Episode 15

“Mencari siapa?” Hana berjengkit kaget. Berdiri kaku, dengan nafas yang tak beraturan.

“Hey, kau kenapa?” Jimin tertawa kecil. Menatap Hana yang sedang gugup seperti seorang anak yang tertangkap basah karena ketahuan jajan sembarangan.

“E-eemm tidak.” Hana membuang pandangan ke sembarang arah.

Jimin menatap keluar. Lapangan basket yang terlihat sepi. Pandangan Jimin beralih ke Hana. Menatap Hana dan lapangan basket bergantian.

“Mencari Yoongi Sunbae?” Hana terdiam. Menunduk dan memilih bungkam. Tak mau menjawab jujur, karena tebakan Jimin benar adanya.

Dua hari ini ia tak bertemu Yoongi. Laki-laki itu serasa hilang di telan bumi. Jejaknya tak bisa ia temukan di sudut-sudut sekolah. Jika biasanya Yoongi selalu menunggu Hana di depan kelas hampir setiap pagi, namun dua hari ini Hana tak lagi menemukan Yoongi di depan kelasnya.

Pesan dari Yoongi pun juga tidak ada. Dua hari ini Seokjin juga terlihat sendiri. Tidak ada Yoongi disampingnya. Padahal biasanya, dimana ada Seokjin disitu juga pasti ada Yoongi.

Ingin Hana menghubungi Yoongi. Menanyakan dimana keberadaan kakak tingkatnya itu. Atau setidaknya berbasa basi kenapa ia tak terlihat di sekolah.

Namun ego mengurungkan niatnya. Bukan gengsi. Hanya saja, Hana sudah pernah seperti ini. Mempunyai teman, namun tak bertahan lama. Mungkin Jimin yang sekarang ada di depannya juga akan pergi meninggalkannya.

“Han, kau mencari Yoongi Sunbae?” Tanya Jimin sekali lagi.

Hana menatap mata sipit Jimin. Lama, sampai akhirnya bibir gadis itu terbuka dan berucap, “Tidak.”

Jimin menatap Hana tak percaya. Tangannya terulur mengacak pelan surai coklat hana. “Aku kira,” setelahnya keduanya sama-sama bungkam. Tidak ada percakapan diantara keduanya. Hana yang tetap menunduk sementara Jimin yang sibuk memandangi Hana.

“Han, boleh aku bertanya?” Hana mengangkat wajahnya. Menatap Jimin takut-takut.

“Apa?”

Jimin berdehem, “Apa kau menyukai seseorang?” entah keberanian apa yang muncul pada diri Jimin. Laki-laki itu memang sering ikut campur urusan Hana.

Hana menatap lekat pada manik Jimin. “Memang nya kenapa?” Tanya nya balik.

“Emm tidak. Tidak jadi, hehe.” Tawanya canggung. “Pulang sekolah nanti, mau main sebentar?”

“Tidak Jim. Aku mau pulang saja ketemu ayah.” Dan Jimin hanya mengangguk sebagai jawaban.

***

Gadis itu berjalan seorang diri. Kepala menunduk dengan kaki yang menendang-nendang batu kerikil. Seolah kerikil itu benar-benar menghalangi jalannya.

Jika sebagian orang menganggap sekolah sebagai tempat menuntut ilmu agar pandai, berbeda dengan Hana. Bagi gadis itu, sekolah adalah salah satu tempat yang sangat mengerikan. Tidak ada yang namanya masa SMA menyenangkan. Adanya justru masa SMA yang sangat kelam.

Bayang-bayang mereka yang selalu menjahili Hana terlalu lekat dalam ingatannya. Rasa tidak suka seolah jijik padanya sudah menjadi teman kesendiriannya. Bau sampah yang hampir menjadi parfumnya setiap hari. Serta air kotor sebagai pengganti lotionnya.

Salah jika kalian berfikir Hana anak yang jorok. Tidak pernah mandi, dan berantakan. Karna gadis itu tipikal gadis yang sangat menjaga kebersihannya. Hal itu menurun dari ayahnya yang selalu mengajarinya untuk berpenampilan rapi.

Ulah mereka lah yang membuat Hana seolah terlihat seperti gembel. Hana juga tidak pernah memakai barang mahal. Karena percuma, barang itu akan di rusak dan di buang seolah itu adalah barang bekas yang lebih pantas berada di tempat sampah.

Hana menghentikan langkahnya, kala ada sepasang kaki berbalut sepatu hitam berdiri tepat di depan kakinya. Salah Hana karena ia berjalan sambil menunduk. Sampai tak menyadari, ia akan menabrak seseorang.

“Jalan yang benar. Kau akan jatuh.” Kepala Hana spontan mendongak. Permintaan maaf yang harusnya ia lontarkan pada orang itu justru membias hilang entah kemana. Yang ada tinggalah tubuhnya yang terasa kaku, juga degup jantung yang berpacu tiga kali lebih cepat.

“Hallo.” Sapa orang itu lagi.

Mata hana memanas. Ingin rasanya ia menangis. Bagaimana bisa?

“K-kau??” apa ini nyata? Batin dan fikiran Hana berperang.

“Hana, masih ingat aku?” Hana kembali mengerjapkan matanya. Satu bulir air bening turun. Tangannya bergetar. Badanya melemas.

“Hey, kau tak apa? kenapa menangis? Maafkan aku Han.” Orang itu melangkah mendekat ke arah Hana. Mengelap air bening yang membasahi pipi Hana.

Hana jelas bisa merasakan sentuhan orang itu. Seseorang yang sudah lama ia rindukan. Seseorang yang menjadi tambatan hatinya untuk pertama kali, dan mungkin sampai sekarang. Jeon Jungkook, laki-laki itu kembali.

“K-kau disini? Ini kau?” masih dengan posisinya. Tidak berubah sama sekali. Berdiri berhadapan, dengan Jungkook yang sibuk mengelap lelehan air mata Hana.

Jungkook tersenyum. Senyum lembut yang menenangkan. Senyuman yang sangat Hana rindukan. “Iya. Ini aku Han. Aku disini.”

Hana tidak bisa lagi menyembunyikan rasa bahagianya. Terlalu bahagia sampai ia bingung harus berekspresi seperti apa. Setelah ayahnya pulang secara tiba-tiba, kini cinta pertamnya juga datang secara tiba-tiba. Apa takdir sudah mulai berpihak padanya?

Hana berjongkok. Menunduk dan memegang jantungnya yang tak juga kunjung berdetak normal. Mengatur nafasnya yang semakin memburu.

“Han, kau tak apa? Kau sakit?” Jungkook ikut berjongkok. Menyamakan tingginya dengan Hana. Menatap raut wajah gadis yang sudah lama ia tinggalkan.

“A-aku tidak apa. Sunbae kemana saja? Sunbae apa kabar?” dengan keberanian, bukan. Memang harus berani. Hana menatap mata Jungkook. Mata besar nan indah yang seolah sedang ikut berbicara padanya. Mata yang selalu membuat orang gemas saat menatapnya.

“Maaf karena aku pergi begitu saja. Maaf tak menghubungimu. Aku kehilangan kontak Paman Jung. Jadi, aku tidak bisa menghubungimu.” Jungkook mengelus sayang surai coklat Hana.

“S-sunbae baik?” Jungkook masih tersenyum. “Tentu. Kau baik juga kan?”

Pertanyaan yang terdengar seperti ejekan. Namun Hana lebih memilih mengangguk dan tersenyum.

Jawaban yang selalu ia berikan pada siapapun. Pada semua orang yang bertanya apakah dirinya baik-baik saja atau tidak. Berharap jawaban itu adalah mantra, yang suatu saat bisa benar-benar menjadi kenyataan. Hana baik-baik saja. Dan akan selalu baik-baik saja.

“Baguslah. Aku khawatir jika terjadi sesuatu padamu.” Jungkook kembali mengelus surai Hana.

“Sunbae kapan kembali?”

“Baru tadi pagi. Tadi aku langsung kerumah mu. Tapi kau sekolah.” Jungkook tertawa pelan. Matanya menatap sekitar. Mencari tempat yang nyaman untuk mereka berdua bercerita dan melepas rindu.

“Mau duduk di taman situ?” tawar Jungkook. tangannya menunjuk taman bermain yang tak jauh dari tempat mereka.

Hana menatap taman itu. Taman yang pernah ia singgahi dengan Yoongi.

Hana mengangguk. Tidak ada Yoongi. Lagipula itu tempat umum. Siapapun bisa singgah di taman itu.

“Ayoo, kita kesana.” Jungkook berdiri. Mengulurkan tangannya pada Hana. Gadis itu sempat ragu, awalnya. Namun setelahnya ia meraih tangan besar Jungkook.

Mereka berjalan beriringan. Perbedaan badan yang sangat mencolok membuat Hana terlihat lebih kecil dari Jungkook.

Diam-diam Hana menatap Jungkook. mengamati cinta pertamanya itu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Jungkook banyak berubah. Tubuhnya lebih besar, badannya juga jauh lebih tinggi. Urat-urat di tangannya menonjol. Yoongi saja kalah jauh. Hidungnya semakin mancung. Kulitnya lebih bersih. Juga, kadar ketampanannya bertambah.

“Kau punya pacar Han?” pertanyaan yang seperti ejekan kembali di lontarkan untuk Hana. Dua orang itu duduk di ayunan. Menatap ke arah jalan yang sepi.

Hana menggeleng. “Tidak Sunbae. Tidak akan ada yang mau dengan gadis seperti ku.” Ucapnya sambil tersenyum miris.

Jungkook menoleh. Menautkan alisnya, pertanda ia bingung dengan ucapan Hana.

“Bagi mereka, aku gadis pembawa sial. Bunda meninggal karena melahirkanku. Tidak ada satupun di antara mereka yang menyukaiku. Bahkan mereka bilang, jika aku tak terlahir, mungkin Bunda masih hidup sampai sekarang.” Lagi-lagi senyum miris ia berikan di akhir ceritanya.

Jungkook bangun dari tempatnya. Berjongkok di depan Hana. Tangannya menggenggam tangan Hana. “Jangan bicara seperti itu. Bibi Jung meninggal memang karena takdir. Bukan salah mu sama sekali.”

Yaa~ itu memang kenyataan yang terjadi. Dan harusnya memang seperti itu. Tapi berbeda dengan mereka. Pemikiran mereka tidak seperti itu. Bagi mereka, Hana lah penyebab ibunya meninggal.

“Kau tahu? Aku merindukanmu. Sangat.” Jungkook menatap Hana dalam. Tatapan teduh yang dulu sering ia berikan pada Hana.

Hana mengalihkan tatapannya. Bisa kacau urusannya jika ia menaruh hati lebih jauh pada laki-laki yang saat ini bersimpuh di hadapannya.

“Sunbae kemana saja selama ini? Meninggalkan aku seenaknya.” Gadis itu berdecih sebal.

Jungkook kembali berdiri. Duduk di ayunan yang tadi ia tinggali. “New York. Aku pindah ke New York. Bersama orang tuaku.” Hana menatap Jungkook. “Awalnya aku menolak. Aku tidak ingin di pindahkan. Aku terlalu cinta dengan Negeri ini. Tapi sekali lagi, aku juga tidak bisa membantah orang tuaku.”

“Kapan Sunbae kembali ke New York?”

Jungkook menatap Hana. Tatapan keduanya bertemu. Senyum getir menghiasi bibir pink Jungkook. “Besok.”

Entah harus bahagia atau sedih. Hana hanya tersenyum menganggapi jawaban Jungkook. mengalihkan kembali pandangannya pada jalanan yang sepi. Tiba-tiba hatinya sakit. Baru saja ia bersyukur karena tambatan hatinya kembali, namun besok sudah harus terpisah lagi.

Hana mengusap kedua tangannya yang terasa dingin. Sepertinya salju turun jauh lebih banyak.

“Mau berjanji sesuatu padaku?” Hana kembali menoleh pada Jungkook. “Berjanjilah untuk terus hidup bahagia. Berjanjilan untuk hidup jauh lebih baik lagi.” Jungkook berdiri. Kembali bersimpuh di hadapan Hana. Kedua tangannya menangkup pipi Hana.

“Han, aku minta maaf tidak bisa menjagamu. Maaf karena tak bisa lama berada di sisimu. Hiduplah dengan bahagia. Jangan menangis. Jangan salahkan dirimu atas semua hal yang menimpamu. Dan..” cengkeraman pada tangan Hana menguat. “..berhentilah berharap padaku. Karena aku tidak tahu kapan aku akan kembali.”

Mati-matian Hana menahan air matanya. Ia tak punya hak untuk meminta Jungkook tetap tinggal. Setidaknya untuk ia tetap menyayanginya. Ia tak punya hak untuk itu.

Selama ini, Jungkook hanya menganggap nya sebatas adik perempuan. Tak lebih dari itu meski dulu Hana selalu memberi perhatian yang bisa dibilang lebih dari sekedar rasa saudara atau teman.

Jika boleh jujur, laki-laki itu sama dengan Hana. Mereka saling menyukai dan menyayangi. Jika ada pilihan, Jungkook memilih untuk tinggal bersama dengan Hana. Menjaga dan merawatnya seperti saat mereka kecil dulu.

Keadaan lah yang memisahkan mereka. Serta jarak menjadi pelengkap perpisahan mereka. Yang Jungkook takutkan adalah, bagaimana jika Hana membutuhkannya tapi ia tak ada di sampingnya? Hal itu pernah terjadi. Sering terjadi bahkan. Dan Jungkook tak pernah lelah menyalahkan dirinya atas Hana yang gagal ia jaga.

Jungkook mengambil sesuatu di balik saku celananya. Menyerahkan sebuah kalung dengan bandul bunga mawar merekah. Kalung indah untuk seseorang yang sama indahnya.

Jungkook berdiri. Memakaikan kalung itu pada leher Hana. Setelahnya ia mencium kening Hana. Lama, mengisyaratkan bahwa ia tak ingin meninggalkan Hana.

“Hiduplah dengan baik Han. Kau berhak bahagia. Aku akan terus menghubungimu mulai sekarang. Berbaurlah. Jangan takut dengan sekitarmu. Jika ada seribu orang yang menyakitimu, percayalah pasti ada salah satu di antara mereka yang akan menolongmu. Buka hatimu untuk semua hal positif di sekitarmu. Jangan larut dalam kesendirian dan kesedihan. Kau akan mendapatkan sesuatu yang indah nantinya.”

Masih menatap mata indah Jungkook. Hana memilih bungkam tanpa mengeluarkan perkatan. Gadis itu berdiri. Menatap Jungkook lama, lalu memeluknya.

Jika ini adalah perpisahan, biarkan menjadi perpisahan yang terindah. Jika ini adalah pertemuan terakhir, biarkan tetap menjadi kenangan yang tak terlupakan. Dengan guyuran salju yang menjadi saksi pertemuan tanpa sengaja ini. Juga keheningan dengan berbumbu rasa sayang yang tak akan pudar.

Jungkook punya tempat terindah sendiri di hati Hana. Begitupula Jungkook, yang akan terus menyayangi Hana walau jarak harus membuat mereka terpisah.

* * * * *

Hana

Jimin

Terpopuler

Comments

Dhevitta Aylla

Dhevitta Aylla

👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

2020-04-18

1

Callysta

Callysta

Sunbae itu panggilan apa ya thorr hehe nanya ya soalnya aku nggk tau tentang K-pop😁

2020-04-14

3

ᥲᥒᥲᥒtᥲ*࿐

ᥲᥒᥲᥒtᥲ*࿐

Baper bangettt.... 😭😭

2020-03-25

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!