"Hadeh, disuruh mencari duit malah membuat keributan!! Kau ini benar-benar tak bisa diandalkan...!!"
"Kok kau bisa menemukanku?"
Ragna merasa tersinggung, "Hanya karena aku tinggal dihutan bukan berarti aku tak bisa diandalkan!! Ya, mudah saja aku menemukanmu!! Aku hanya perlu mengikuti para petugas yang membawamu..."
"Owh..." Erinka mengangguk paham.
"Tak ada waktu kita harus segera keluar dari tempat ini dan menuju ke pelabuhan lalu berlayar..."
Erinka menjadi agak lega setelah Ragna muncul, "Kalau begitu cepat cari kunci sel ini dan segera keluarkan aku...!!"
Ragna merasa jengkel, ia mencari sesuatu didalam saku celananya, "Dasar, gadis angkuh!! Kau sukanya memerintah..."
"Apa yang kau cari??"
"Tentu saja bukan uang..." jawab Ragna dengan nada agak tinggi lalu iapun menunjukan kunci sel.
Erinka menjadi terkejut, "Kenapa kuncinya ada padamu??"
"Hadeh..." Ragna yang enggan menjelaskan tapi meski malas ia berkata, "Aku orang yang selalu berfikir sebelum bertindak jadi jangan samakan aku dengan otak otot sepertimu..."
"Aku menghajar petugas keamanan, mengambil pakaiannya lalu mencari kunci selmu..." jelas Ragna sambil membuka sel tahanan milik Erinka.
Begitu terbuka Erinka langsung keluar dari sel dan tanpa ragu memukul wajah rekannya, "Jbuuak!!"
"Hey, apa yang kau lakukan?" Ucap Ragna dengan memegangi hidungnya.
"Hmph...!!" Erinka memalingkan wajah dan tak menjelaskan.
"Cih, padahal aku telah mengeluarkanmu dari masalah yang kau buat sendiri tapi bisa-bisanya kau memukulku..." protes Ragna.
Erinka dengan sikap angkuhnya berkata, "Dengar, ya? Didunia ini wanita selalu benar dan jika mereka salah maka wajib dibenarkan..."
Ragna yang hidungnya masih sakit bergumam dalam hati, "Siapa sih orang tol.ol yang menciptakan konsep itu?"
Setelah Erinka lepas dari sel, mereka berduapun segera bergegas keluar dari tempat itu secara mengendap-endap agar tidak ketahuan petugas keamanan dan agar tak menimbulkan keributan.
"Fiuh...!!" Keduanya menghela nafas lega kerena berhasil keluar dan lolos dari pihak keamanan kota.
Erinka agak kebingungan dengan kondisi yang tengah dialaminya kini.
Ya, bagi seorang bangsawan inilah pertama kalinya dia tak punya uang dan menjadi tahanan, "Duh, sekarang apa yang harus kita lakukan? Kita tak punya uang atau barang untuk dijual!! Sekarang aku bingung harus melakukan apa..."
"Cih..." Ragna menjadi sangat kesal dan berkata, "Semua ini terjadi karena dirimu!! Yah, cobalah lebih tenang dalam menghadapi masalah dan jangan terlalu mengandalkan statusmu sebagai bangsawan..."
"Iya, deh..." wajah Erinka tertuduk dan tak mampu membantah kata-kata rekannya itu, "Meskipun kau berusaha menasihati tapi semua telah terjadi..."
"Nasi telah jadi bubur dan sekarang kita tak punya apa-apa lagi..." ucap gadis bangsawan angkuh itu yang hampir putus asa.
Ragna sekarang menjadi terdiam dan berfikir, "Hmm... aku yang selalu hidup ditengah-tengah hutan tak pernah mengalami masalah seperti ini sih..."
"Tapi tujuan kita menjual barang untuk menghasilkan uang agar bisa naik kapal dan bisa keluar dari tempat jadi bagaimana jika kita naik kapal tanpa bayar..."
"Maksudku dengan cara ilegal yaitu menyelinap secara diam-diam..."
"Itu ide yang sangat bagus...!!!" Teriak Erinka yang mendadak wajahnya menjadi ceria karena telah menemukan cara untuk keluar dari masalah.
"Khehehe..." Ragna tertawa penuh rasa bangga dan dalam hati ia bergumam, "Duh, kalau kau bisa menggunakan otakmu mungkin kita tak akan terlibat dalam masalah..."
*
Mereka berdua telah sepakat untuk melakukan perjalanan secara ilegal jadi mereka bergegas menuju dermaga pelabuhan terdekat.
Disana mereka berdua mengendap-endap secara hati-hati langsung bergerak menuju gudang lalu masuk ke sebuah kotak barang untuk menyembunyikan diri.
Kotak yang mereka masuki hanya berukuran 1m X 3m dan terasa sesak untuk keduanya.
"Tempat ini sempit sekali..." gerutu Erinka saat berada didalam bersama dengan Ragna.
"Berhenti mengeluh!! Inilah satu-satunya cara agar kita bisa keluar pulau gratis..." Ragna agak kesal pada sikap manja gadis bangsawan itu.
Malam hari setelah menunggu beberapa saat kotak yang didalamnya berisikan Ragna dan Erinka itu dibawa ke dalam kapal pengiriman barang.
Mereka berdua tak mengetahui sama sekali arah tujuan dari kapal yang ditumpanginya tetapi bagi mereka yang tak punya uang yang terpenting adalah bisa keluar dari kota tersebut.
Dimalam yang gelap itu setelah menunggu untuk waktu yang agak lama keduanya memberanikan diri untuk keluar dari kotak karena dirasa telah sepi.
"Fiuh... akhirnya aku bisa bernafas lega juga" ucap Erinka dengan menarik nafas panjang-panjang, "Hah...!! Udara luar benar-benar segar..."
"Kau ini!! Didalam kotak memang sesak tapi apa boleh buat..." Ragna sedikit risih pada sikap manja Erinka, iapun mengamati daerah tempatnya berada yang terdiri dari kotak-kotak kayu besar dan kecil.
"Hmm... barang yang dibawa banyak juga, ya?" Ucap Ragna yang sedikit kagun pada muatan kapal.
Sebagai lelaki yang hidupnya ditengah-tengah hutan ini merupakan kali pertama ia menaiki kapal terlebih menaiki kapal secara ilegal.
Erinka menjadi sedikit khawatir, "Kita dalam masalah karena tak tau arah tujuan kita..."
"Hmm... aku tau apa yang kau pikirkan tapi bukankah jika kapal ini berlabuh maka kita bisa menyelinap turun??"
"Yang kau katakan benar juga, sih?" Erinka menjadi agak tenang karena penjelasan Ragna itu.
Keduanya merasa lega karena keluar dari persembunyian tapi saat dirasa sudah aman sebuat langkah kaki mendekat, "Tap... tap... tap..."
"Apa!!!" Keduanya terkejut dan panik.
Ya, langkah kaki itu berasal dari ptugas keamanan yang bertugas mengecek barang bawaan.
"Apa yang harus kita lakukan??" Ucap Erinka.
"Tiada pilihan kita harus masuk ke dalam kotak lagi..." ucap Ragna yang dengan cepat mencari kotak barang yang lali lalu kembali masuk.
Erinka menjadi sangat keberatan, "Aku tak mau masuk ke dalam benda itu lagi!! Di dalam sana sempit dan aku kesusahan bernafas..."
"Daripada masuk ke dalam sana aku lebih memilih menghajar petugas keamanan itu..." ucap gadis bangsawan angkuh itu dengan tegas.
Ragna menjadi kesal karena rekanya berfikir simpel tanpa memikirkan akibatnya, "Sudah ku bilang berfikirlah sebelum bertindak...!!! Kalau kau membuat keributan mungkin kita bisa ditendang dari kapal..."
"Aku tak peduli!!" Erinka bersikukuh.
Ragna yang tak mau terlibat masalah tak berguna langsung saja membekap mulut Erinka lalu masuk ke kota barang.
"Lepaskan aku!!!" Erinka meronta-ronta akan tetapi ia tak mampu melawan dan akhirnya terpaksa masuk ke dalam kotak.
"Sudah diam saja, gadis tengik..." ucap Ragna agak jengkel.
Pada akhirnya keduanya masuk lagi untuk sembunyi, "Sialan!!" Ucap Erinka ketika sudah berada di dalam kotak.
Ragna jadi agak kesal, "Hey, Aku tak mau terlibat masalah tak berguna dan juga kotak ini besar jadi tak sempit, kau bisa bernafas sepuasnya..."
Erinka tetap egois dan mencari-cari alasan, "Tapi disini gelap..."
"Bukankah kau bisa menggunakan kekuatan apimu...??" ucap Ragna
"Cih..." Erinka tak punya lagi alasan, iapun memfokuskan energi pada lengan kanan dan api menyala diujung jarinya.
"...!!!!" Keduanya secara spontan terkejut dan terbelalak ketika isi kotak besar itu terlihat oleh nyala api yang ternyata isinya adalah dinamit.
"Matikan apinya!!!" Ragna panik.
Erinka segera matikan api diujung jarinya dan keduanya langsung melompat keluar, "Yang benar saja!!!" Teriak keduanya secara serentak.
Petugas keamanan yang mendadak mendengar teriakan langsung datang dan menggunakan senternya untuk mencari sumber suara, "Siapa disana...??!!!"
Erinka dan Ragna langsung memukul petugas keamanan itu hingga pingsan begitu ketahuan.
Ragna masih terkejut dan tak percaya, "Bagaimana mungkin ada dinamit sebanyak ini...!!"
"Mana ku tau tapi ini penyelundupan...!!!" Teriak Erinka secara spontan.
Bersambung Ke The Legend Of Ragna Chapter 9 : Ledakan!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Oi Min
Erinka terlalu angkuh jdi wadon. egois bner
2022-10-04
0