinka.
"Kita berhasil!!" Ucap Ragna yang senang.
"Hah... hah... hah..." Erinka mulai mengatur nafas setelah menyegel tubuh Sang Phoenix, iapun nampak kelelahan akan tetapi usahanya belum berakhir karena Sang Phoenix masih mencoba melawan balik.
"DHUUAARR...!!" Ledakan api biru tercipta disekitar Erinka dan dipunggungnya muncul sayap api berwarna biru,"Ugh...!!"
"ARRGGH...!!!" Keringat bercucuran membasahi wajah dan Erinka meringis kesakitan sambil memegangi bahunya, iapun terlihat kesakitan.
Ragna mendekatinya, "Sial, ini belum berakhir!! Burung api itu masih mau melawan...!!"
"Kurasa tiada pilihan lain..." Ragna meletakan kedua telapak tangannya pada punggung Erinka dan mulai mentransfer energinya pada tubuh gadis bangsawan itu.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Erinka yang kesakitan dengan menoleh ke belakang.
Ragna yang tengah fokus menjawab dengan serius, "Aku mencoba menstabilkan kekuatan sang Phoenix yang ada didalam tubuhmu dengan kekuatanku..."
Erinka terdiam dan merasakan rasa sakit yang luar biasa tetapi secara perlahan energi api biru milik Sang Phoenix perlahan menjadi jinak dan stabil, "Hah... hah... hah..." keduanya mengatur nafas.
"Kita berhasil..."
"Hehehe..." Erinka menoleh ke belakang dengan tersenyum lebar, "Terima kasih telah membantuku menaklukan sang Phoenix..."
"Bruukk..." si gadis bangsawan itupun terjatuh ke tanah tak sadarkan diri karena telah kelelahan dan kehabisan energi.
"Dasar!! Gadis bangsawan angkuh!! Ini pertama kalinya aku melihat senyuman tulus darinya..." ucap Ragna yang agak terkejut mendengar kata terima kasih dari Erinka sebelum ia pingsan.
*****
Erinka untuk kedua kalinya tak sadarkan diri setelah melawan Sang Phoenix tetapi pertarungannya yang kedua ini sangat melegakan karena dia dibantu oleh Ragna dan berhasil menaklukan Burung Api Phoenix itu.
Setelah pingsan selama dua hari gadis bangsawan itu secara perlahan membuka mata, "Dimana aku??" Ia yang terbaring mencoba mengingat-ingat dan akhirnya paham, "Owh, jadi aku diselamatkan lagi olehnya, ya?"
Erinka teringat pertarungannya 2 hari yang lalu melawan Sang Phoenix dan berakhir pingsan.
Ia yang sudah lega menutup matanya kembali akan tetapi Erinka merasa ada yang aneh karena dirinya merasa hembusan angin yang menerpa kulitnya terlalu dingin, "Yang benar saja...!!! Kenapa aku telanjang lagi...!!" Teriaknya secara spontan begitu mengetahui dirinya hanya tidur berbalutkan kain putih.
Ragna yang sedang memasak didapur menjadi terkejut dan berlari mendekati Erinka, "Hey, kau baru saja bangun dan langsung berteriak-teriak tak jelas memang ada apa sih?"
"Kenapa aku telanjang lagi?"
"Yah, itu karena kau berkeringat dan karena tak mau repot saat mengelap keringatmu maka aku melepas pakaianmu..."
"Tapi tenang saja!! Aku sudah mencuci pakaianmu dan menjemurnya..."
"Kau lelaki bejat...!!" Erinka menjadi kesal dan langsung menendang wajah Ragna
*****
Erinka tersadar dan setelah sedikit bertengkar akhirnya keduanya duduk semeja dengan untuk menikmati makanan.
Meski gadis bangsawan tapi Erinka makan dengan rakus, "Aku tak akan berterima kasih padamu meski kau memberikan makanan padaku, kau lelaki bejat jadi pantas dipukul..." ucap Erinka yang masih kesal, "Tapi makanan ini tidak enak..."
Ragna yang bonyak bergumam pelan, "Cih...!! Padahal makannya lahap dan banyak sekali tapi sikapnya masih saja angkuh..."
Erinka yang sibuk makan berkata, "Hmm... kau memiliki kemampuan bertarung yang bagus dan akan sia-sia jika tinggal dihutan..."
"Apa maksudmu?"
"Ya, ikutlah denganku kekota!!" Ucap Erinka yang sibuk makan, "Aku ini serius ingin mengajakmu...!!"
"Hmm... coba ku pikirkan..." jawab Ragna dengan santainya.
Bersambung Ke The Legend Of Ragna Chapter 6 : Meninggalkan Hutan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Oi Min
Rikie..... mang Rikie jga ke sini tor???
2022-10-04
0