Episode 3

Hari minggu yang cerah sayang jika dilewatkan hanya dengan bermalas-malasan. Lebih berguna lagi jika dihabiskan dengan berkumpul bersama keluarga. Ya… andai seluruh keluarga bisa berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. Pasti rasanya sangat menyenangkan.

Seorang gadis berambut panjang sepinggang, berwarna kecoklatan dan berpita biru di kiri kepalanya berjalan seorang diri. Rok selutut berwarna biru laut, dengan slingbag kecil yang menggantung di pundak kirinya. Syal biru putih menggantung indah pada lehernya. Serta sepatu boots putih menambah kesan manis penampilannya.

Jung Hana, berjalan seorang diri di tanah coklat yang tertimbun benda putih di atasnya. Salju yang semakin menumpuk membuatnya sedikit kesusahan berjalan.

Tertatih tatih ia melewati gundukan salju tebal. Sesekali ia mendumal, apakah petugas pemakaman tidak membersihkan salju hari ini?

Jung Hana berjongkok saat langkahnya sampai di depan makam yang tidak pernah sepi dari buket bunga indah. Makam yang hampir tertutup salju itu pun perlahan ia bersihkan. Mengusap nisan dengan nama Jung Eunbi lalu meletakkan sebuket bunga lily putih di depan nisan.

“Hai bunda. Hana dateng lagi. Bunda apa kabar? Bunda lagi ngapain disana?” Tangannya masih setia mengusap nisan keramik berwarna hitam dengan ukiran nama bertinta emas itu.

“Bunda, ayah belum pulang. Tapi ayah menelfonku semalam. Katanya ia akan pulang dalam waktu dekat. Aku harap perkataan ayah kali ini benar?” Hana terus berbicara. Seolah nisan itu akan menjawab dari setiap kata yang diucapkan juga ditanyakannya.

“Ayah tidak pulang 2 tahun terakhir ini. Apa perusahaannya masih membutuhkan ayah? Tapi, aku lebih membutuhkannya.”

“Bunda jangan khawatir. Paman Taehyung merawatku dengan baik. Meskipun dia sama sibuknya seperti ayah. Oiya, katanya paman akan membuka kedai kopi di dekat rumah sakit. Aku ingin membantunya. Boleh kan bunda?”

“Bunda. Bunda masih ingat nggak sama Jungkook? laki-laki yang dulu pernah aku ceritain ke bunda. Dia apa kabar ya bun? Dia dimana sekarang?”

Hana merapatkan tubuhnya. Melilit syalnya ke leher. Udara dingin sepertinya berhasil merasuki tubuhnya.

“Maaf bun, aku tidak memakai baju hangat hari ini. Mungkin, akan lebih hangat jika bunda datang dan memelukku. Aku ingin di peluk bunda.” Satu bulir air mata terjun indah di pipi Hana.

“Bunda, apa di surga bunda menemukan seorang anak? Apa di surga bunda merawat seorang anak? Apa bunda merindukan aku dan ayah?” Bulir selanjutnya pun ikut turun.

“Bunda, aku rindu…”

Bibir Hana bergetar. Tangisa nya pecah.

Gadis manis yang selalu kesepian dan sendirian. Ia rindu bagaimana merasakan hangatnya keluarga. Hanya Paman Taehyung yang ada didekatnya sekarang. Atau paling tidak Nenek Chan yang sudah dua hari tidak ia kunjungi.

Ayahnya memang tidak pernah absen menelfonnya. Basa basi menanyakan kabar, atau menanyakan sekolah Hana. Tapi tetap saja. Yang ia inginkan adalah keberadaan ayahnya di sampingnya. Dan kalau bisa, keberadaan bunda nya juga.

“Bunda, disini semakin dingin. Aku akan mampir ke toko Nenek Chan. Besok aku akan datang lagi dengan baju yang lebih hangat. Aku pamit bunda, aku sayang bunda.”

Hana mencium nisan dingin itu sebelum ia menegakkan tubuhnya. Membungkuk ke arah makam ibunya lalu melangkah sedikit lebih cepat. Udara dingin benar-benar tidak main-main. Tubuh Hana sudah menggigil. Ia berlari ke arah toko bunga yang tak jauh dari makam. Toko Nenek Chan yang hampir setiap hari ia singgahi.

Nenek Chan tinggal seorang diri. Suaminya sudah lama meninggal. Bahkan umurnya sudah lebih dari 50 tahun. Ia punya satu cucu laki-laki. Cucunya sering mengunjunginya. Tapi Hana belum pernah bertemu dengan cucu Nenek Chan.

Nenek Chan sangat baik hati. Ia selalu menolong Hana saat Hana kesusahan. Memeluk tubuh kecil Hana saat Hana menangis merindukan ibunya. Hana juga sering menginap di toko Nenek Chan saat dirinya benar-benar merasa kesepian.

“Nenek, Hana datang…”

Dentingan lonceng di atas pintu berbunyi kala pintu itu terbuka. Hana masuk dengan sedikit terburu-buru dan merasa lega saat dirasa suhu hangat ruangan itu menyapanya.

“Nenek Chan?”

Tidak ada jawaban.

“Nenek sedang di toilet, ada yang bisa ku bantu?”

Suara serak laki-laki dari arah samping mengagetkan Hana. Tubuhnya berjengkit kala melihat sosok yang keluar dari ruang samping itu.

“S-sunbae?”

Dia, Min Yoongi.

“K-kau?” Yoongi pun ikut terkejut.

“Ohh anak manis. Kemana saja kau sudah dua hari tidak kesini? Apa semuanya baik baik saja?” Nenek Chan datang dengan apron putih bermotif bunga-bunga sakura dari arah toilet. Toko itu tidak lumayan besar. Tapi cukup membuat semua orang terkesan dengan tatanan perabot antik yang disusun rapi, juga pajangan bunga hidup di setiap sudut ruangan.

Hana tersenyum, lalu membungkuk hormat pada Nenek Chan.

“Maaf Nek, aku sedang ada urusan dua hari kemarin.” Meskipun Hana berbicara dengan nenek Chan, tapi sesekali matanya melirik ke arah Yoongi.

Yoongi pun hanya acuh. Tak berkomentar. Memang dasarnya laki-laki itu sangatlah dingin.

“Ini musim dingin. Seharusnya kau memakai baju hangat. Kau akan masuk angin dengan pakaian terbuka seperti itu.” Nenek Chan berjalan ke arah lemari di samping televisi. Mengambil satu mantel tebal berwarna hitam.

“Pakailah. Kau akan sakit kalau hanya pakai baju tipis seperti itu.” Nenek Chan tersenyum sembari mengulurkan mantel pada Hana.

Hana tersenyum. Mengambil mantel yang diberikan Nenek Chan, lalu memakainya.

“Kau sudah bertemu bundamu kan? Sudah makan belum?”

Hana mengangguk pelan, “Sudah Nek. Aku makan sebelum berangkat kesini.” Matanya pun masih menatap ke arah Yoongi.

“Ahh iya, ini kenalkan. Dia cucu nenek yang paling bandel. Namanya Yoonji.” Kenalnya sambil menunjuk ke arah Yoongi.

“Yoongi nenek.”

“Aku suka memanggilmu Yonnji. Jangan membantah orang tua. Dasar anak nakal.” Dan Yoongi hanya pasrah.

Hana tersenyum kecil. Nenek Chan memang sudah tua. Tapi semangatnya masih bisa dikategorikan muda. Tubuhnya bahkan masih terlihat sehat dan bugar. Gemuk dan berisi.

Nenek Chan orang yang sangat baik. Meskipun terkadang sifat menjengkelkannya kambuh, tapi Hana tetap menyayangi Nenek Chan.

Hana bertemu Nenek Chan saat umurnya sepuluh tahun. Hoseok pun juga mengenal baik Nenek Chan.

Hana bertemu waktu musim gugur. Waktu itu, Hana kecil sedang menangis karena tak sengaja melupakan bunga untuk bundanya yang tertinggal di rumah Paman Taehyung.

Nenek Chan yang waktu itu tidak sengaja lewat dan melihat Hana menangis, langsung menggendong dan menenangkannya. Memberikan setangkai bunga lily putih agar Hana berhenti menangis.

Hana tentu saja sangat senang. Ia berlari memasuki area pemakaman lalu meletakkan bunga itu di nisan ibunya. Bercerita banyak hal, dengan Nenek Chan yang mengawasinya dari jauh.

Perihal dirinya yang sering di bully, tidak ada satupun orang yang tahu. Semua orang hanya tahu bahwa Hana baik-baik saja. Taehyung sebenarnya tahu, kalau Hana sering di bully. Hanya saja ia tidak tahu bahwa pembullyan yang terjadi pada Hana sangatlah parah yang bahkan bisa membahayakan diri dan keselamatan Hana.

Contohnya, didorong dari tangga sampai Hana tidak sadarkan diri dua hari. Atau, di tenggelamkan pada wastafel berisi air penuh. Dan masih banyak hal ekstrim lagi yang mereka lakukan pada Hana. Taehyung hanya tahu, bahwa Hana sering di ejek teman-temannya.

Hanya sekedar ejekan, bukan bermain fisik. Itu yang hanya Taehyung tahu.

Tidak ada yang mengetahui perbuatan lainnya. Selain Hana, para pelaku, dan teman-teman sekolahnya.

“Nenek, mau ku bantu?” Tawar Hana dengan senyum yang masih mengembang.

Pelipis Hana masih terlihat agak biru. Itu akibat Joy yang sengaja membenturkannya pada kaca toilet.

“Ini musim dingin. Orang tidak banyak membutuhkan bunga. Jadi, tidak banyak kerjaan yang harus dikerjakan.” Nenek Chan berjalan mengambil kue di nakas. Menaruhnya di depan tv, lalu menyalakan tv itu.

“Sini. Kemarilah. Kalian berdua, cucu-cucuku.”

Hana dan Yoongi saling lirik, sebelum akhirnya mereka berjalan ke arah Nenek Chan.

“Istirahatlah. Kalian pasti lelah.”

Nenek Chan menarik kepala Hana dan membaringkan pada pahanya. Yoongi bersandar pada bahu Nenek Chan. Ingin rasanya Hana menangis. Nenek Chan mempunyai sikap keibuan. Jika saja Eunbi masih hidup, ia akan bisa merasakan tidur di paha ibu setiap hari.

Memakan masakan Eunbi. Atau sebelum tidur di dongengkan dan di elus lembut kepalanya. Hana benar-benar merindukan sosok seorang ibu.

“Hana,” Nenek Chan berujar pelan. Yoongi memejamkan matanya. Padahal, pria itu tidak tertidur.

“Pelipismu memar. Kau kenapa?” Hana menggeleng pelan. Yoongi membuka setengah matanya. Melirik pada pelipis Hana.

“Tidak apa-apa Nek, ini tidak sengaja kebentur di kamar mandi.” Tentu saja Hana berbohong. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa ini perbuatan Joy, teman sekelasnya.

Yoongi menarik kepalanya dari pundak Nenek Chan. Duduk tegap, lalu menatap lurus ke arah tv yang menyala.

“Kau satu sekolahan dengan Yoonji kan?”

“Yoongi nek,” sudah kesekian kalinya Yoongi protes.

“Terserah nenek.” Dan lagi, Yoongi hanya bisa menghela nafas pasrah.

“Kalian satu sekolah kan?”

Hana mengangguk pelan. Masih betah dengan kepalanya yang berbaring pada paha Nenek Chan.

“Yoonji, jaga Hana untuk nenek. Jangan sampai ada yang mengganggunya.”

Hana melotot kaget. Mengangkat kepalanya pada paha Nenek Chan, lalu menatapnya lembut. “Nek, tidak ada yang mengganggu Hana. Semua orang disekolah baik kok.” Ucapnya dengan senyum lembut yang sangat teduh.

“Kau yakin tidak ada yang mengganggumu disekolah?” Hana mengangguk yakin. Matanya sangat berbinar mirip seperti mata ayahnya, membuat Nenek Chan ikut tersenyum.

“Aku akan menjaganya nek.” Ucap Yoongi mantap, membuat Hana melotot.

Nenek Chan tersenyum sangat senang. “Begitulah seharusnya menjadi laki-laki. Bukan hanya tidur saja yang kau tahu.” Yoongi merotasikan bola matanya. Meskipun nenek Chan sangat cerewet, tapi Yoongi sangat menyayanginya.

“Sebentar, nenek sedang memanggang kue. Kalian tunggu disini. Jangan pergi kemana-mana.”

“Mau aku bantu Nek?” Tawar Hana.

“Aishh tidak perlu. Duduklah disini bersama Yoonji. Jangan membuat tubuhmu kelelahan.”

“Yoongi nek.”

Teriak Yoongi saat tubuh Nenek Chan sudah hilang dibalik pintu dapur.

Kini, tinggalah Hana dan Yoongi berdua di depan tv. Tidak ada salah satu di antara mereka yang membuka suara. Hana hanya memainkan ujung syalnya. Menunduk dan mengabaikan tv yang sedari tadi menayangkan acara drama akhir pekan.

Yoongi sesekali melirik Hana. Siswi yang satu sekolah dengannya. Yoongi satu tingkat di atas Hana. Bisa dibilang, Yoongi kakak kelas Hana.

“S-sunbae,” Panggil Hana takut-takut. Yoongi hanya berdehem pelan, tanpa mau membuka mulutnya.

“Kau tak perlu menjagaku seperti permintaan nenek.” Kepalanya menunduk. Sejujurnya, Hana sangat ketakutan.

“Kenapa?” Benar-benar sangat irit bicara.

“Kau akan terkena masalah.” Kepala Hana semakin menunduk.

“Aku tak peduli.”

Hana menaikkan pandangannya. Menatap Yoongi dengan takut. Meskipun Yoongi tak membalas tatapan hana.

“T-tapi Sunbae,”

“Aku tahu. Dan aku tidak peduli.” Hana terdiam.

Yoongi memang terkenal pria yang sangat dingin. Ia punya satu teman, namanya Seokjin. Dan ya, hanya Seokjin temannya. Tidak ada lagi. Bukan karena tidak mau berteman, tapi Yoongi sangat pemilih. Ia juga tidak suka bergaul dengan anak-anak yang hanya akan memanfaatkannya. Uangnya, hartanya, dan statusnya sebagai anak pemilik sekolah. Yoongi tak ingin dimanfaatkan orang lain.

Baginya, Seokjin sudah cukup menjadi temannya. Tidak butuh orang lain lagi. Namun sekarang, ia akan menjaga Hana. Entah karena memang permintaan Nenek Chan, atau memang hatinya tergerak ingin melindungi seorang siswi manis yang selalu di bully di sekolahannya itu.

“Aku anak pemilik sekolah. Tidak akan ada yang berani mengangguku, apalagi membuat masalah denganku.” Terangnya yang membuat Hana kembali menundukkan kepalanya.

Terpopuler

Comments

Meylin

Meylin

akhirnya ada yg melindungi Hana

2021-08-21

0

Sept September

Sept September

jempol buat Kakak

2020-07-29

1

Din. naaa

Din. naaa

folback kak

2020-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!