Episode 12

“Kamu serius mau menemui dia?” Pertanyaan Joy hanya dijawab anggukan oleh Jisoo. Joy membuang nafas kasar. Melirik pada sahabatnya yang sedari tadi hanya memandangi ponsel.

Terhitung, hampir tiga jam Jisoo berada di rumah Joy. Memang biasanya gadis itu selalu menghabiskan waktu di rumah Joy, namun tak pernah selama ini. Ia tak pernah singgah lebih dari dua jam. Tapi kali ini berbeda. Dan alasannya hanya satu,

“Aku lelah menunggunya. Jadi aku akan mengutarakannya sendiri.”

“Bagaimana jika kamu di tolak?”

“Tidak ada yang bisa menolakku.”

“Yoongi berbeda Jisoo. Dia tidak seperti laki-laki lain. Temannya saja hanya satu. Firasatku mengatakan kau akan di tolak oleh Yoongi.”

Sebenarnya Jisoo membenarkan apa yang dikatakan Joy. Pernyataan Joy itu benar. Tanpa di pertanyakan pun semua orang tahu bahwa yoongi tidak menyukai Jisoo. Meskipun Jisoo memohon pun Yoongi sudah pasti akan menolaknya.

“Sedikit gertakan mungkin akan membuat dia luluh.” Jisoo tersenyum miring. namun, Joy hanya bisa menghela nafas kasar. Sahabatnya itu memang selalu keras kepala. Apa yang dia mau, harus secepatnya di penuhi. Mirip seperti Sungjae.

“Terserah kau saja. Aku hanya mengingatkan. Jika Yoongi menolakmu, lebih baik kau mundur.” Setelah berkata seperti itu, Joy berjalan menuju pintu utama. Membuka pintu itu lalu berbalik menghadap Jisoo.

“Pergilah. Yoongi pasti sudah di rumah. Kau bisa kesana sekarang.”

Jisoo melirik tajam ke arah Joy. “Bagaimana kau tahu?” Joy sedikit tersentak dengan pertanyaan dan tatapan tajam Jisoo. Namun, gadis itu mencoba kembali menetralkan ekspresinya. “Aku tetangganya sejak kecil. Jadi aku tahu.” Ucapnya, setelahnya membuang muka.

Jisoo berjalan menuju pintu. Tatapannya masih sama tajam. Sebelum ia kembali melangkahkan kaki keluar dan meninggalkan Joy tanpa pamit.

Joy menghembuskan nafas lega. Hampir saja ia keceplosan.

Jisoo berjalan ke arah rumah Yoongi. Udara malam yang dingin membuatnya beberapa kali merapatkan jaket yang ia kenakan. Kepalanya menengadah ke arah langit. Malam ini nampaknya alam mendukungnya. Meskipun udara tak hangat, setidaknya salju tidak turun sebanyak kemarin.

Melangkah dengan langkah yang sangat mantap. Sesekali gadis itu bersenandung. Memecah dingin malam yang kian memeluknya.

Langkah Jisoo terhenti kala ia sampai di depan rumah mewah bercat cream dengan pagar besi yang menjulang. Tangan yang semula ada di dalam jaket, ia keluarkan. Menekan bell dengan hati-hati sampai terlihat gambar seseorang dari layar kecil di sisi kanan pagar.

“Hallo, aku Jisoo teman sekolahnya Min Yoongi. Bisa aku bertemu sebentar?”

Ahjumma yang menerima bell dan video tadi langsung mematikan panggilan kala ia tahu tujuan si gadis cantik yang berdiri di depan. Ahjumma itu sedikit berlari. Membuka pintu gerbang lalu mempersilahkan Jisoo masuk.

Jisoo sempat menegang melihat betapa mewahnya rumah milik keluarga Min itu. Langkahnya mengikuti langkah ahjumma yang sudah berjalan terlebih dahulu. Mulut Jisoo tak henti-hentinya menahan jeritan akan kekaguman dari halaman luas rumah Yoongi.

Beberapa pemikiran konyol pun tak jarang menghinggapi isi kepalanya. Seperti, bagaimana jika ia nanti menikah dengan Yoongi? Memiliki anak yang lucu-lucu, dan bermain di halaman luas ini. Pasti menyenangkan.

“Tunggu sebentar ya, saya panggilkan tuan muda dulu.” Dengan sopan, ahjumma undur diri. Berlari kecil menaiki anak tangga setelah menyuruh Jisoo duduk di ruang tamu. Jisoo bahkan tidak sadar bahwa ia sudah sampai di ruang tamu megah milik keluarga Min.

“Rumah nya besar sekali.” Gumamnya.

Ini kali pertama Jisoo mendatangi rumah Yoongi. Beberapa kali memang gadis itu sempat mampir. Namun, tidak pernah smpai masuk ke dalam rumah. Hanya diluar. Melihat Yoongi dari kejauhan.

“Ada apa?”

Suara rendah itu membuyarkan Jisoo dari lamunannya. Jisoo berdiri menatap Yoongi yang masih berada di tengah tangga. Belum sampai ruang tamu, ngomong-ngomong.

“Hai,” sapanya lembut.

Yoongi hanya menatap datar. Kakinya melangkah dengan malas. Menghampiri Jisoo yang masih berdiri dengan senyum yang tidak luntur sama sekali. “Ada apa?” ulangnya.

Jisoo duduk. Menghadap Yoongi ragu. Jika seperti ini, Yoongi dua kali lebih menyeramkan. Dingin, datar, tanpa ekspresi.

“Emm, hanya berkunjung.” Grogi? Jangan ditanya.

Yoongi menatap malas ke arah Jisoo. Mengalihkan pandangan dari adik tingkatnya itu. Mengambil ponsel di saku celananya, lalu menscroll chat yang ada di kolom chatting nya.

Tidak banyak chat. Hanya ada tiga. Yang paling atas ada pesan dari ayahnya tentang, mau di bawakan apa saat pulang. Kedua chat dari Seokjin, yang minta nebeng buat berangkat sekolah besok pagi. Dan yang ketiga pesan dari Hana. Bukan pesan baru. Pesan tadi pagi yang belum di balas oleh Hana.

Yoongi menghela nafas pelan. Mengetik satu pesan untuk ayahnya. Kira-kira begini isinya. “Cepat pulang. Atau aku akan mencarikan istri baru untuk ayah.” Setelah mengirim pesan itu, satu bunyi notifikasi langsung muncul. Seperti biasa, ayahnya selalu cepat membalas pesannya.

“Min Yoongi, ayah sudah sampai.” Teriak laki-laki separuh baya di depan pintu.

Yoongi tersenyum senang. Menghampiri ayahnya, lalu memeluknya dari samping. Cengirannya, selalu berhasil membuat ayahnya gemas. “Jangan nyengir kuda kaya gitu. Kau terlihat jelek.” Cengiran Yoongi hilang dan dibalas pukulan sayang di lengan kiri ayahnya.

“Ohh ada tamu?” Ayah Yoongi menyapa Jisoo yang sedari tadi diam menyaksikan keharmonisan ayah dan anak itu.

“Malam paman.” Sapa Jisoo sopan yang hanya di balas anggukan oleh Yoongi.

“Temanmu?” Tanya sang ayah pada anaknya. Yoongi kembali berjalan malas ke arah Jisoo dan ayahnya. Mengambil alih tas kerja sang ayah, dan memberikannya pada ahjumma yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

Yoongi tersenyum manis ke ayah. “Ayah istirahat saja. Dia adik tingkat ku. Sudah Yoongi siapkan air hangat untuk ayah mandi. Good Night Daddy.” Setelahnya, sang ayah hanya tertawa kecil. Menaiki tangga meninggalkan Yoongi dan Jisoo berdua di ruang tamu.

“Pulanglah. Sudah larut.” Yoongi kembali duduk. Tangannya sibuk memutar-mutar ponselnya. Tatapannya kembali datar dan dingin. berbeda dengan Yoongi beberapa menit yang lalu.

“Sebelum aku pulang, aku ingin mengutarakan maksut kedatanganku kesini.” Jisoo tersenyum lembut. Mendekatkan dirinya dengan Yoongi. Membuat Yoongi menatap risih padanya. “Sunbae..” Mulainya. “Aku menyukaimu.”

Senyum tak pudar dari bibir Jisoo. Badannya bahkan semakin mendekat ke arah Yoongi. Tanpa mereka tahu bahwa ada sepasang mata yang melihat mereka dari lantai dua.

“Kau mau apa?” Yoongi bangkit. Membuat Jisoo menatap tak suka ke arahnya.

“Sunbae aku menyukaimu.” Ucapnya lantang. Ikut berdiri sejajar dengan Yoongi.

Yoongi tersenyum miring. maju beberapa langkah. Jisoo tersenyum, tangan nya menarik kaus Yoongi. Memberi lampu hijau agar laki-laki itu semakin mendekat ke arahnya.

Yoongi memajukan wajahnya. Jisoo sudah menutup mata. Senyum di bibirnya masih terlukis. Setelahnya, perkataan Yoongi membuat Jisoo membelalakkan mata marah.

“Aku tak pernah menyukaimu gadis pembully dan pembohong.” Yoongi kembali mundur. Genggaman tangan Jisoo pada kaus Yoongi terlepas. “Pulanglah, jika sudah tidak ada keperluan lagi.” Kedua tangannya masuk ke saku celananya. Matanya menatap arah pintu utama yang masih terbuka.

Jisoo menatap Yoongi marah. Mukanya bahkan ikut memerah karena malu. Benar apa yang di katakan Joy dan Sungjae. Ia di tolak.

“Kau haru menerimaku.”

Senyum miring kembali terlukis di bibir Yoongi. “Atas dasar apa aku harus menerima gadis pembully seperti mu? Kau bahkan bukan tipe ku sama sekali.”

“Terima aku atau aku akan melakukan hal yang lebih buruk pada Hana!” Jisoo sedikit berteriak. Ia masih ingat betul apa yang dikatakan Sungjae. Teman laki-lakinya itu bilang, kalau Yoongi mengakui bahwa ia menyukai Hana. Menjadikan Hana sebagai alat agar cintanya diterima menjadi salah satu taktik licik Jisoo. Baginya, tidak ada yang bisa menolaknya. Memakinya, dan merendahkannya.

Senyum miring Yoongi makin terlihat jelas. Ia melangkahkan kakinya berjalan mengelilingi tubuh Jisoo. Menatap tubuh kurus Jisoo dari atas sampai bawah. “Kau fikir kau siapa bisa mengancamku. Mebawa-bawa nama Hana seenaknya. Kau fikir akan berhasil?” Jisoo kembali membelalakkan matanya.

“Kau tahu?” setengah putaran Yoongi mengelilingi badan Jisoo. Berhenti di samping badan gadis itu, dan berbicara tanpa menoleh ke lawan bicaranya. “Aku bukan laki-laki yang bisa kau ancam dengan hal-hal murahan seperti itu. Jika kau menyakitinya, silahkan. Tapi ingat satu hal. Jangan salahkan aku, jika kau mendapatkan perlakuan yang jauh lebih buruk dari anak-anak sekolahan.” Yoongi melirik ke arah Jisoo. “Aku tahu, siapa kau sebenarnya gadis pembully.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!