Episode 7

“Jung Hana?”

.

.

.

.

.

Hana menoleh saat mendengar namanya di sebut. Dan ia terkejut kala melihat orang itu tersungkur pingsan di atas salju yang dingin.

Hana sedikit berlari. Menepuk pelan punggung orang itu. “Hey!!! Ahjussi kau baik-baik saja? Ahjussi kau dengar aku?!” tanyanya sedikit berteriak.

Mata Hana melirik ke kanan dan ke kiri. Mencoba mencari seseorang yang mungkin saja sedang melintas di sekitar mereka. Namun sayangnya, tidak ada satupun orang yang melintas di jalan itu. Udara yang terbilang lebih dingin dari biasanya membuat banyak orang enggan keluar rumah.

Hana masih memanggil-manggil orang itu. Namun tidak ada pergerakan sama sekali. Rasa panik semakin membuncah kala Hana merasakan dingin dari tangan orang itu. Bahkan telapak tangannya putih dan sangat pucat.

Perbedaan badan membuat Hana sedikit kesusahan membalikkan badan orang itu. Belum juga badan itu terbalik sempurna, Hana kembali di kejutkan dengan salju yang berubah warna menjadi merah.

Itu darah.

“Hey Ahjusii!! Kau berdarah!!”

Dengan sangat kesusahan, Hana berhasil membalikkan tubuh orang itu. Wajahnya seribu kali lebih terkejut kala melihat ahjusii yang ia panggil tadi adalah Sungjae, teman satu kelas yang sering membullynya.

“S-sungjae..” panggilnya takut-takut. Tapi tak ada pergerakan sama sekali dari Sungjae.

Wajahnya pucat. Tangannya dingin. dan parahnya laki-laki itu hanya memakai sweater yang tak terlalu tebal. Hana bisa merasakan bagaimana dinginnya tangan Sungjae.

“Sungjae kau dengar aku!!” Hana kembali menepuk pipi Sungjae. Dan tidak ada jawaban sama sekali.

“Oh denyut nadi!” Seru Hana saat Hana teringat sesuatu dari perkataan pamannya.

Taehyung pernah mengajarinya, jika ia bertemu dengan orang tak sadarkan diri, hal pertama yang harus ia lakukan adalah mengecek denyut nadi dan pernafasan pasien.

Detak dari nadi Sungjae masih berdenyut. Namun sedikit lemah. Entah Hana yang tidak bisa merasakan benar-benar, atau karena panik ia menjadi bingung sendiri. Entahlah.

Tanpa pikir panjang, Hana meraih ponselnya. Mencari kontak Taehyung lalu menelfonnya.

Saat ini, Hanya Taehyung yang bisa membantunya. Karena tidak mungkin ia membawa Sungjae kerumah sakit sendiri. Memanggil ambulance pun juga percuma. Kan ada Taehyung.

Panggilan terhubung. Rupanya Taehyung masih berada di rumah sakit. Hana langsung menjelaskan insiden saat ia menemukan Sungjae. Cara bicara Hana yang panik membuat Taehyung sedikit kesulitan memahami dari apa yang Hana bicarakan. Sampai akhirnya, Hana bisa mengatur nafas dan menjelaskan semuanya secara berurutan pada Taehyung.

Tanpa fikir panjang, Taehyung langsung pergi meninggalkan rumah sakit. Mengambil kunci mobil dan mantelnya lalu menancapkan gas ke tempat dimana Hana dan Sungjae berada.

Jarak yang ditempuh tidak begitu jauh. Hanya butuh sekitar 15 menit untuk Taehyung sampai di tempat tujuan.

Hana kembali memegang tangan Sungjae. Meskipun takut, tapi Hana harus bisa sedikit menghangatkan tubuh Sungjae yang jauh dari kata hangat. Bahkan bisa dibilang, Sungjae terlihat seperti mayat yang sudah mati sekitar beberapa jam yang lalu.

Hana melepas mantelnya. Menyampirkan pada tubuh besar Sungjae. Melepas syalnya lalu mengikatkan pada kepala Sungjae yang berdarah.

Hana tidak tahu apa yang membuat Sungjae seperti ini. Tapi, ia menemukan beberapa pecahan kaca yang Nampak pada pelipis dan rambut laki-laki itu. Dengan telaten, Hana membersihkan serpihan kaca dengan hati-hati. Pahanya digunakan untuk memangku kepala Sungjae. Sementara satu tangannya lagi ia gunakan untuk menangkup wajah Sungjae.

“Bertahanlah.” Hana terlihat khawatir.

“Paman ku seorang Dokter hebat. Dia akan menolong dan menyelamatkanmu. Bertahanlah. Kau akan baik-baik saja.”

Lanjutnya lalu mengelus surai coklat Sungjae setelah serpihan kaca itu berhasil ia bersihkan.

Tanpa Hana sadari, Sungjae sedikit membuka matanya. Menatap Hana yang sibuk mengelus surainya dengan lembut. Juga rancauan Hana agar ia bisa terus bertahan.

Sisi hati Sungjae menghangat. Ini pertama kalinya surai coklat itu di belai. Pertama kalinya ada orang yang mengkhawatirkannya. Dan semua itu, dari seorang gadis yang selalu ia ganggu dan bully setiap hari.

Sungjae kembali menutup mata kala ia merasakan tangan dingin mengelus pipinya lembut. Sampai akhirnya ia mendengar suara ponsel yang berdering. Itu suara ponsel Hana. Dan dengan sigap, Hana langsung menggeser ikon panggilan berwarna hijau dan menjawab panggilannya.

“Sunbae!!” Hana memekik kala panggilan itu terhubung. Membuat seseorang yang ia panggil Sunbae itu terdengar berteriak kaget.

Sampai disitu Sungjae mendengar suara Hana. Hingga kegelapan kembali mengambil alih kesadarannya.

 

“Paman bagaimana?”

Taehyung tersenyum. Mengelus pelan kepala anak dari temannya, Jung Hoseok. “Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Ia hanya kelelahan dan kedinginan. Lukanya juga tidak terlalu parah. Masuklah, jika ingin tahu keadaanya. Mungkin sebentar lagi ia akan sadar.” Jelas Taehyung sembari tersenyum.

“Maaf paman, tapi dia bukan teman Hana.” Itu bukan Hana, tetapi Min Yoongi yang berdiri di belakang Hana.

Sunbae yang tadi menelfon Hana adalah Yoongi. Tadinya Yoongi ingin mengajak Hana berkunjung ke rumah Nenek Chan. Namun ia urungkan kala ia tahu bahwa Hana sedang menemukan Sungjae yang tergeletak di jalan.

Tanpa basa basi Yoongi langsung mengambil kunci mobilnya dan menyusul ke tempat dimana Hana berada. Difikiran Yoongi saat itu hanya satu. Takut jika Sungjae menyakiti Hana.

“Ya sudah terserah siapa dia bagi kalian. Masuk saja. Dia sepertinya sedang memiliki masalah.” Perintah Taehyung sambil tersenyum. Menurutnya, anak muda jaman sekarang susah sekali untuk dimengerti.

“Dia bahkan si pembuat masalah.” Jawab Yoongi dingin sambil memalingkan pandangannya.

“Sunbae.” Protes Hana. “Paman terimakasih, nanti kalau ada apa-apa aku akan panggil paman lagi.” Tutur Hana setelah itu Taehyung pamit dan meninggalkan Hana berdua dengan Yoongi.

Hana terus menatap ke arah Yoongi. Binar matanya lekat pada kedua mata sipit Yoongi. Membuat Yoongi menatap Hana heran.

“Kenapa?” tanyanya.

“Sunbae serius tidak mau masuk?”

Yoongi menatap pintu ruang inap di depannya. Memasukkan tangannya pada saku mantel, lalu menggeleng pelan.

“Yasudah kalau begitu.” Hana melangkah masuk. Namun terhenti kala tangan pucat Yoongi menahan lengannya.

“Aku mau masuk Sunbae. Sunbae kan tidak mau masuk. Jadi Sunbae disini saja.” Jelas Hana tanpa mendengarkan ucapan Yoongi. Karena dari wajah putih itu tersirat jelas pertanyaan kemana Hana akan pergi.

Pegangan itu mengendur. Setelahnya, Yoongi melangkah masuk terlebih dahulu. Hana tersenyum melihat tingkah Yoongi. Meskipun Yoongi sangat dingin, namun sebenarnya dia perhatian.

Hana mengikuti langkah Yoongi dari belakang. Keduanya masuk ke kamar dan mendapati tubuh Sungjae yang terbaring lemas di atas ranjang dengan selang infuse yang menempel pada tangannya.

Hana mendekat, begitu pula Yoongi. Mereka berdiri di sisi kanan ranjang. Tidak ada yang membuka suara. Baik Hana maupun Yoongi sama-sama terdiam dan menatap lekat pada wajah seorang pembully di sekolah mereka.

Hana mundur saat mendapati kelopak mata yang bergetar. Mata yang tertutup itu seperti memaksa untuk terbuka. Bahkan bola mata yang masih belum terlihat itu tampak bergerak ke kanan dan ke kiri. Menit setelahnya, mata itu berhasil terbuka.

Mata coklat Sungjae yang terbuka menatap pada atap putih rumah sakit. Ia tidak bodoh untuk menyadari kenapa alasan dia bisa sampai ada di rumah sakit.

Tangan yang terbebas dari selang infuse itu bergerak memegang pelipisnya yang di perban. Tanpa menyadari ada dua orang yang berdiri di samping kanannya.

“Sakit?” Tanya Yoongi dingin. membuat Sungjae menggerakkan kepalanya dan mendapati Yoongi yang tengah menatapnya jengah dan Hana yang menunduk. Hana takut menatap Sungjae. Bagaimanapun, laki-laki itu sering berbuat jahat kepadanya.

“Pulang. Aku tidak butuh kalian.” Ucap Sungajae datar.

“Tanpa disuruhpun kita juga akan pulang.” Jawab Yoongi dengat sangat datar. Mata Yoongi melirik Hana yang masih menunduk. “Dia sudah sadar. Ayo pulang. Ini sudah malam.” Ajaknya namun Hana tak bergeming.

Kepala tertunduk itu sedikit terangkat.

Menatap Sungjae yang juga menatapnya. Mengumpulkan keberanian, lalu mendekat ke arah Sungjae. Yoongi tidak mencegah. Hanya memperhatikan gerak gerik Hana.

Tangan Hana mengambil sesuatu dari dalam tas nya. Setelahnya menaruh barang itu di sisi bantal Sungjae tanpa sepatah kata yang terucap.

Yoongi tersenyum melihat tindakan Hana. Yoongi bukan orang bodoh yang harus bertanya itu apa. Dia jelas tahu. Itu mp3 yang selalu Hana bawa. Dan Yoongi juga tahu tujuan Hana meninggalkan mp3 itu untuk Sungjae. Agar jika Sungjae bosan, laki-laki itu bisa mendengarkan musik dari mp3 yang Hana tinggalkan.

Hana sedikit menunduk, setelahnya ia berjalan mundur keluar. Sungjae mengamati Hana yang berjalan keluar dengan Yoongi mengikuti dibelakangnya. Matanya terus menatap sampai kedua punggung itu hilang dari balik pintu.

Sungjae kembali menatap atap di atasnya. Menghembuskan nafas kasar dan memejamkan matanya sebelum tangannya terulur mengambil mp3 berwarna silver di samping bantalnya.

Ia mengambil dan langsung memasangkan earphone yang sudah menjadi satu set dengan mp3 itu di telinganya. Memilih lagu acak, lalu kembali memejamkan mata sambil mendengar alunan lagu ballad yang menemani kesendiriannya.

Terpopuler

Comments

Dewi Pratysta

Dewi Pratysta

hana d kelilingi cowok² tamvan, kira² siapa yg jadi kekasihnya nanti?

2020-09-30

1

dwiyani

dwiyani

jimmi, yoongi, Sungjae kayanya bakal rebutin Hana nih hehehe

2020-07-29

2

Angelicha Tasya

Angelicha Tasya

waw..baguz benar ceritanya kuy.lanjut thor

2019-08-30

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!