Mereka bertiga lengah karena sibuk berdebat dan tak segera membunuh Raja Goblin lalu hal itupun berakibat buruk.
Kereta yang mereka tumpangi mendadak berguncang hebat dan bergerak makin cepat, "Apa...!!!" Ketiganya menjadi terkejut.
"Apa-apaan ini...!!" Ucap Ragna dengan berpegangan pada dinding kereta.
Erinka yang kehilangan keseimbangan sampai-sampai tengkurap dilantai dan berpegang erat, "Hey, bukankah semua masalah telah selesai!! Bukankah kau telah membunuh Raja Goblin?"
Reynhard menjadi terkejut begitu mendengar kata-kata Erinka, "Sial, aku teledor..." ucapnya yang menjaga keseimbangan dengan menancapkan pedang pada lantai kereta yang digunakan untuk berpegangan.
"Hey, apa katamu?" Tanya Ragna
Reynhard berjalan menjauh menuju jalan keluar, "Raja Goblin belum mati..."
"Apa...!!" Ragna maupun Erinka menjadi terkejut.
"Sialan!! Kau benar-benar brengsek, Reynhar!! Bukankah kau bilang tadi sudah mengalahkannya? Kau pembohong besar!!" Erinka mencaci keturunan pahlawan itu.
"Berisik!! Diamlah, kau!!" Bentak Reynhard.
Erinka menjadi jengkel, "Kau mau kemana? Apa kau mau lari dari tanggung jawab?"
Reynhard memasang ekspresi kesal, "Tentu saja menuju ruang masinis!! Ku yakin makluk sialan itu ada disana..."
"Baik, mari ke sana!!" Ucap Ragna dan Erinka juga mengikuti dari belakang.
Kereta yang melaju sangat cepat membuat mereka bertiga kesusahan berjalan menuju gerbong ruang kendali kereta.
Tetapi meski membutuhkan waktu yang cukup lama ketiganya akhirnya sampai juga digerbong utama yang merupakan tempat kendali kereta.
Disana Raja Goblin sudah duduk bersandarkan dinding kereta dan ia terlihat menunggu ketiganya.
Luka yang ada dibahunya terus saja mengeluarkan darah akan tetapi ia malah tersenyum menyeringai, "Aku sudah menunggu kalian..."
"Dan asal kalian tau saja!! Aku tak akan pernah menerima kekalahan jadi jika aku kalah maka semuanya harus mati..."
"Mari mati bersamaku...!!"
"Hahahahahaha...!!!!" Iapun tertawa lepas tanpa merasa bersalah meski melakukan kejahatan.
Ketiganya terdiam saat melihat pendirian lawan meski ia hanya merupakan goblin.
Mereka geram akan tetapi emosi itu sudah terlambat karena semuanya sudah terjadi, Erinka meningkatkan energi sihir dan mengepalkan lengan kanan.
Lengan kanannya dengan cepat terlapisi balutan api, "Kau tak bisa diampuni...!!!"
"Jbbllast...!!!" Dengan penuh emosi ia memukul goblin itu sekuat tenaga hingga membuatnya terlempar keluar dari kereta.
"Hah... hah... hah..." Erinka mulai mengatur nafas dan ia perlahan menurunkan emosinya, gadis bangsawan itu secara bertahap menjadi tenang lalu dapat berfikir jernih, "Kita harus segera turun dari kereta ini..."
Renhard yang merasa bersalah berkata, "Itu mudah saja tapi dikereta ini banyak sekali wanita korban goblin dan juga dengan kecepatan seperti ini maka kereta ini akan sampai dipemberhentian terakhir pagi hari lalu menghantam stasiun saat ramai-ramaianya para penduduk beraktifitas..."
"Akan banyak sekali korban berjatuhan!!"
"...!!!" Ragna maupun Erinka terkejut saat mendengarnya, "Kalau begitu kita harus melakukan sesuatu...!!!" Ucap Ragna
"Ya, itu benar...!!!" Sahut Erinka.
"Tidak ada yang bisa kita lakukan..."
"Pasti ada!!" Ucap Erinka.
Reynhard bertanya dengan serius, "Kalian punya ide?"
Keduanya seketika terdiam membisu.
"Aku punya sebuah ide akan tetapi kita tak bisa melakukan keduanya sekaligus..." ucap Reynhard lagi.
Keduanya mengangkat wajah ketika mendengar kata-kata itu, "Memang apa idemu??" Tanya Ragna.
Reynhard menjelaskan idenya dengan ekspresi serius, "Kita tak punya banyak waktu jadi rencana ini harus dijalankan secepatnya..."
Erinka maupun Ragna mendengarkan dengan seksama.
"Pertama kita kumpulkan semua penumpang pada satu titik yaitu digerbong 9 lalu kita bisa memotong gandengan gerbong agar bisa selamat..."
"Gerbong 9 berisikan semua penumpang secara perlahan akan melambat dan kita harus segera turun lalu setelah itu kita harus bergerak secepat mungkin menuju stasiun terakhir untuk memperingatkan para penduduk yang sedang beraktifitas..."
"Ya, masalah terakhir dan belum terselesaikan adalah kereta ini akan tetap melaju kencang dan menghantam stasiun pemberhentian terakhir..."
Begitu mendengar penjelasan dari keturunan pahlawan itu, Erinka maupun Ragna tersenyum dan kembali bersemangat, "Ayo kita jalankan idemu itu, pria gay...!!!" Ucap keduanya dengan kompak.
"Jangan panggil aku seperti itu...!!!!!" Bentak Reynhard dengan emosi.
"Baik, pria gay!!" Jawab keduanya dengan tersenyum ceria.
Reynhard menjadi semakin kesal akan tetapi ia nggan memperdebatkannya, "Ah... Ya sudahlah!! Mari bergerak!!"
Saat itu malam hari begitu tenang dengan gemerlap bintang bertebaran digelapnya malam dan cahaya bulan menerangi.
Suasana sunyi terasa dipegunungan dan hutan akan tetapi hal itu berubah karena sebuah kereta melaju semakin kencang setiap detiknya.
Cerobong uap dari kereta juga terdengar keras seakan tanpa jeda karena kereta terus saja bergerak.
Reynhard, Erinka dan Ragna dengan cepat berhasil mengumpul semua penumpang wanita disatu gerbong yaitu gerbong terakhir atau gerbong 9.
Dalam gerbong itu semua wanita pakaiannya compang-camping sehabis diperkosa oleh para goblin, mereka nampak depresi dan trauma.
Ya, meski telah lepas dari goblin para penumpang wanita itu masih saja dilanda kekhawatiran karena kereta yang mereka tumpangi belum berhenti dan malah bergerak makin cepat.
Mereka cemas, gelisah dan khawatir akan hal buruk yang akan menimpa mereka lagi.
Reynhard adalah orang yang telah mengalahkan hampir semua goblin berusaha menenangkan mereka, "Semua yang ada disini dengarkan kata-kataku...!!!" Ucapnya dengan tegas.
Meski telah mendapatkan sedikit kepercayaan dari para penumpang tetapi hal itu tak membuat mereka mendengarkan kata-kata Reynhard.
"Bagaimana ini?"
"Kita akan mati!!"
"Ini buruk!! Kita dalam kesialan..." mereka cemas dan khawatir.
Giliran Ragna yang mencoba menenangkan, "Aku tau apa yang kalian rasakan sekarang!! Ya, tapi tenang saja!! Dengan segenap jiwa raga aku tak akan membiarkan satupun dari kalian mati..."
"Aku akan mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan kalian semua...
"Aku berjanji!!! Dan kalian bisa percaya padaku!!!" ucap Ragna yang bersemangat.
"Bagaimana caranya kau menyelamatkan kami?"
Ragna kebingungan dalam menjawab, "Entahlah, tapi segala cara akan ku coba!!!" Ucapnya dengan sorot mata penuh keseriusan.
Kata-kata Ragna yang terkesan bermakna dan berapi-api sampai pada mereka yang putus asa, mereka sedikit mulai menaruh harap padanya.
Mereka melihat secerca harapan dimata Ragna, "Apa kau sungguh-sungguh bisa memegang kata-katamu itu?" Tanya salah satu penumpang.
"Tentu saja!!!" Ragna menjadi makin semangat.
Mereka seakan bernafas lega, "Kalau begitu selamatkan aku...!!"
"Aku juga...!!"
"Dan aku juga mau diselamatkan...!!"
"Serahkan padaku...!!!" Jawab Ragna dengan optimis.
Erinka maupun Reynhard yang melihat kemampuan Rikie mengambil simpati orang lain menjadi kagum.
"Padahal aku saja tak mampu menenangkan mereka..." ucap Reynhard.
"Ya, kadang kata-kata jauh lebih berpengaruh dari pada kekuatan..." sahut Erinka.
"Dimana kau menemukan pria itu?"
"Ditengah hutan yang jauh..."
"Oh..." Reynhard sedikit kagum pada Ragna.
Ragna membalikan badan dan berkata pada dua rekannya yaitu Erinka dan Reynhard, "Mari beraksi...!!!"
"Ya...!!" Jawab keduanya dengan semangat.
Kereta bergerak semakin cepat dan tak terkendali meskipun begitu Reynhard bergerak menuju sambungan gerbong 9 dan 8.
Iapun menarik sebilah pedang yang tersarung dan melapisinya dengan sihir elemen angin, "HIIAA...!!!" Reynhard mengangkat pedangnya dan mengayunkannya sekuat tenaga.
"Sllash...!!!" Dengan sekali tebasan sambungan gerbong kereta putus terpotong.
Begitu terpotong gerbong 9 berjalan melambat sementara itu kereta tetap bergerak cepat.
"Kita berhasil!!" Ucap Erinka.
"Ya, dan yang harus kita lakukan adalah memberitahu warga kota kalau akan ada hantaman kereta..." sahut Reynhard.
Ragna mendadak melompat turun, iapun menciptakan sebuah sayap dari elemen kegelapan dan terbang melesat mengejar kereta.
"Hey, apa yang akan kau lakukan??" Teriak Erinka.
"Aku akan berjuang memperlambat laju kereta sementara kalian menuju kota..." jawab Ragna dengan berteriak.
Ragna melesat dengan cepat dan tak butuh waktu lama untuk mengejar kereta.
Kedua tangannya terlapisi kegelapan dan mengeluarkan jaring-jaring untuk mengikat kereta, "Ku bilang berhenti...!!!!!" Teriak Ragna dengan menarik kembali kereta itu.
Bersambung Ke The Legend Of Ragna Chapter 19 : Hantaman Keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments