Episode 10

“Ayo sedikit lagi.” Hana menggeleng.

“Kamu nggak kasihan sama ahjumma yang sudah memasak bubur ini?” Hana menatap kedua mata Yoongi.

“Sedikit saja.” Yoongi tidak henti-hentinya merayu Hana untuk menghabiskan buburnya. Terhitung, ini hari ketiga Hana di rumah sakit. Kondisinya sebenarnya sudah membaik, tapi Taehyung terlalu posesif sehingga tetap menyuruh Hana di rumah sakit.

Hana tentu merengek kepada Taehyung agar ia bisa pulang dan bersekolah kembali. Namun, kali ini Tahyung tak kalah tegas. Taehyung tidak akan mengeluarkan Hana dari rumah sakit, sebelum kondisinya benar-benar stabil.

“Aku sudah tidak ingin makan Sunbae.” Yoongi menghela nafas pelan. Mengalah akan kemauan Hana. Dari satu mangkuk bubur yang disediakan rumah sakit, Hana hanya memakan dua suap.

“Bagaimana kamu bisa sembuh kalau tidak mau makan seperti ini.” Gerutu Yoongi.

Hana menatap Yoongi. Akhir-akhi ini memang Yoongi selalu ada di sisinya. Selalu menemaninya. “Sunbae,” panggilnya membuat Yoongi ikut menatap ke arahnya.

“Maaf aku merepotkan. Jika Sunbae ingin pergi, Sunbae bisa pergi. Sunbae sudah cukup menemani aku. Tidak perlu difikirkan tentang permintaan Nenek Chan. Aku bisa menjaga diri aku sendiri.” Ucapan tulus yang keluar dari bilah bibir mungil Hana.

Yoongi tak mengalihkan tatapannya dari Hana. Sedang Hana pun sama. Keduanya saling menatap, sampai tangan Yoongi bergerak mengelus pelan kepala Hana.

“Aku disini bukan atas permintaan nenek. Aku disini karena kemauan ku sendiri. Jangan pernah menyuruh aku pergi. Karena sampai kapanpun aku tidak akan pergi.” Tatapan Hana tak beralih. Mencoba mencari titik kebohongan dari ucapan Yoongi.

Selama ini Yoongi selalu baik padanya, namun ada saat dimana ia meragukan kebaikan Yoongi. Banyak orang yang membencinya. Banyak orang yang tak menyukainya. Sampai tiba-tiba datang seorang laki-laki yang menemani dan selalu ada untuknya. Sulit untuk mempercayai perubahan itu. Entah tulus atau tidak, Hana hanya berharap Yoongi tidak menyakitinya seperti kebanyakan orang.

“Kenapa melamun?” Hana menggeleng pelan. Mengalihkan tatapannya dari mata Yoongi. Ada perasaan aneh saat ia bersama Yoongi. Perasaan yang kadang membuat tubuhnya merespon dan berharap lebih.

Seperti sekarang. Nyaman. Perasaan nyaman saat ia berada di samping Yoongi. Aman saat tangan besar itu mengelus kepalanya. Bahagia saat Yoongi tersenyum ke arahnya.

“Sunbae punya pacar?” Tanya Hana tiba-tiba. Yoongi tersenyum sebelum menggelengkan kepalanya.

“Memangnya kenapa?”

“Aku fikir Sunbae punya pacar.”

“Kalau aku punya pacar aku tidak akan dekat denganmu.”

Hana menaikkan satu alisnya. “Kenapa begitu?”

Yoongi tersenyum, tangannya kembali mengelus lembut pipi putih Hana. “Aku tidak ingin menyakiti wanitaku.”

Hana sedikit terkejut dengan ucapan Yoongi. Detak jantung yang tadinya sudah tidak normal, semakin bergejolak kala mendengar ucapan lembut penuh ketulusan itu. Ia tahu, kata-kata itu bukan untuknya. Tapi entah mengapa, ia berharap suatau saat kata-kata itu bisa ditujukan untuknya. Bahwa Yoongi hidup dan di takdirkan untuknya.

Hana menatap lekat iris coklat Yoongi. Tangan Yoongi masih sibuk mengelus pipi Hana. Sekali saja. Hana ingin egois tentang perasaannya. Jika waktu itu ia egois karena ingin bermain dan berteman dengan Yoongi. Kali ini ia ingin egois memiliki cinta dari orang yang sama. Seseorang yang mau berteman dengannya.

Kedengarannya memang mustahil. Karena Hana tahu pasti, di dunia ini hampir tidak ada yang mau menemaninya. Mungkin pengecualian untuk Paman Taehyung. Karena Taehyung selalu menemaninya dari kecil. Dari semenjak ayahnya pergi ke Jepang pun, Taehyung masih setia di sampingnya. Menemaninya.

Dan sekarang, apa ia boleh meminta Yoongi untuk selalu bersamanya? Seperti Paman Taehyung, misalnya?

“Hana??”

Suara rendah dan sedikit bergetar membuat Hana dan Yoongi menoleh serempak. Yoongi tidak bangkit dari kursinya. Masih diam dan memandang ke arah pintu. Menatap sosok laki-laki yang berdiri di samping Taehyung.

Laki-laki itu berperawakan tampan. Rahang tajam, hidung runcing, wajah teduh. Senyum yang indah, dan tidak luntur dari semenjak Yoongi menatapnya. Seseorang yang sangat indah, fikirnya.

Berbeda dengan Yoongi. Tubuh Hana justru bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca. Gadis itu terlampau panik sampai ia turun dari ranjang dan menghampiri sosok laki-laki yang sedang berdiri disamping Taehyung.

“A-ayahh,” suaranya serak dan bergetar. Ia turun tanpa sadar bahwa selang infuse masih menempel pada lengannya. Yoongi bingung apa yang harus ia lakukan kecuali mundur saat laki-laki yang di panggil Ayah ooleh Hana itu berjalan menghampiri.

Hana terjatuh. Hoseok dengan sigap mengangkap putrinya. Membawanya pada pelukan hangat yang sangat di rindukan. Hana memeluk leher ayahnya kuat. Menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher laki-laki yang selalu ia anggap pahlawannya. Laki-laki yang sangat ia rindukan. Orang tua satu-satunya yang selalu ia dambakan kepulangannya.

“Ayah jangan tinggalin Hana..” Hana menangis. Taehyung pun hanya bisa tersenyum dan sesekali menghapus air mata yang entah mengapa mengalir begitu saja. Berjalan pelan kea rah anak dan ayah yang sedang berpelukan. Tidak ada suara yang keluar. Taehyung dan Yoongi hanya diam, memberi ruang untuk mereka .

Hoseok mengusap sayang punggung anaknya yang bergetar. Ia jadi teringat mendiang istrinya. Dulu, Eunbi pernah menangis seperti ini. Sama seperti Hana saat ini, yang menyembunyikan wajahnya di perpotongan lehernya.

Waktu itu, Eunbi menangis terharu karena di lamar oleh Hoseok di depan kedua orang tuanya secara langsung. Acara makan malam yang berjalan seperti biasa. Yang tanpa Eunbi sadari, Hoseok sudah menyiapkan sesuatu hal yang jauh dari perkirannya. Hoseok melamarnya dan memintanya menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anaknya.

Eunbi menangis. Tidak menyangka dengan tindakan Hoseok yang bisa di bilang tiba-tiba. Mereka pacaran tidak lama. Hanya tiga bulan. Dan Hoseok membuktikan keseriusannya dengan langsung melamarnya.

“Maafkan ayah nak,” sama seperti Hana. Hoseok pun menangis. Menyesal karena merasa meninggalkan anak semata wayangnya. Memilih kabur dari kenangannya bersama mendiang istri tercinta, tanpa mengerti masih ada satu malaikat kecil yang sengaja diciptakan untuk ia jaga.

“Ayah jangan pergi lagi,” Hoseok melonggarkan pelukannya. Melepaskan pelukan rindu itu dan beralih menatap anaknya. Sangat mirip Eunbi, fikirnya.

Tangan besar Hoseok bergerak mengusap lelehan air mata di pipi Hana. Mengecup sayang dahi anak yang ia rindukan. “Ayah berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi.”

Hana kembali meneteskan air matanya dan memeluk ayahnya. Ia mengangguk dalam pelukan itu. Mengabaikan Yoongi dan Taehyung yang juga terharu melihat ayah dan anak yang saling mengadu akan rasa rindu yang menemaninya selama ini.

Diam-diam Yoongi mengambil ponselnya. Mencari satu kontak lalu setelahnya ia menekan ikon chat. Mengetik sesuatu sambil tersenyum,.

.

.

.

.

.

Yoongi

Dad, I love you 💜

My Superhero

Haha I love you too.

Pasti mau minta sesuatu. Mau apa nak?

Yoongi

Bumi dan seisinya 😆

My Superhero

😑

Terpopuler

Comments

Vera Tambunan

Vera Tambunan

yongi keluarganya baik

2020-12-17

1

,,,,Khazani,,,

,,,,Khazani,,,

aku sampe nangis baca ni...

2020-07-29

2

Lindawati Karliman

Lindawati Karliman

sedih...air mata ga berhenti bacanya

2020-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!