Kisah besar ini dimulai dari bagian selatan Benua Slavaka tepatnya disebuah kota kecil bernama Aldias.
Kota Aldias adalah sebuah kota yang sangat indah karena berbatasan langsung dengan hutan dan laut.
Angin semilir menerpa sebuah kapal layar yang tengah berlabuh ditepian dermaga dan dengan langkah perlahan seorang gadis turun dari kapal itu.
Gadis itu hanya mengenakan baju putih tanpa lengan dan ia juga mengenakan celana pendek ketat yang membuat lekuk tubuh bagian bawah hampir terlihat jelas, ia juga mengenakan tas berukuran besar dipunggung.
Begitu turun dari atas kapal ia langsung menjadi sorotan dan tatapan mata dari para orang-orang disepanjang jalan yang dilaluinya.
Baik itu pemuda atau orang tua menatapnya dengan penuh ***** bejat akan tetapi para wanita terlihat iri pada penampilannya itu.
"Fiuh...!! Setelah melakukan perjalanan jauh akhirnya aku sampai juga" Gerutu gadis itu yang lalu melihat sebuah peta yang dikeluarkan dari saku celana, "Hmm... lokasinya berada cukup jauh karena ada dihutan jadi aku harus mengumpul perbekalan yang cukup sebelum berpergian..."
Gadis itu kemudian menaruh kembali peta tersebut ke saku celana, "Panasnya kota ini..." ia mengibas-ibaskan bajunya yang longgar itu dan menatap langit tanpa mempedulikan dirinya menjadi pusat perhatian.
"Yah, apa boleh buat..." ia mengenakan sebuah topi koboi dan berjalan perlahan dengan santai meski menarik perhatian
"Kurasa aku harus mencari minuman dulu..." ucapnya dengan mengusap keringat yang mengalir dipipinya.
Gadis itu merupakan salah satu bangsawan dari sebuah kerajaan yang ada dibenua Slavaka, ia bernama Erinka.
Erinka jauh-jauh berpergian ke kota terpencil Aldias dengan tujuan mendapatkan kekuatan burung api Phoenix yang melegenda agar ia diakui oleh orang-orang dikerajaan terutama orang-orang kalangan para bangsawan.
Erinka adalah seorang penyihir dengan elemen api jadi ia beranggapan jika mendapatkan burung api Phoenix maka kekuatannya akan meningkat.
*****
Aldias merupakan kota yang cerah, indah dan memiliki udara sejuk karena letaknya berada ditengah-tengah hijaunya hutan dan birunya lautan.
Kota itu juga merupakan tempat yang ramai karena memiliki sebuah dermaga dan tentu saja merupakan tempat keluar masuknya barang.
Para pedagang lalu lalang dikota itu dan mereka terlihat sibuk bongkar maupun muat barang pada kapal-kapal yang sedang berlabuh.
Dikota juga sangat berisik karena orang-orang dari berbagai tempat berkumpul untuk berdagang atau sekadar mencari kebutuhan.
Erinka yang berkeringat berjalan dengan wajah penuh semangat meski membawa tas punggung yang terlihat berat, "Jadi dimana aku bisa menemukan persediaan makanan, ya?" Ucapnya yang sampai didaerah pertokoan
"Hmm... kurasa aku memilih tempat itu!!" Ucapnya setelah berfikir sejenak dan ia mulai melangkahkan kaki lagi, "Dan kurasa aku bisa mendapatkan beberapa informasi disana..."
Erinka memilih sebuah bar yang merupakan tempat berjudi, minum-minuman atau menghabiskan uang dengan para gadis-gadis manis penghibur pengunjung kota.
Bukan tanpa alasan, Erinka memilih sebuah bar karena disana tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai tempat terutama dari golongan petualangan dan para pemburu yang mungkin membuatnya mendapatkan informasi.
"Hah..." Erinka menghembuskan nafas sebelum masuk kedalam tempat itu, iapun menghirup bau alkohol yang menyengat dan merasa agak tak nyaman.
Dengan langkah perlahan ia berjalan ke arah pelayan bar dan terlihat tempat itu sangat ramai saat Erinka masuk kesana, iapun menjadi pusat perhatian karena berpakaian cukup minim dan pakaiannya terlihat menyolok perhatian orang.
Meskipun begitu Erinka tak mempedulikan tatapan orang-orang yang menatap dirinya dengan ***** bejat, ia malah menganggap mereka yang ada di bar itu sebagai sekumpulan manusia rendahan yang bahkan tak pantas untuk dilirik.
"Bisakah aku membeli beberapa botol bir? Beberapa kebutuhan?"
Pelayan itu tertegun pada pesona dan penampilan Erinka terlebih pada rambut merah panjang miliknya, "A-da!! Kau bisa membelinya disini!!" Ucapnya dengan nada gagap karena tersadar dari lamunan.
"Baguslah, berikan aku empat botol!!" Erinka hanya tersenyum, iapun duduk pada salah satu meja yang kosong.
Pelayan itu mengambilkan barang yang dipesan Erinka dan tak berselang waktu lama empat botol bir berserta beberapa makanan diletakan di meja, "Berapa harganya?" Tanya Erinka.
"Anu..." si pelayan itu menghitung apa yang dipesan tapi secara mendadak seorang pria berbadan besar yang nampaknya seorang pemburu mendekat.
"Hahahaha...!! Gadis kecil kau membeli banyak sekali bir, apakah kau ingin meminumnya bersamaku??"
Erinka dengan tatapan kesal berusaha mengabaikan tetapi pria itu malah menggoda, "Ya, jika kau mau meminumnya denganku maka aku bisa membayarnya untukmu?"
"Kurasa dia tak mau denganmu!!"
"Benar, kau jelek!!"
"Mandilah sana dulu!!" Sahut rekan-rekan pria itu dengan tertawa yang berada dimeja lainnya.
"Cih...!!" Erinka sedikit jengkel dan moodnya mendadak jadi buruk, "Jangan ganggu aku!!" Ucapnya dengan suara pelan.
"Hah?? Apa yang kau katakan, gadis kecil?" Pria itu malah meremehkan.
Erinka mengambil satu botol bir yang dipesan, "Cthaarr...!!" Ia tanpa ragu menghantamkan botol itu pada wajah pria yang tengah menggodanya.
Pria itu basah kuyup dan geram, "Sialan!! Beraninya kau melakukannya padaku!! Ini sebuah penghinaan!!"
Semua yang ada di bar terkejut dan terdiam akan tetapi Erinka malah menyeringai dan mengambil sebotol lagi kemudian memukulkannya pada wajah pria itu, "Cthaarr..."
Botol kaca bir itupun hancur berkeping-keping dan bahkan pria tersebut dibuat terlempar.
Meskipun begitu tanpa rasa takut dan penuh rasa sombong, Erinka berkata dengan tegas, "Tiada alasan untuk takut padamu..." ia menunjukan sebuah gulungan yang berstempel kerajaan dari dalam tas punggungnya.
Spontan semua orang terdiam, apalagi untuk orang yang sebelumnya menggoda Erinka, ia merasa takut akan tetapi ketakutan mereka bukan pada Erinka melainkan takut berurusan dengan pihak kerajaan"Sialan!! Jika bukan tempat umum kau mungkin sudah ku habisi, gadis tengik..." ia merasa kesal karena ditolak dengan cara dipermalukan lalu diancam atas nama kerajaan.
Erinka menyeringai serasa memenangkan perdebatan dan dengan begitu pria yang menggodanya pergi
"Berapa Tuan, harga empat birnya dan kebutuhan yang ku pesan?" Tanya Erinka pada pelayan bar itu.
"Tidak usah!! Untukmu gratis saja..." pelayan bar merasa ketakutan pada perbuatan Erinka apalagi setelah mengetahui ia berasal dari kerajaan.
Erinka mengambil bir yang tersisa dan meletakan satu keping emas diatas meja, "Terima kasih..." ia kemudian meninggalkan tempat itu dan mengurunkan niatnya untuk mencari informasi tentang keberadaan burung api Phoenix.
*****
Setelahnya karena dirasa persediaan makanan belum cukup maka Erinka pergi ke toko lain untuk mencari,"Capek juga tapi aku siap melakukan perjalanan..." ucapnya dengan ekspresi gembira setelah segala kebutuhan dan perlengkapan telah ia dapatkan.
"Meski tak mendapatkan informasi tentang tempat tujuan akan tetapi aku beruntung memiliki sebuah peta..." ucap Erinkan dengan melangkahkan kaki meninggalkan kota dan bergerak menuju hutan belantara.
Erinka berjalan keluar kota dan dengan langkah kecilnya ia bergerak dalam hutan lebat yang letaknya disamping kota
Petualangan gadis angkuh itupun baru saja dimulai
Bersambung Ke The Legend Of Ragna Chapter 2 : Lelaki Berambut Putih
Dengan bermodalkan sebuah peta, Erinka seorang diri berani memasuki sebuah hutan lebat demi mendapatkan Burung Api, Phoenix.
"Ugh... sial, jika bukan demi mendapatkan kekuatan dari burung api legendaris itu mana mungkin aku sampai ditempat yang jauh ini..." gerutunya saat nyamuk-nyamuk hutan menghisap darahnya.
Iapun bersikeras, bersemangat dalam mencapai tujuannya dan setelah berhari-hari dihutan belantara itu, Erinka kembali melihat peta yang merupakan satu-satunya petunjuk, "Akhirnya aku sampai ditempat tujuan..."
"Sarang burung api Phoenix!!"
Gadis itu sampai disebuah gua yang letaknya di bawah jurang dan untuk sampai ke dalam gua maka ia harus melewati sungai dulu.
Sungai juga arusnya terlihat deras karena bagian atas sungai ada air terjun yang cukup curam, "Duh, sekarang bagaimana aku harus kesana?" Ucapnya dengan berfikir.
Setelah sejenak berfikir, Erinka menemukan sebuah cara untuk menuju ke gua yang letaknya di dasar jurang disebrang sungai.
Ia mengambil sebuah tali yang ada ditas punggungnya dan mengikat ujung tali pada sebuah pohon besal lalu mengikat ujung yang satunya pada pinggangnya sendiri, "Ku harap ini berhasil..." ucapnya dengan menatap gua.
Ya, tali itu digunakan agar tidak hanyut terbawa kuatnya arus sungai.
Setelah mengikat tali Erinka merasa aman untuk bertindak, iapun melompat dari atas jurang dan terjatuh ke dalam sungai, "Bllum... bllum..." dengan susah payah ia berusaha ke tepian.
Dan setelah bersusah payah gadis itu akhirnya berhasil sampai ke mulut gua, "Hah... hah... hah..."
"Akhirnya aku berhasil juga!!" Ucapnya yang senang meski pakaiannya basah kuyup.
Ia kemudian melepaskan tali yang mengikat pinggangnya dan mengikatnya pada sebuah batu. Tali itu akan digunakan lagi untuk memanjat tebing jurang setelah nanti berhasil.
Erinka tak membawa apapun karena basah kuyup akan tetapi ia memberanikan diri memasuki gua meski tempat itu gelap gulita tanpa cahaya.
Ia mengacungkan jari telunjuk ke atas dan berkobarlah api dijarinya itu, "Khihihi...!! Beruntunglah karena aku adalah pengguna sihir api." Ucap Erinka dengan tertawa karena dapat mengatasi situasi yang ada.
Gadis itu perlahan menyusuri gua yang basah dan cukup licin pada permukaan gua.
Lalu didinding gua bebatuan menjadi cukup tajam yang bisa digunakan sebagai pegangan akan tetapi jika tergelincir bisa sangat berbahaya.
"Hmm... apakah ada orang yang pernah kemari sebelumnya, ya?" Ucapnya yang melihat tulang belulang dari tubuh seseorang didalam gua.
Ia tak merasa takut atau panik meski melihat tulang belulang tepat dihadapannya karena tujuannya mendapatkan Burung Api Phoenix jauh lebih kuat dari pada apapun.
"Khihi...!!" Meski seorang diri namun Erinka senyam-senyum mengingat tujuannya bisa tercapai.
Tanah gua yang semula basah sekarang mulai kering bahkan suhu udara menjadi perlahan panas.
Erinka yang semula pakaiannya basah kuyup sekarang menjadi kering, iapun melihat cahaya bersinar terang dan bergegas cepat, "Phoenix...!!" Erinka terkejut saat melihat seekor burung yang terbuat dari elemen api sedang bersarang didalam gua.
"Jadi itu Phoenix, ya?" Gumamnya dalam hati saat melihat api merah menyala dari Burung Api Phoenix, iapun mengamati dengan mengendap-endap agar tak membuat si Phoenix terganggu.
Erinka terdiam dan bergumam dalam hati, "Sekarang apa yang harus kulakukan?" Ucapnya yang sedikit bingung karena ukuran Phoenix jauh lebih besar dari yang ia kira.
Sekarang menangkap dan mendapatkan kontrak dari Phoenix tak semudah apa yang ia bayangkan karena harus bertaruh nyawa.
"Diluar adalah sumber air jadi jika aku bisa memancingnya keluar dan menggunakan air terjun maka aku bisa memperlemah dan saat sudah lemah maka aku bisa mengikat kontrak dengannya..." pikir Erinka.
Ia berjalan mengendap-endap untuk mendekati Sang Phoenix itu akan tetapi Erinka yang kurang waspada karena terlalu bersemangat tersandung sebuah batu, "Bruuk...!!" Iapun jatuh ke tanah, "Aduh... hidungku berdarah!!"
Kelengahan yang menimbulkan suara berisik itu membuat Burung Api Phoenix yang semula tenang kini melirik ke arahnya dengan sorot mata tajam.
"Eehh...??!!" Erinka terkejut dan kebingungan karena tak tau harus melakukan apa.
Semuanya tak berjalan sesuai dengan rencana jadi pada akhirnya Erinka langsung memasang sikap waspada mengingiat Sang Phoenix sudah mengetahui keberadaannya, "Apa boleh buat...!!"
Dalam gua yang gelap menjadi terang benerang karena Sang Phoenix mengepakan sayap sehingga api menyebar ke segala tempat, "WUUSS...!!"
Phoenix melesat dengan serangan cakar akan tetapi Erinka yang sudah waspada mampu menghindar, "Cih...!!" Ia kesal karena cengkraman cakar Phoenix mampu meremukan sebuah batu.
Phoenix kembali menatap Erinka dan mengepakan sayap apinya.
"Kau pikir hanya kau yang memiliki api..." ucap Erinka dengan tatapan tajam, ia meningkatkan energi maupun kefokusan dan secara mendadak lengan kanannya mengeluarkan kobaran api, "Inilah kekuatan sihirku...!!"
Gadis itu berlari ke arah Burung Api Phoenix dan langsung memukul salah satu sayapnya, "Jbbuuak...!!" Burung itu terlempar hingga membentur dinding gua yang tajam sampai tertusuk.
Erinka tak menyia-nyiakan kesempatan itu, iapun mulai mengeluarkan gulungan kontrak untuk mengikat kekuatan dengan makluk itu.
"Eehh...??!!" Erinka terkejut.
Burung Api legendaris itu seketika menjadi abu yang dedebuan apinya menyebar ke segala arah dan membuat ruanganan gua berubah warna menjadi biru, "Ini buruk!!" Gumam Erinka yang menyadari dia melakukan kesalahan, iapun segera bergegas meninggalkan tempat itu.
Iapun berlari secepat mungkin meninggalkan gua, "Burung Api Phoenix memiliki kemampuan spesial yaitu mampu lahir kembali dari kematian dan konon katanya setelah kembali dari kematian Sang Phoenix akan jauh lebih kuat..."
Ya, dan benar saja!! Gadis itu menuju ke mulut gua lalu abu yang berwarna biru mulai membentu kobaran api dan dalam sekejap berubah membentuk wujud Burung Api Phoenix, "Sial...!!" Ucap Erinka dengan melirik ke arah belakang.
"WUUSS...!!" Dengan sekali kepakan sayap burung legendaris itu terbang melesat dengan kobaran api yang meluap-luap, "...!!" Erinka terkejut pada kecepatannya dan bersiap kembali menghadapinya.
"Cruat...!!" Akan tetapi Sang Phoenix sangat cepat dan diluar dugaan mampu memotong lengan kiri milik Erinka dengan cakarnya yang tajam.
"ARRGGHH...!!!" Gadis itu meringis kesakitan dengan memegangi lengan kirinya yang telah putus, pandangan matanya mulai kabur dan iapun terjatuh ditanah, "Sial, dia cepat sekali!! Aku terlalu meremehkannya!!"
"Apa aku akan mati disini??" Pikirannya mulai kalang kabut karena Sang Burung Api Phoenix telah berdiri tegak dihadapannya dan siap melesatkan serangan terakhir.
Dengan kobaran api yang meluap-luap, Sang Phoenix kembali melesat dan berniat mengakhiri semuanya, "Sial...!!" Gumam Erinka yang sudah putus asa akan tetapi disaat detik-detik terakhir sebuah kobaran api hitam mendadak muncul.
Perlahan kobaran api hitam padam dan seseorang lelaki dengan rambut putih berdiri tepat dihadapan Erinka yang hampir tak sadarkan diri, ia memfokuskan api hitam pada kepalan tangan dan memukul Sang Phoenix, "Jbbuuak...!!"
Ya, burung legendaris itu kembali terhepas dan terlihat seorang lelaki yang mendadak muncul itu tersenyum menyeringai.
"Siapa dia?" Ucap Erinka yang perlahan kesadarannya menghilang.
Bersambung Ke The Legend Of Ragna Chapter 3 : Bantu Aku!!
Erinka, merupakan seorang gadis bangsawan dari kerajaan dan ia berpetualang seorang diri untuk menemukan Burung Api Phoenix.
Iapun berhasil menemukannya akan tetapi diluar dugaan Sang Phoenix sangat kuat dan Erinka yang tak mampu mengatasinya mengalami luka parah ketika menghadapinya.
Lalu disaat yang paling mengejutkan seorang lelaki misterius muncul tepat disaat yang sangat dibutuhkan dan menyelamatkan Erinka.
"Eehh...??!!" Erinka perlahan membuka mata dan sangat terkejut saat menyadari tempat dimana ia berada sekarang.
Sebuah ruang yang semuanya terbuat dari batu mulai dari meja, tempat duduk maupun tempat ia berbaring sekarang, "Di mana aku??" Ucapnya dengan mengamati daerah sekeliling yang terlihat sangat-sangat sederhana karena semua perkakas rumah terbuat dari batu.
Erinka kembali dikejutkan ketika mendapati lengan kirinya yang telah putus kembali utuh lagi, "Bagaimana mungkin?" Iapun memeriksa dengan teliti dan tiada luka goresan sedikitpun pada lengan kirinya itu, "Aku ingat betul bahwa lengan kiriku telah putus kemarin?"
"Tapi kenapa lenganku sekarang tersambung kembali? Apa yang terjadi sebenarnya?" Iapun mencoba mengingat-ingat.
"Eeehh...!!" Erinka tersadar bahwa saat ini ia tak mengenakan busana yang menutupi dirinya hanyalah sebuah kain putih, "Kenapa aku bisa telanjang??" Iapun mulai panik.
Erinka mencoba mengamati tempat sekitar yang ternyata tiada seorangpun, "Fiuh..." iapun sedikit lega.
Iapun segera berdiri, membungkus dirinya yang tidak berpakaian dengan kain putih yang semula digunakan sebagai dan dengan langkah perlahan segera mencari jalan keluar, "Dimana sebenarnya aku??" Ucapnya dengan tatapan kagum ketika melihat keluar.
Diluar ternyata ada pemandangan indah tanpa terhalang apapun yaitu sebuah hutan yang sangat hijau.
Sekarang ia sadar berada disebuah gua yang letaknya ditebing dan dikanan kiri tebing itu ada air terjun yang menglir deras.
"Bagaimana caraku keluar dari tempat ini??" iapun menengok ke bawah yang ternyata ada air yang terlihat sangat dalam.
"Ngeri deh, kalau sampai jatuh..." ucapnya yang takut pada tingginya tebing.
Iapun menatap ke atas yang ternyata ada pakaiannya, "Itu bajuku!! Tetapi mengapa dijemur disana...!!!" Ucapnya yang benar-benar terkejut.
Hal-hal yang sangat janggal dan terkesan ekstrem tengah menimpa dirinya dan hal itupun membuatnya terdiam, "Bagaimana mungkin hal ini bisa menimpa diriku??"
Dalam benak pikiran Erinka memiliki niat mengambil pakaiannya akan tetapi ia juga merasa takut pada ketinggian, "Hah...!! Kurasa aku harus menunggu orang yang telah menyelamatkan diriku kembali kesini...!!"
"Tapi siapa lelaki yang kemarin itu?" Pikirnya yang mulai teringat akan kejadian sebelumnya.
Erinka menyerah dan meski tanpa busana, ia memilih berdiam diri saja daripada mengambil resiko jatuh dari tebing yang curam.
Sambil menunggu, ia masuk kembali ke dalam dan memutuskan untuk melihat-lihat tempat tinggal seseorang yang tak dikenalnya itu.
*****
Beberapa saat kemudian.
Seseorang lelaki yang masuk ke dalam gua itu dengan membawa potongan daging dan ia masuk ke dalam dengan seutas tali yang diikatkan dari atas.
"...!!!" Lelaki itu terkejut ketika mendapati Erinka yang telah diselamatkannya telah tak ada ditempatnya semula.
"Dimana dia?? Hmm... apakah dia telah pergi??"
Disaat lelaki itu berfikir, Erinka langsung menendang wajahnya dari belakang, "Jbbuuak...!!" Lelaki itu jatuh tersungkur.
Erinka yang hanya berbalutkan kain putih berdiri tegak dengan berkacak pinggang, "Dimana aku berada??" Ucapnya dengan sorot mata tajam.
"Cih...!!" Lelaki itu memegangi pipinya yang memar dan merasa kesal karena ditendang oleh orang yang ia selamatkan, "Dasar gak tau diri...!!!" Gumamnya dengan suara pelan.
Meski telah diselamatkan Erinka terlihat geram, "Apanya yang tak tau diri?? Ambilkan pakaianku sekarang...!!" Iapun mengancamnya dengan mencubit pipi.
"Aduh, sial sekali aku..." Lelaki itu menjadi sedikit kesal akan tetapi ia segera melakukan apa yang diperintah oleh Erinka.
Erinka yang telah mendapatkan pakaiannya segera mengenakannya kembali karena menurutnya mengenakan balutan kain putih sulit bergerak lalu terkesan memalukan.
Ia yang telah mengenakan celana hitam pendek dan baju putih tanpa lengan yang terlihat ketat bertanya, "Jadi siapa kau??"
"Namaku adalah Kurogami Ragna...!!" Jawab lelaki itu dengan ekspresi sedikit jengkel, "Dan aku adalah lelaki hutan yang telah menyelamatkan dirimu dari Burung Api Phoenix."
"Owh..." Erinka terlihat biasa saja tanpa mengucapkan kata terima kasih.
"Apa-apaan ekspresimu itu...!! Setidaknya tunjukan sopan santunmu padaku dengan memperkenalkan dirimu...!!" Ragna menjadi kesal pada sikap tak tau diri dari gadis yang ia temui itu.
"Aku Erinka!! Ya, itulah namaku...!! Kau tak perlu mengenalku lebih jauh dan akupun tak ingin mengenalmu" Ucap Erinka yang malah tak menunjukan rasa sopan santun sebagai gadis bangsawan ia menganggap rendah Ragna yang merupakan lelaki hutan, "Sekarang aku lapar jadi segera buatkan aku makanan...!!"
"Apa...!!! Kenapa aku harus menuruti permintaanmu itu...!!!" Ragna merasa kesal karena tiba-tiba diperintah oleh orang yang tak dikenalnya.
"Yah, karena aku adalah wanita dan sudah tugas lelaki menuruti kata-kata wanita..." jelas Erinka dengan nada seenaknya sendiri.
"Cih...!! Siapa sih yang menciptakan aturan lelaki harus menuruti apa mau wanita?"
"Entahlah, tapi jika kau tak begitu maka kau akan kesulitan untuk mendapatkan kekasih..."
"Itulah sebabnya aku menjoblo ditengah hutan" dengan berat hati, Ragna menuruti permintaan Erinka meski dia adalah orang asing yang baru saja ditemui dan dalam hati ia berkata, "Kuharap dia segera meninggalkan rumahku setelah aku menuruti permintaannya..."
Ragna merasa jengkel karena sifat Erinka akan tetapi ia menurut saja dan berharap gadis yang ia selamatkan segera pergi.
Erinka yang merasa sedikit penasaran bertanya, "Hmm... apakah kau tinggal dihutan ini sendiri atau bersama orang lain?"
"Aku tinggal dihutan seorang diri terus setelah kau mengetahuinya kau mau apa?" Jelas Ragna yang memasak.
"Aku hanya penasaran saja kok..." ucap Erinka, "Lalu darimana kau mendapatkan perabotan yang ada didapurmu itu? Apa dari kota??"
"Yah, aku merampoknya dari beberapa petualang yang memasuki hutan..."
Erinka menyadari bahwa tas besar yang berisikan semua perlengkapannya tak ada, "Jadi kalau begitu dimana semua perlengkapanku...!!! Kau pasti mengambilnya...!!" Iapun tiba-tiba langsung menuduh Ragna sebagai pelaku.
Ragna yang memasak menjadi sangat kesal, "Aku tak mengerti akan apa yang kau tuduhan yang kau katakan...!!! Memangnya kau punya bukti?"
Erinka terdiam dan bergumam dalam hati, "Hmm... kalau begitu tas yang berisikan perlengkapan milikku masih ada ditempatnya semula..."
Ia yang terdiam lalu berkata, "Jadi berapa lama aku tak sadarkan diri??"
"3 hari"
"3 tiga hari...!!!" Erinka terkejut.
"Yap, aku tak bohong!! Memang apa yang sedang kau lakukan disarang Burung Api Phoenix? Apa kau tak tau makluk itu sangat berbahaya dan telah menghabisi banyak sekali petualang...!!"
"Kau beruntung aku datang tepat waktu untuk menolongmu jika tidak kau pasti akan mati!! Kau membuatku kerepotan karena aku terpaksa harus bertarung dengan Burung Api Phoenix..."
"Bertarung melawan Phoenix...!!" Erinka terkejut dan menyadari bahwa Ragna orang yang kuat, iapun langsung berlutut dihadapan,"Tiada orang lain dihutan ini!! Jadi kumohon bantu aku mengalahkan Burung Api Phoenix...!!"
"Eehh...!!!" Ragna terkejut pada perubahan sikap Erinka yang semula angkuh dan sombong kini meminta bantuan padanya terlebih permintaannya sangat berat.
Akankah Ragna membantu Erinka menaklukan Sang Phoenix?
Bersambung Ke The Legenda Of Ragna Chapter 4 : Menantang Kembali!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!